"Baju itu tidak akan bersih sendiri kalau kau tidak mencucinya." Kedua tangan Victor dilipat di dada, mata hitamnya mengunci satu obyek yang sedari 15 menit lalu hanya berjongkok menyandarkan kepala di dinding.
Gadis yang ditatap tajam netra Victor membuang napas kasar melalui mulutnya. "Emm ... aku berubah pikiran." Berdiri, menepuk pundak Victor. "Aku tidak akan protes atau mendebat apapun yang akan kau lakukan pada baju-baju itu, jadi tidak masalah kalau kau mau membuangnya atau membakarnya." Menyunggingkan senyum manisnya.
Victor memejamkan matanya rapat. Menahan rasa kesal walau pelipisnya terus berkedut. "Kau tahu berapa banyak uang yang sudah kukeluarkan untuk membeli baju-baju itu?" Rosebelle hanya mengedikkan bahu. "Lebih dari 2 juta won, Nn. Bell."
"Wow! Orang bodoh mana yang mau mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membeli baju?" Cibir Rosebelle. Dia jadi semakin hobi membuat Victor kesal, bukan lagi hanya sebatas bentuk balas dendam atau misi agar Jennifer bisa diceraikan si tua Benjamin.
Satu sudut bibir Victor ikut berkedut seperti pelipisnya. "Orang bodoh itu dengan amat sangat terpaksa sekali membeli baju-baju itu hanya untuk membuat seorang gadis sialan sepertimu bisa berpakaian layak dan sopan, Nn. Bell," ujarnya kesal sembari menarik kedua pipi Rosebelle.
"Ahahaha." Rosebelle terkekeh datar di saat Victor masih menarik kedua pipinya. "Kalau begitu kita memang harus mencuci bajunya, Ahjussi."
"Itu yang kau usulkan 15 menit lalu, Nona." Victor tersenyum singkat, lalu kembali mengomel. "Dan bukan kita, tapi kau. Kau yang harus mencucinya, Rosebelle Laurent Park."
"Hah? Kenapa hanya aku? Bajumu juga ada di sana." Telunjuk Rosebelle menunjuk tumpukan pakaian kotor.
"Ingat siapa yang mengotori semua baju itu dengan muntahan?" Victor memajukan wajah. "Kau!" Mendorong kening Rosebelle dengan telunjuknya. "Dan siapa yang dengan tidak sopan mencuri kaus mahalku? Kau!"
"Hey, aku tidak mencurinya, aku hanya meminjamnya."
"Kalau begitu kau harus menggantinya."
"Kenapa aku harus menggantinya? Yang merobek kaus jelek itu bukan aku, tapi orang-orang brengsek itu."
"Jangan banyak alasan. Sekarang cuci bajunya atau kau tidak akan dapat jatah makan siang."
"Apa?" Mata Rosebelle melotot. "Kau tega sekali. Apa ini sikap pantas yang kau tunjukkan sebagai tuan rumah? Kau akan membiarkan tamumu kelaparan? Kau bisa dituntut. Yak! Yak! Aku bisa mati kelaparan kalau tidak makan? Yak! Ahjussi!"
Victor mengabaikan rengekan Rosebelle. Dia menutup telinga dengan kedua tangan, berjalan menjauhi ruang penatu.
"Dia selalu membuatku pusing."
Bokong Victor terhempas dengan kasar di kursi makan. Tangannya terulur mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih. Setelah meneguk habis, dia mendongak, menyandarkan kepala di kursi.
Menghadapi Rosebelle ibarat menghadapi anak kecil, remaja, dewasa, dan manula sekaligus dalam satu raga. Terkadang gadis itu bersikap kekanakan dan menggemaskan, tapi tidak jarang dia menjadi menyebalkan dan bebal seperti manula pikun yang keras kepala. Hanya di saat sosok lemahnya muncul saja gadis itu bisa terlihat seperti seorang dewasa di mata Victor.
"Sial! Jennifer tidak bisa dihubungi." Victor membuang napas kasar. Meletakkan ponsel di meja sekalian menyandarkan kepalanya di sana. "Sudah sebulan lebih dia tinggal di sini, tapi aku tidak melihat perubahan positif selain pakaiannya yang lebih tertutup. Itupun karena aku yang memilih semua pakaiannya." Sekali lagi membuang napas kasar. "Sekarang akan menjadi lebih sulit." Memejamkan matanya yang lelah.
![](https://img.wattpad.com/cover/376731493-288-k806600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
قصص عامةKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...