Boleh sambil di play medianya ya guys
.
.
.Orang-orang sering bilang Jung Wooyoung itu seorang yang beruntung, meskipun yatim piatu tapi kedua orang tuanya meninggalkan banyak warisan yang bahkan tidak akan habis walau Wooyoung punya keturunan kelak, belum lagi Om dan kakak super keren yang selalu menciptakan karya-karya apik yang mungkin royaltinya akan terus mengalir.
Tidak pernah terlihat kekurangan, dari kendaraan sampai apa yang dia pakai semua terlihat elegan dan mahal, paras tampan, senyum manis, kadang terlihat cantik, prestasi dalam olah raga dan bela diri, semua menilai Jung Wooyoung adalah orang yang memiliki kehidupan sempurna.
Terkadang saat orang-orang sekitar memuji kehidupannya itu Wooyoung hanya tersenyum.
Mereka tidak tau, apa yang pria mungil itu alami, seperti sekarang, dalam gelap malam, lampu yang sengaja tak ia nyalakan, dia tengah meringkuk kesakitan di bawah kasur, keringat dingin begitu deras sampai membasahi kaos putih yang tengah dia pakai, hanya sekedar untuk meminta bantuan pun rasanya tak sanggup , tangan putihnya berusaha menggapai air yang berada dalam gelas diatas nakas, dia berharap mungkin minum bisa membuatnya cukup tenang dan-
Prang
Tangan yang bergetar itu tak sanggup menggapainya, menyebabkan gelas itu terjatuh dan pecah seketika, namun hal itu sukses membuat dua orang penghuni lainnya terdengar panik dan berlari menerobos kamarnya.
"ASTAGA DEK" teriak Hoongjoong yang terkejut melihat kondisi adiknya, disusul Minhyuk yang segera menghampiri sang keponakan.
"Tarik nafas, adek liat papih" ucapnya seraya menuntun wajah Wooyoung melihatnya.
"Sa-sakit pih"
Minhyuk tak bisa menyembunyikan kesedihannya, namun ini bukan saat yang tepat, segera dia mengangkat tubuh ringkih itu keatas tempat tidur, menarik tangan Hoongjong dan menuntun tangan keponakannya itu untuk memeluk sang adik.
"Kakak yang kuat, jaga adek, tenangin diri, Papih telpon dokter Choi dulu"
Hoongjoong tersadar dari keterkejutannya, segera dia peluk sang adik dengan terus mengelus punggungnya lembut, dengan mata yang kini mengeluarkan air mata.
"Adekkk.. tolong tahan sebentar ya, adek kuat" ucapnya meskipun tak mendapat sahutan dari Wooyoung, karena pria mungil itu tengah menahan rasa sakit yang kuat.
-
San terbangun dari tidurnya, menuruni tangga untuk sekedar mencari air dingin di dapur, netra sipitnya melihat sang ayah tengah terburu-buru memakai jaketnya sambil menenteng tas cukup besar berisi peralatan medisnya.
"Yah, mau kemana?? Ada panggilan dari rumah sakit?"
San tak pernah lagi melihat Ayahnya terburu-buru di tengah malam seperti itu semenjak menjabat sebagai direktur, karena sang ayah sudah tak pernah menangani pasien, dengan posisinya San hanya sering melihat sang ayah berkutan dengan tumpukan laporan dan dokumen-dokumen penting.
Sang ayah melirik San yang kini menghampirinya.
"Ayah berisik yah sampe bikin kamu bangun?" tanyanya.
"Gak ko, San emang mau ngambil minum ke dapur, ayah mau kemana?"
"Pasien vvip yang ayah tangani kambuh, ayah mau kesana, rumah sakit terlalu jauh dari rumahnya"
San mengerutkan dahinya, jika ayahnya sudah turun tangan berarti ini bukan pasien sembarangan, dan sakit yang di deritanya mungkin cukup parah.
"San anter ya yah?" tanyanya saat sang ayah tengah mencari kunci mobil di laci depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cogil ! (SanWoo / WooSan)
Hayran Kurgu" Jangan diperhatiin terus, nanti lu suka repot sendiri" "Gw gak demen orang tengil kek gt"