06

264 50 13
                                    

Perut Victor masih terasa seperti diremas-remas. Gas dalam perutnya seolah punya kaki yang menendang-nendang hingga ia harus mengeluarkannya setiap 15 menit sekali. Entah sudah berapa kali dia keluar masuk toilet hanya untuk membuang hajat yang tidak semestinya menjadi kebiasaan normalnya sehari-hari, yang berujung membuat wajahnya pucat dan badannya lemas.

Awalnya, lelaki itu menduga dia keracunan makanan, tapi setelah memutuskan pergi ke klinik dan terbaring di ranjang pasien, dia jadi tahu kalau penyebab kemalangannya itu karena overdosis pencahar.

Dia tidak perlu mencari tahu siapa orang yang tega berbuat jahat pada lelaki baik hati seperti dirinya, karena tersangkanya sudah pasti gadis itu, gadis setan yang sialnya menjadi keponakan tiri Victor.

Siang beralih senja, kondisi Victor berangsur membaik. Wajahnya sudah tidak sepucat mayat dan badannya tidak lagi seperti kertas basah lembek yang terkulai lemas. Sebenarnya dokter menyarankan untuk dirawat di klinik, atau rumah sakit universitas, tapi lelaki itu menolak dengan alasan dia mempunyai keponakan yang ditinggal sendirian di rumah, karena itu akhirnya dokter mengizinkannya pulang. Tentunya Victor harus merepotkan orang lain seperti teman baiknya Lisa untuk mengantarnya pulang, dan membiarkan wanita itu membawa mobilnya.

Dengan kaki sedikit diseret, lelaki itu pun masuk ke dalam rumah. Suasana rumah sepi, tidak ada tanda-tanda Rosebelle sudah pulang. Tetapi, dia justru mensyukuri keadaan yang sunyi itu, sebab dia jadi bisa beristirahat dengan tenang untuk memulihkan kondisinya.

Makanan dan obat dari dokter sengaja ia bawa ke dalam kamar, agar nantinya ia tidak kerepotan saat makan malam dan waktunya minum obat tiba. Maklum saja, kamarnya berada di atas, dan naik turun tangga di kala badannya masih sedikit lemas cukup membuatnya malas. Saking malasnya, bahkan ketika obsidiannya menjumpai matras, ia hampir melemparkan nampan berisi makanan untuk cepat-cepat menjatuhkan tubuhnya ke benda empuk itu lalu tidur.

Victor terbangun saat perutnya terasa lapar. Ketika obsidiannya melirik jam digital di atas meja nakas, angka 11.25 menerangi kamar gelapnya. Dia sudah tidur cukup lama, lebih lama dari yang ia duga. Makanannya juga sudah dingin, tapi tetap ia makan untuk mengisi tenaganya.

Usai menghabiskan makanan dan minum obat, dia membawa tungkainya ke wardrobe, mengganti pakaian sebelum turun ke dapur menaruh piring dan gelas kotor.

Kamar Rosebelle terlihat masih gelap saat ia melewatinya. Dia jadi bertanya-tanya apakah gadis nakal itu sudah tidur atau justru belum pulang. Tetapi, kalau harus memastikannya sekarang, dia jelas malas. Dia tidak mau amarahnya bangkit karena melihat gadis sial yang membuatnya menderita, jadi dia memutuskan untuk kembali ke kamar saja setelah selesai mencuci peralatan makan yang kotor. Akan tetapi, belum selesai ia mencuci, rungunya dikejutkan oleh suara pintu utama yang terbuka. Kontan dia mematikan kran dan melepas sarung tangan.

Dia yakin kalau Rosebelle yang membuka pintu. Entah untuk kabur, atau baru pulang saat dini hari. "Gadis nakal itu," gerutunya, memacu tungkai ke ruang tamu.

Betapa terkejutnya lelaki bersurai eboni itu saat obsidiannya menyaksikan Rosebelle sedang berciuman panas dengan laki-laki yang tidak dia kenal.

Tangan laki-laki itu dengan jelas meremas bokong Rosebell, sementara gadis blonde itu mengacak rambut laki-laki yang diciumnya, sebelum lelaki itu mendorong tubuh Rosebelle jatuh ke sofa.

"Apa yang kalian lakukan di rumahku?!" Victor langsung melayangkan tinju pada wajah lelaki yang akan menindihi Rosebelle.

Rosebelle memekik, melihat Michael jatuh dipukul Victor. "Mickey!" Membantu kekasihnya bangun. "Yak! Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau memukul kekasihku?"

MY LOVELY RASCALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang