30. Siapa Wolves?

1K 108 4
                                    

Tameng
—30. Siapa Wolves?—

------

Apa kau ingin menjadi benar?
Atau ingin menjadi muda?

------

Simon meletakkan gelas berisi kopi hangat itu dengan hati-hati diatas meja, di hadapannya ada Jeo yang tengah melamun tanpa menyadari kehadirannya meskipun ia sudah menciptakan suara sekalipun.

Sejujurnya Simon sangat penasaran dengan sosok Jeo yang sudah seminggu tinggal dengannya ini, pemuda itu tidak banyak bicara dan hanya membuka mulut ketika butuh saja.

"Jeo?"

Yang dipanggil sampai tersentak kaget, ia segera membenarkan duduknya menjadi tegak. "Iya?"

"Lo sebenarnya kenapa? ngelamun mulu sedari tadi."

Jeo mengulas senyum tipis. "Nggak ada apa-apa bang, gue cuman kepikiran sesuatu tadi."

"Lo mau gue panggilin Jico buat kesini? biar lo bisa berkeluh kesah ke dia?"

"Eh?"

Jico mengedikkan bahunya. "Lo terlihat lebih enjoy saat bareng dia, mungkin karena kalian udah saling mengenal sejak lama. Gue nggak bermaksud gimana-gimana, gue menerima lo disini juga tanpa pengen merusak privasi kehidupan lo. Tapi kalo lo butuh tempat cerita, gue atau Jico bisa jadi pilihan terbaik lo."

Mendengar hal itu membuat Jeo terhenyak, merasa tidak enak pada sang tuan rumah yang sampai harus mengatakan hal itu kepadanya.

"Maaf bang, gue nggak bermaksud gitu. Gue pengen cerita ke lo, tapi gue takut lo nggak nyaman. Gue udah sangat merepotkan lo, gue juga udah mikirin bakal secepatnya pergi dari sini."

"Kenapa lo mikir begitu? Mau setengah abad lo disini pun nggak bakal gue permasalahkan, karena gue tau lo orang bener."

Jeo tersenyum, selain Jico ia bisa merasakan kehangatan dari sosok di hadapannya. Manusia baik hati yang bahkan tidak meragukannya, Jeo berfikir mungkin memang begini pertemanan sehat Jico dan teman-temannya.

"Bang, anggota gue pasti uring-uringan nyariin gue."

Simon mengerutkan keningnya. "Sebentar, jangan bilang kalo lo pun punya geng?"

Jeo nyaris saja meledakan tawanya setelah melihat reaksi Simon. "Apa ini dianggap curang karena gue lebih dulu tau kalo kalian itu bagian dari Suarga? Sedangkan kalian nggak tau sama sekali tentang gue."

Simon membulatkan matanya, ia bahkan sampai bangkit dari duduknya dengan spontan. Simon menunjuk Jeo dengan jari telunjuk nya, sedangkan Jeo bingung harus bagaimana.

"Shit! lo siapa sebenarnya?!"

------

"Baksonya isi keju batangan, anjir!" Juyen mengeluh, pasalnya bakso jumbonya malah berisi potongan keju utuh yang tidak ada lumer-lumer nya.

Hega disampingnya pun tidak bisa menahan tawanya. "Harusnya lo kukus dulu itu sampai mateng nya rata ke dalem!"

Juyen mendengus, namun tetap melahap baksonya dengan ogah-ogahan. Disampingnya ada Wilard yang tengah memotongi bakso milik Shankara, si pemilik tengah sibuk mengobrol dengan Josev untuk membicarakan tugas sekolah.

Saat ini mereka tengah berada di kantin sekolah, berburu makanan disaat jam istirahat kedua. Hanya Syam yang tidak bergabung dengan mereka, alasannya sih ingin menghampiri pacarnya yang kesekian.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang