12 🔞

408 0 0
                                    

"Deb, gimana tante?," tanya Max.

"Mama dipenjara, kak. Hiks," Debbie tidak bisa menahan tangis mengingat ibunya.

Melihat Debbie menangis, Max langsung menarik Debbie ke dalam pelukan. Debbie menangis tersedu-sedu. Rasanya lega bisa menangis dalam pelukan seseorang. Max mengusap punggung Debbie untuk menghiburnya.

"Thanks, kak," ucap Debbie ketika tangisnya mereda.

"Mau cerita?," tanya Max.

Debbie mengangguk.

"Kemarin pulang sekolah, papa ada di rumah. Tumben. Dia tanya-tanya soal jadwal mama tanpa sadar gue lagi diinterogasi. Gue jawab apa adanya, kirain emang papa mau tahu mama kemana. Gue kaget malam ini dijemput dan diantar supir ke kantor polisi. Ternyata papa udah disana dan mama..."

"Tante kenapa?"

"Mama ada di penjara. Gue bahkan nggak tahu keadaannya. Papa nggak izinin gue untuk jenguk mama, kak. Apalagi... papa kasih lihat bukti-bukti perselingkuhan mama. Mama... sampai kirim foto payudaranya ke selingkuhannya, hiks," ucap Debbie menangis lagi.

"Oh, Debbie," Max memeluknya lagi, memberi bahunya untuk Debbie menangis.

"Ta..tapi biar bagaimanapun salah, walau mama menyelingkuhi papa. Dia masih ibu kandung gue," ucap Debbie sambil terisak.

Max tidak tahu harus berkata apa selain menjadi sandaran Debbie untuk menangis. Ia sangat tidak tega melihat Debbie terpuruk begini.

"Mau gue nginap?," tanya Max.

Debbie memandang Max, tawaran yang cukup menarik. Debbie sungguh tidak ingin sendirian dan membutuhkan seseorang malam ini.

"Mau, kak. Please," ucap Debbie.

Tepat pada saat itu, ayah Debbie pulang. Debbie buru-buru menarik Max ke dalam kamarnya.

"Gawat, papa pulang! Kalau dia tahu lu disini pasti marah," ucap Debbie.

Debbie memang dilarang berpacaran oleh ayahnya, namun ibunya memberi izin asalkan tidak memberitahu ke ayahnya. Max sudah tahu hal ini.

"Tunggu, motor lu dimana?!," tanya Debbie panik.

"Parkir di rumah kosong sebelah," jawab Max sudah mengantisipasi.

"Fuuh, untung aja," ucap Debbie, namun ia panik lagi teringat sepatu Max di depan.

"Aduh, gawat! Sepatu lu!," ucap Debbie melotot. Kali ini Max ikut panik dan sudah siap-siap ketahuan.

Debbie mengintip ketika ayahnya masuk rumah. Syukurlah ayahnya tidak memperhatikan sepatu Max, mungkin saking memikirkan kasus yang menimpanya. Terlihat wajah ayahnya yang kusut. Debbie merasa iba sekaligus takut, ia buru-buru kembali ke kamar.

"Gimana?," tanya Max begitu Debbie masuk kamar.

"Aman, kak. Papa nggak perhatiin," jawab Debbie.

Max pun bernafas lega.

"Lu yakin mau gue nginap? Kalau om kemari gimana?," tanya Max sekali lagi memikirkan ulang rencananya yang sepertinya terlalu beresiko. Ayah Debbie habis diselingkuhi istrinya, kalau tahu putrinya juga sekamar sama cowok lain bisa berabe, pikir Max.

"Iya, kak. Papa nggak akan kemari, dia nggak seperhatian itu," ucap Debbie sedih.

Kalimat Debbie membuat Max prihatin. Cowok itu langsung menghibur Debbie dengan mencium bibirnya.

"Hmmph...mmm...mmm," desah Debbie. Ia tidak menyangka Max langsung menciumnya. Debbie sedang tidak mood melakukan ini, ia berusaha melepas namun kalah tenaga. Max menahan kepala dan tangannya.

Suck It Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang