33

77 0 0
                                    

"Ini lelucon! Jangan harap saya restui!," tegas ayah Debbie ketika Debbie dan Max minta izin untuk menikah.

"Tapi, pa....," protes Debbie.

"Kamu itu lulus kuliah juga belum!," ucap ayahnya.

"Sabar, Arga. Kurasa Debbie sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan," bela tante July.

"Selama masih saya yang membiayai kuliahnya, dia masih tanggung jawab saya dan saya berhak melarang!," balas om Arga.

"Apa? Papa egois!," ucap Debbie.

Ayahnya senewen dibilang egois. Baru mau membalas, Debbie malah menyemprot pacarnya juga.

"Max, benerkan nggak bisa! Ngomong sesuatu, dong!," ucap Debbie.

Max menarik nafas, sudah menduga akan terjadi seperti ini. Ia pun mulai bicara.

"Saya bersedia membayar biaya kuliah Debbie jika kami menikah," ucap Max sesopan mungkin.

Kali ini om Arga menghela nafas, ia kenal siapa Max. Anak yang menjerumuskan Debbie ke kejadian buruk di masa sekolah. Namun ia juga tahu jika Max adalah salah satu pendiri aplikasi Mall Map yang terkenal itu. Penampilan anak itu sudah sangat berbeda dulu dan sekarang.

"Maaf, jawaban saya tetap tidak! Debbie adalah anak saya satu-satunya. Saya tidak menyekolahkannya tinggi-tinggi hanya untuk menikah!"

"Saya bisa pastikan Debbie akan menyelesaikan kuliahnya," ucap Max.

"Ya sudah, pastikan dia lulus dulu nanti baru balik lagi!," balas om Arga.

Sialan! Apa dikira dia tahu segalanya tentang Debbie hanya karena membiayai hidupnya? Pikir Max.

"Kalian berdua masih muda, jalan hidup masih panjang. Jangan buru-buru, pikirkan lagi. I really thought you are better than this," lanjut om Arga menyindir.

Max berusaha menahan sabar, terlihat dari kedutan di rahangnya.

"Like you and mommy?," ketus Debbie mengulas balik jalan hidup ayahnya dulu seolah beliau paling benar hidupnya.

Max terkejut Debbie mengungkit-ungkit masa lalu ayahnya. Cari mati, pikir Max.

"Jangan bawa-bawa dia! Dia sudah meninggalkan rumah ini, meninggalkanmu. Orangtuamu hanya kami sekarang!"

"Itu karena papa nggak pernah perhatian ke mama. Bukan sepenuhnya salah mama jika selingkuh!," ucap Debbie.

"Kamu... anak tidak tahu diri! You just look like her!," omel ayahnya sambil berdiri dan menunjuk-nunjuk muka Debbie.

"..Om..," tegur Max takut om Arga khilaf.

"..Arga..," tegur tante July juga.

"Masuk ke kamarmu sekarang!," tegas ayahnya.

"Aku bukan anak kecil!," protes Debbie.

"Jangan paksa papa! Apa gara-gara dia, kamu jadi melawan papa?!," ucap ayahnya sambil menunjuk Max.

"You have no clue at all. Aku memang seperti ini dari dulu," ucap Debbie.

"Masuk!!!," teriak ayahnya lagi. Kali ini Debbie menurut setelah berkata sorry pada Max.

Sekarang hanya ada Max dan kedua orang tua Debbie. Max dan om Arga saling adu mata.

"Apa?," tanya om Arga seperti menantang.

"Kalau begitu saya pamit dulu. Permisi tante... permisi om," ucap Max sambil tersenyum kecut. Percuma bicara sekarang, om Arga sedang emosi, pikir Max.

Suck It Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang