30. Saya menggendongmu saja, ya?

638 63 35
                                    

Please vote and leave a comment! Thank you 💐

***

Aroma obat-obatan yang menusuk hidung, tubuh terasa dipasang alat-alat medis nan asing, mata sukar celik, kesadaran yang belum penuh lamun indera pendengaran mampu berfungsi dengan semestinya meski samar-samar.

Puluhan tanda tanya menyerbu. Sikon darurat tampak datang tanpa Klarybel lihat. Mereka yang merencanakan pergi ke Rumah Sakit luar negeri guna menyambut buah hati ke dunia pun pupus.

"Apa istri saya tidak bisa melahirkan normal, Dok?"

"Sayangnya tidak. Pasien harus melakukan persalinan sesar, Pak."

"Silakan Dok kalau itu yang terbaik."

"Memang, ada banyak wanita yang menginginkan kelahiran normal." Suara Dokter wanita tersebut kian menjauh. Kendati demikian, suara percakapan masih berlanjut dan hadir dengan laun.

Di tengah suara tapak sepatu yang berjalan-jalan di atas lantai, tiruan bunyi gesekan aluminium, kibasan kain, suara pemohon ini berhasil mengeluarkan Klarybel dari ketakukannya. Melegakan~

"Dokter, tolong utamakan nyawa istri saya." Pintanya dalam suara bergetar.

Lantas, beberapa jam lalu Klarybel pula teringat mengenai muasalnya berada di ranjang rumah sakit.

Kilas balik.

Seusai mandi dan berencana segera tidur. Klarybel berjalan menuju kaca bulat dan besar di kamar mandi.

Sesaat setelah mencelupkan wajah ke wadah berisi es batu dan air, Klarybel meraih handuk wajah. Menyerapkan air di wajah menggunakan handuk lembut tersebut. Kegiatan wajib melakoni perawatan kulit tak luput dari kehidupannya.

Serangkaian mendekati tahapan terakhir, ia memijat wajah dengan gua sha serta mengoleskan krim serum ganda. Kulit wajah Klarybel bertipikal sehat. Ia dapati berkat menjadi keturunan Bella. Maka itu, tidak perlu menggunakan banyak produk guna merawat kulit wajahnya agar menawan.

Belum tiba di ranjang, Klarybel yang mengalami kram pada perut memanggil Albar lewat gawai. Semacam ada tarikan pada perut, membikin ia memerosotkan tubuh kemudian duduk di lantai sebelah kaca rias. Pelembab bibir yang terbawa tanpa sengaja pun jatuh. Sebelumnya, ia kerap kontraksi berkali-kali dan mengira lazim.

Seakan pertanda hendak tertimpa situasi mencekam, Klarybel lupa mengunci pintu kamarnya. Sehingga Albar tidak sulit untuk masuk. Kemudian Albar secara gesit menggendong Klarybel. Kesakitan beraduk kepanikan menghasilkan keringat bercucuran di dahi.

Sekonyong-konyong cairan terasa mengalir hingga ke lutut. Ia tidak tahu sebab tiada keberanian mengecek. Di tengah-tengah kepanikan yang menyerang, tanpa sadar tujuan ke tempat mereka bertolak akhirnya tiba. Supir menyetir dengan mengebut tentunya.

Klarybel telah terlentang di atas brankar. Kram pada perutnya tak memikirkan lagi perihal hubungannya dengan Albar yang selama ini menjaga jarak. Albar tiada hentinya mengusap-usap kepala Klarybel. Si wanita pun menggenggam tangan Albar. Segenapnya dimulai semenjak keduanya di dalam mobil.

Albar memberi ketenangan sebab itu merupakan satu-satunya ihwal yang berharga. Kala Klarybel telah berada di Instalasi Gawat Darurat, Albar menjatuhkan kepalanya di dahi sang istri. Klarybel yang tak bertenanga lamun butuh penenang, mengalihkan keseluruhannya lewat menutup dan membuka mata berulang.

Selama keadaan nelangsa tersebut, Albar menyalipkan jemarinya di tangan Klarybel. Tidak butuh tenaga, Klarybel lantas membalas tautan jemari si pria.

"Tolong bertahan.." Lirih Albar. Dibalas anggukan Klarybel.

Marriage For Business Purposes [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang