27. Wilard Si Simba

1K 125 12
                                        

Tameng
—27. Wilard Si Simba—

------

Kalau belum mencoba, kamu tidak berhak mengeluh.

------

Jico seharusnya sudah tau kalau bunda nya akan tiba tepat dihari ini, namun ia tetap terkejut melihat wujud wanita yang telah melahirkannya itu tengah berkutat di dapur dengan bahan-bahan masakan.

"Taruh sepatunya di rak, cuci tangan dan jangan lupa bersihin badan kamu kalo kotor."

Jico berdehem gugup, ia menghampiri sang bunda setelah meletakan sepatunya dengan asal di rak.

"Bunda?"

Wanita dengan surai pendek itu menoleh, meletakkan gorengan yang baru saja matang ke piring.

"Kenapa sayang?"

"Bunda nggak apa-apa ikut kesini?"

Mengingat pekerjaan bundanya yang harus stay disana membuat Jico bertanya-tanya, pasalnya jarak nya semakin jauh apabila mereka memutuskan untuk pindah disini sementara sampai pekerjaan sang ayah selesai. Jico saja rela menempuh jarak jauh untuk melanjutkan kuliahnya, namun ia sedikit khawatir dengan sang bunda.

"Bunda nggak masalah, seharusnya kamu tau apa niat bunda sampai repot-repot menyusul kalian." Wanita cantik bernama Alena itu memandang putranya dengan sorot penuh maksud.

Suaminya bilang kalau Jico kembali terlibat perkelahian hebat, dan malah berujung ke rumah sakit dengan luka robek pada perutnya. Hati ibu mana yang tidak khawatir? Alena sempat dibuat uring-uringan sendiri.

"Bunda, semuanya udah baik-baik aja." Jico berujar lembut.

Alena memutar bola matanya, ia sudah sangat bosan mendengar alasan Jico yang sudah berucap sebelum ia benar-benar mengomelinya.

"Bunda ngelahirin kamu itu dengan taruhan nyawa, ayah kamu yang jadi saksi gimana bunda bersikeras mempertahankan kamu disaat semua dokter bilang janin bunda nggak bakal bertahan. Dan setelah kamu lahir, kamu menantang maut mu sendiri dengan cara seperti ini?"

"Ini bukan pertama kalinya buat aku, lagipula bunda pasti tau jika itu adalah dunia ku."

Alena menghela nafas, ia berbalik sepenuhnya pada Jico setelah ia mematikan kompornya.

"Bagaimana kalau bunda bilang, sudah waktunya kamu fokus sama hidup mu?"

------

"Bunda sudah berusaha memahami kamu, sekarang gantian kamu yang seharusnya paham kalau waktu mu tidak bisa terbuang percuma lagi."

Jico memejamkan matanya, kepalanya berdenyut saat ucapan sang bunda tidak bisa dihilangkan dari pikirannya. Jico pening bukan main, ia harus segera memikirkan jalan keluar dari masalahnya ini.

Dengan begitu Jico membuka kembali matanya dan menatap para anggotanya yang tengah berkumpul dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mereka saat ini tengah berada di markas baru mereka, rumah yang sudah lama tak dihuni itu berhasil mereka sulap menjadi tempat yang sangatlah nyaman dan pantas untuk ditinggali.

Juyen yang paling semangat merenovasi rumah itu, bahkan ia rela ikut mengecat dan menata interior rumah hasil iuran mereka semua. Dibanding rumah tak berpenghuni, kini penampilannya bangunan itu malah seperti rumah kekinian dengan interior simpel dan terasa hangat.

"Ngelamun mulu lo sedari tadi."

Jico menoleh pada Simon yang tengah menata vas bunga diatas meja, bisa ia tebak kalau itu adalah hasil karya tangan Tiyas yang selalu bagus nyaris tidak pernah mengecewakan.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang