32 🔞

180 0 0
                                    

5 tahun kemudian.

Max sedang memandangi laptop di apartemennya di Singapura.

"Mandangin foto-fotonya lagi?," tanya om Raga.

"Oh.. bukan, om. Dia.. menyuruhku melihat foto-foto terbarunya di Instagram," jawab Max sedikit gugup karena ketahuan.

Itu memang benar, Debbie yang menyuruhnya melihat. Namun Max terpesona hingga dia memandanginya cukup lama.

"Tak disangka, dia hebat juga bisa jadi selegram cukup terkenal sekarang. Padahal om dulu sempat pesimis padanya," ucap om Raga.

Max diam saja, namun dalam hati ia merasa bangga ketika omnya memuji pacarnya.

"Sudahlah, mengaku saja. Mungkin sudah waktunya kamu pulang dan menemuinya," ucap ayah Max.

"Papa dan om setuju aku pulang?," tanya Max sekaligus meminta izin.

"Ya, kami setuju," jawab ayah dan omnya barengan.

Sementara itu, di kampus Indonesia. Debbie sedang melihat berita mengenai perusahaan start-up yang dikelola pak Dosan meraup keuntungan miliaran dari aplikasi Mall Map. Kini mereka berencana untuk merambah internasional dengan aplikasi itu.

Debbie membaca ulasan sejarahnya dan ada beberapa tulisan yang menyebut nama sekolahnya dulu juga nama Max Humario. Membuat Debbie tersenyum.

5 tahun berlalu. Kehidupan mereka banyak yang berubah. Awalnya komunikasi Debbie dan Max berlangsung lancar, namun semakin lama hidup Max semakin disibukkan dengan perkuliahan dan pekerjaannya. Begitu juga dengan Debbie yang sudah mulai kuliah sambil bekerja sebagai model dan selegram.

Kesibukan membuat komunikasi mereka semakin berkurang dan lama-lama menjauh. Dari komunikasi kapan saja menjadi komunikasi kapan-kapan. Hubungan mereka pun menjadi tidak jelas sekarang. Teman bukan, dibilang pacar juga kok jarang ngobrol? Memikirkan itu membuat Debbie menghela nafas.

...

Suatu hari.

Debbie menghadiri pesta Halloween di sebuah hotel. Semua orang memakai kostum masing-masing. Debbie memilih menjadi gadis Indian. Ia datang bersama dengan teman cowok.

"Wow, you look so pretty!," ucap temannya itu ketika pertama kali melihat Debbie.

"Terima kasih."

"Gue gimana?," tanya cowok itu dengan kostum pangerannya.

"Bagus," jawab Debbie tertawa.

Di tengah keramaian pesta, seorang teman cewek Debbie menariknya ke sudut.

"Deb, cowok yang lu bawa wow banget! Kalian pacaran?"

"Nggak! Kita cuma teman," tegas Debbie.

"Yakin?"

"Yah.. kalau gue sih anggapnya teman doang ya. Nggak tahu kalau dia, sih," jawab Debbie lagi.

"Masih single?"

"Setau gue masih."

Teman Debbie itu mengeluarkan cermin kecil untuk memperbaiki penampilannya.

"Ngapain sih, lu?," tanya Debbie kesal.

"Dengar ya, gue sengaja jadi malaikat seksi gini biar cowok-cowok suka. Mau cari pacar aja susah betul. Cape, deh!," ucap temannya sambil memperbaiki riasan.

Debbie memutar bola mata mendengar keluhan temannya kemudian melihat dia mendekati cowok yang tadi datang bersamanya. Good luck, deh pikir Debbie.

Debbie memilih duduk sendirian. Pesta ini lebih terasa seperti pesta Valentine daripada Halloween. Banyak yang berpasangan, bahkan teman Debbie tadi sudah terlihat akrab dengan gebetannya. Hanya tersisa Debbie seorang diri.

Suck It Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang