Waktu menunjukkan pukul 2 siang, saat ini Becky harus melakukan rapat dengan salah satu partner bisnisnya. Sebenarnya Becky sangat tidak bersemangat untuk berkerja saat ini, karena kejadian tadi, hingga kini ia belum berbaikan dengan istrinya.
Becky kini sudah berada di dalam ruang rapat bersama partner bisnisnya dari perusahaan lain. Beberapa saat kemudian muncullah Freen membawa iPad dan beberapa berkas di tangannya. Bagaimanapun Freen adalah sekretaris Becky dan mereka harus profesional meski ada masalah di antara mereka.
Becky melirik Freen dan melihat mata istrinya sedikit bengkak karena menangis. Rasa bersalah semakin menghantui Becky saat melihat wajah istrinya.
"Baiklah nona Becky, bisa kita mulai rapatnya sekarang?" ucap partner bisnis Becky. Ia terpaksa bertanya seperti itu karena melihat Becky yang tidak mau memulai rapat sedari tadi.
"Aaa baiklah, maafkan saya.." ucap Becky.
Setelah itu rapat dimulai dengan serius, berbagai pembahasan dan masukan mulai mengisi ruang rapat ini. Tapi meski begitu, ada satu orang yang masih kurang fokus dengan rapat yang diadakan saat ini. Becky masih selalu mencuri pandang ke arah istrinya yang sibuk mencatat beberapa pembahasan penting tentang rapat.
"Hmm apa masih ada yang perlu kita bahas?" tanya Becky.
"Menurutku ini sudah selesai nona Becky, kita bisa membicarakan ini lagi setelah proyek ini berjalan 50%.." ucap partner bisnis Becky.
"Baiklah, kalau begitu rapat saya tutup.." ucap Becky lalu menjabat tangan partner bisnisnya.
"Terima kasih nona Becky, senang berbisnis dengan anda.."
"Sama-sama tuan.." ucap Becky.
"Hmm ini sekretaris kamu nona Becky?" tanya partner bisnis Becky.
"Aaa iya dia sekretaris saya. Ada apa?"
"Hahhaa tidak apa-apa, dia sangat cantik. Kalau kamu mau, maukah kamu saya kenalkan dengan anak saya?" tawar partner bisnis Becky ke Freen.
"Ha??" kaget Freen.
"Mohon maaf tuan, dia memang sekretaris saya, tapi dia juga istri sah saya.." ucap Becky lalu merangkul pinggang Freen dengan posesif.
"Jadi kalian sudah menikah? Maafkan saya nona Becky, saya tidak tahu. Saya kira kalian hanya sebatas bos dan sekretaris. Soalnya saya lihat dari tadi kalian tidak ada interaksi.." ucap partner bisnis Becky.
"Tidak masalah tuan, saya maklumi.." ucap Becky. Setelah itu partner bisnis Becky pun memilih untuk pamit pulang.
Kini tinggal Becky dan Freen yang berada di ruang rapat. Becky ingin sekali mengajak Freen berbicara, tapi ia takut. Sedangkan Freen, ia hanya bersikap biasa saja.
"Saa..sayang.." panggil Becky setelah beberapa saat diam.
"Hmm.."
"Maafkan aku, aku mohon.."
"....."
"Sayang, aku tahu apa yang sudah terjadi itu salah. Tapi jujur aku tidak melakukan itu dengan sengaja. Itu semua tanpa sengaja sayang.." ucap Becky lalu mengambil tangan Freen untuk ia genggam.
"Aku gak akan melakukan hal-hal seperti itu dibelakangmu sayang, kamu adalah orang yang aku cintai. Dalam mimpiku pun aku tidak pernah berpikir untuk melakukan hal itu.." ucap Becky lalu mencium punggung tangan Freen.
"Aku mohon percayalah padaku.." ucap Becky lagi.
Mendengar hal itu Freen hanya tersenyum dan membawa Becky ke dalam pelukannya. Ia juga merasa bersalah karena tidak mempercayai suaminya tadi. Sehingga terjadilah kesalahpahaman seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love With You (Beckfreen)
RomanceRebecca Patricia Armstrong Freen Sarocha Chankimha . . . GxG Beckfreen 18+