32

440 45 10
                                    

San dan Wooyoung sampai di lobby apartemen Wooyoung, San keliatan bingung tapi malu juga buat ngomong yang sebenernya.

"Makasih ya San, hati-hati di jalan"

Saat Wooyoung mau turun dari mobilnya San pegang lengan pacarnya itu.

"Tunggu, emm" Wooyoung menaikan kedua alisnya bingung, seolah bertanya kenapa San nahan dia?

"Kalo.. Kalo aku nemenin kamu dulu boleh gak? Aku pengen mampir sebentar entar agak maleman aku pulang, boleh?" Wooyoung senyum denger itu, San seolah-olah baru pertama kali aja berkunjung ke apartemennya.

"Haha kirain apa, ya boleh dong, kamu parkirin dulu mobilnya ya, ada di basemen 2 tulisan unit 10, kamu parkir aja disitu jangan di guest area, aku tunggu di depan unit aku ya, kamu naik aja entar"

San nganggukin kepalanya seneng, dia tuh masih penasaran sama ucapan Mingi, dia juga ngerasa khawatir harus ninggalin pacarnya itu sendiri waktu denger kata teror dari mulut Yunho.

"Iyah sayang, kamu duluan aja ya"
Wooyoung anggukin kepala dan keluar dari apartemennya itu.

.
.
.
.

Hongjoong yang lagi nemenin Songhwa jadi khawatir sendiri sama kondisi adik sepupunya itu, ya walaupun Yunho ini terbilang cukup berani tapi tetep aja denger dia dapet teror lagi Hongjoong jadi cemas.

"Kita belum tau kan itu ulah siapa, udah kita tunggu kabar dari Om Hae In dulu ya sayang" ucap Songhwa menenangkan.

Tak lama ada ada keributan di luar butik dan..

Prangg..

Pintu kaca butik pecah, luluh lantak karena lemparan batu yang cukup besar, sontak Hongjoong, Songhwa dan pegawai lainnya berhamburan menghampiri kekacauan itu.

"Astaga.. apa ini??" Hongjoong gak habis pikir, ada apa dengan hari ini? Dia segera mendekati batu besar yang ternyata terbungkus sebuah kertas putih.

Dia buka perlahan kertas itu dan membaca tulisannya yang membuat dia marah melihatnya.

'Ini hanya permulaan, kamu tau kami bisa melakukan hal lebih dari ini'

Hongjoong tentu geram, dia tidak bisa berfikiran positif lagi terhadap keluarga ibunya itu, dia tau ini pasti ulah mereka, apa karena tadi dia telah lancang melawan tante Na Young sampai mereka marah dan kembali menerornya?

Songhwa mendekat dan merangkul pundak tunangannya.

"Joong ayo lapor polisi, ini udah termasuk pengancaman dan kriminal, gak bisa kamu biarin gitu aja"

"Gak sayang, kalo kita lapor polisi kita gak tau senekat apa nanti mereka ke depannya, lagian aku belum punya bukti ini ulah tante Na atau bukan, aku tadi cuman menggertak aja, aku gak punya bukti kuat apapun atas segala kejahatan mereka, dan belum tentu juga tante Na pelakunya"

Songhwa menghela nafasnya, merasa prihatin sekali tentang bagaimana buruknya hubungan keluarga besar tunangannya ini.

.
.
.
.

Hari sudah malam, Wooyoung dan San baru saja selesai makan, kini mereka lagi duduk di sofa panjang yang ada di ruang tengah.

"Boleh aku tau apa yang sebenernya terjadi sama mobil Mingi tadi?" tanya San yang mulai membuka percakapan.

"Hmm itu, Kamu tau om aku kan San?"

"Iyah tau, Om Minhyuk itu kan? Produser dan mantan penyanyi terkenal itu" Wooyoung terkekeh karna senyum jahil San.

"Ya, dia itu adik dari ibu aku, adik bungsu ibu, ibu itu 3 bersaudara dan dia tuh anak tengah, kakak ibu itu perempuan dan hubungan kita gak baik sejak awal"

San setia mendengarkan tanpa berniat memotong ucapan Wooyoung.

"Ayah dan ibu dulu sempat gak di restuin sama orang tua ibu, atau kakek nenek aku, mereka nekat menikah walaupun dengan syarat dan mahar yang gak masuk akal, btw ibu aku dulu menikah tepat saat sedang di puncak karirnya"

"Dulu ibu tiba-tiba memutuskan untuk vacum dari karirnya karena sedang mengandung ka Joong, dan mengumumkan akan berhenti selamanya dari dunia hiburan karena ternyata dua tahun setelah itu ibu kembali mengandungku.."

".. Keluarga ibu marah besar, mereka tau dan mungkin ingat bagaimana perjuangan dia untuk bisa menjadi sebesar namanya waktu itu, tapi karena keputusannya menjadi ibu rumah tangga biasa membuat seluruh keluarga ibu murka dan menyalahkan ayah yang telah melarang ibu untuk berkarir padahal ayah tidak pernah menyuruh ibu sama sekali, kau tau pada saat itu siapapun akan merasa bangga kalau salah satu dalam keluarga menjadi bintang besar.."

Wooyoung menghela nafas dan kembali melanjutkan cerita.

".. aku, kak Joong dan ayah tak pernah di anggap ada, kalau ada acara yang mereka rayakan paling cuman ibu yang di undang tanpa kami anaknya atau ayah sebagai suaminya"

San merasa heran, keluarga macam apa yang tidak mau mengganggap keluarganya sendiri.

"Kakek dan nenekmu termasuk begitu?" tanyanya.

"Awalnya kakek pun sama aja, nenek yang selalu membela kami, ayah gak pernah nyerah buat meluluhkan hati kakek, ayah selalu berusaha mendekatkan kami dengan beliau, ayah sering bilang gak papa ayah gak di anggap menantu dan anak, tapi aku dan ka Joong gimana pun tetep cucu kandungnya, dan kita punya hak untuk mendapat perhatian kakeknya.."

San mengusap bahu Wooyoung, ternyata orang seceria dia menyimpan sekali banyak luka di bahu kecilnya.

".. dan kakek pun sadar, setelah beliau sakit sakitan dia mulai bisa menerima kami semua dan merelakan keputusan ibu yang memang telah mengecewakannya, tapi semua gak semudah itu San, keluarga besar kakek, adik adiknya, om tante dan sepupu ibu tetap mengucilkan kami dan semakin benci kami sejak ibu dan ayah meninggal.."

"..seringkali ada ucapan kalau aku adalah pembawa sial karena aku ikut bersama mereka saat kecelakaan tapi hanya aku yang selamat, semua merasa kehilangan tanpa mereka sadar ada dua anak remaja yang lebih terpuruk dari mereka karena kehilangan kedua orang tuanya sekaligus.."

Bahu Wooyoung bergetar karena tangis, dia tidak bisa untuk terus berpura pura kuat jika bercerita tentang orang tuanya.

"Udah ya udah gak usah kamu lanjutin lagi ya kalo gak kuat, gak papa, udah gak papa"

San memeluk Wooyoung dari samping, mengusap lengan pacarnya itu menguatkan.

"Mereka.. mereka serakah San, mereka sekarang berusaha merebut aset peninggalan ibu, mereka meneror aku, kakak dan Yunho juga, mereka berharap aku dan kakak lenyap agar harta ibu bisa jadi milik mereka, mereka jahat San, mereka tamak, mereka.. mereka.. hiks"

San mengeratkan pelukannya dengan sesekali menciumi puncak kepala Wooyoung.

"Iya mereka jahat, udah tenang ya sekarang ada aku, aku bakal lindungin kamu, aku gak bakal biarin mereka nyakitin kamu, kakak kamu atau Yunho sekalipun, aku bakal berusaha buat ada sama kamu terus kamu tenang ya sshhht udah" ucapnya yang di angguki pria mungil itu.

Wooyoung menatap San dengan wajah merahnya, ah lucu sekali pikir San, dia gemas sendiri liatnya.

"San, jangan pulang ya? Temenin aku disini?"

Ya ampun San gak tau harus bereaksi seperti apa, tapi Wooyoung yang mengajaknya menginap itu terdengar seperti.. ah mungkin dia sudah gila memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Iyah aku disini menenin kamu" semoga diri San yang lainnya tidak berfikiran jauh kemana-mana.

.
.
.

Tbc

Cogil ! (SanWoo / WooSan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang