Tameng
—32. Shankara Marah!—------
Benahi, lalu mulai lagi.
------
Wilard merasa Shankara sudah sangat berlebihan kali ini, Shankara menyeretnya pulang bahkan disaat ia belum selesai berbicara dengan Jeo. Tidak mendengarkan penolakannya, Shankara menulikan pendengaran dan segera membawa Wilard pulang.
Meninggalkan Jeo sendirian dengan posisi luka yang baru setengah diobati.
Wilard berusaha mengejar Shankara yang berjalan cepat hendak masuk ke dalam kamar. Menahan tangan sang kakak, Wilard berteriak memanggil Shankara.
"Lo itu sebenarnya kenapa?! Gue nggak ngerti bang, gue nggak bakal paham kalo lo nggak bilang!" Wilard berujar kesal.
Shankara menatapnya datar. "Turuti aja perintah gue, jangan pernah temui dia lagi."
Wilard mengusak kasar surai nya. "Gue bahkan baru kenal dia malem ini, jelasin dulu alasannya baru gue turutin omongan lo!"
Shankara berdecak, menarik tangan Wilard dan membawanya masuk kedalam kamar milik adiknya itu. Shankara merogoh saku celana Wilard dan merebut ponselnya begitu saja hingga si empunya terkejut dan berusaha mendapatkan ponselnya kembali.
"Bang! lo apa-apaan, ha?!"
Shankara segera menyembunyikan ponsel milik Wilard dibalik punggungnya, membuat Wilard kesusahan untuk merebutnya.
"Jangan pernah berusaha mencari tau tentang siapa itu Wolves."
Wilard membulatkan matanya, tidak menyangka kalau Shankara bisa membaca pikirannya. Memang nama Wolves begitu membuatnya penasaran, dan awalnya ia sudah berniat untuk meminta bantuan Juyen untuk mencari tau.
Namun kini pupus sudah, Shankara bergerak lebih cepat darinya. Seolah memang mampu membaca isi pikiran Wilard.
"Lo nggak bisa kayak gini ke gue, lo keterlaluan bang!" Wilard memekik frustasi.
Shankara tertawa sinis, mendorong pundak Wilard dengan jari telunjuknya. "Kalo gitu, biar gue tunjukan keterlaluan yang sebenernya."
Shankara lalu melangkah keluar, Wilard tidak ada niat untuk menghentikannya sebelum melihat kalau kunci kamarnya diambil oleh Shankara.
Secepat mungkin Wilard berlari mengejar, namun Shankara jelas lebih cepat darinya. Pintu kamarnya tertutup dan tak lama terdengar suara putaran kunci dari luar. Wilard panik, ia menggedor pintu kamarnya.
"Sialan, Bang Kara! lo nggak bisa seenaknya gitu, bangsat!"
Persetan dengan sopan santun, Wilard sungguh sepenuhnya marah dengan Shankara.
Pukulannya pada pintu melemah, Wilard bahkan bisa merasakan tenggorokannya mulai kering karena terus-terusan meneriakkan sumpah serapah untuk kakaknya.
"Gue ngelakuin ini buat lo, Wilard. Mengertilah, ada beberapa hal yang nggak seharusnya lo tau. Cukup turuti perintah gue aja maka hidup lo akan tenang kembali."
Wilard masih dapat mendengar ucapan Shankara, namun ia tidak menjawab sembari menumpukan keningnya pada pintu.
Shankara menghela nafas panjang, mengantungi kunci kamar Wilard sebelum ia melangkah menuju dapur. Dan disanalah ia bertemu dengan Yika yang tampaknya baru saja selesai mencuci piring kotor.
"Loh Abang? Wilard kemana?"
"Dia kecapean bun, katanya mau langsung tidur aja."
Yika mengerutkan keningnya. Aneh, batinnya merasa janggal. Namun memang Shankara sempat bercerita kalau kegiatan Wilard akhir-akhir ini sungguh banyak dan padat hingga menguras banyak energi, mungkin itu salah satu penyebabnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Fiksi Remaja"Lo adek gue yang nakal, Wilard." ------ Wilard itu anak tunggal, namun sejak kedatangan Shankara ia harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi si bungsu di rumahnya. Dan Shankara tidak pernah membayangkan akan memiliki seorang adik yang hanya berjar...