Bab 9 Hayoo...

1.2K 183 23
                                    

3 bulan kemudian..

Hubungan Beckfreen semakin hari semakin romantis, bahkan mereka sekarang tidak malu lagi menunjukkan kedekatan mereka kepada seluruh siswa/i di sekolah.

Kedekatan Freen dengan kedua orangtua Becky juga semakin intens, hampir tiap minggu Freen pasti akan berkunjung ke rumah orangtua Becky untuk sekedar bermain, masak bareng Mama Armstrong atau pun bercerita banyak hal.

Meski begitu, namanya hubungan pasti sesekali akan mengalami goncangan karena sesuatu, baik karena kesalahpahaman atau karena hal-hal kecil lainnya. Seperti saat ini, Becky sedang berusaha membujuk pacarnya Freen yang sedari tadi merajuk karena melihat Becky mengobrol dengan seorang siswi baru.

"Sayang, kamu jangan marah lagi. Aku tadi hanya memberitahu dimana ruang kepada sekolah. Dia gak tahu.."

"Banyak alasan, dia itu udah dua minggu disini. Masa ruang kepala sekolah gak tahu. Bilang aja kamu mau dekatin dia. Apa semua siswi baru yang masuk disini kamu godain?"

"Mana ada sayang, dia memang bertanya tentang ruang kepala sekolah kepadaku tadi. Aku sama sekali tidak menghampirinya. Saat aku mau menyusulmu ke kantin, dia datang dan bertanya tentang itu.."

"Kenapa dia harus bertanya samamu? Padahal banyak siswa/i lain disini.."

"Aku juga gak tahu, mungkin karena kita satu kelas. Jadinya dia bertanya kepadaku bukan ke yang lain.."

"Banyak sekali alasanmu.." ucap Freen kesal lalu pergi meninggalkan Becky sendiri di taman sekolah.

"Sayang tunggu, kamu jangan salah paham.."

"...."

"Sayang, aku mohon jangan marah lagi.."

"...."

"Sayang.."

"....."

"Sayaaaaaang..."

Freen tetap tidak peduli dengan segala ucapan Becky. Ini bukan sekali dua kali ia melihat Becky bicara dengan siswi baru tersebut.

Bukan tanpa sebab Freen bersikap seperti ini, kalau Becky berbicara dengan yang lain, Freen tidak masalah. Tapi dengan siswi baru yang bernama Prim ini, Freen tidak suka. Hal ini karena Freen mendengar dari siswi lain kalau Prim menyukai Becky. Jadi Freen takut Becky akan berpaling darinya.

Apalagi hampir setiap hari ada saja ide Prim untuk berbicara dengan Becky. Sebenarnya Becky tidak terlalu merespon Prim, tapi terkadang Becky tetap meladeni Prim jika bertanya sesuatu. Hal itulah yang membuat Freen semakin kesal.
.
.
.
Kini Freen sudah ada di dalam kelas, ia duduk sambil membaca sebuah novel yang ia beli kemarin. Beberapa menit kemudian, tampak Becky baru saja datang dengan satu buket tulip dan cokelat di tangannya. Entah dari mana Becky bisa mendapatkan buket itu.

"Sayang, maafkan aku ya? Ini untukmu.." ucap Becky sambil menyerahkan buket dan cokelat tersebut. Tapi Freen tetap tidak peduli dan mengabaikan semua tindakan Becky.

"Hahahaha kasihan ya dicuekin.." ledek Nam yang melihat itu.

"Iya, cup cup.." lanjut Irin.

"Cinta tidak seindah film sayang.." ledek Heng juga.

"Ckk diamlah, kalian tidak membantu sama sekali.." kesal Becky.

"Jangan dimaafkan Freen, aku juga akan marah jika melihat pacarku ngobrol dengan wanita lain.." kompor Nam.

"Betul betul betul.." ucap Irin dan Heng serentak.

"Kalian bisa diam gak? Mau aku pukul.." ucap Becky menatap sinis mereka bertiga.

Falling in Love With You (Beckfreen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang