"Ahjussi ... aku lapar."
"Kau boleh makan setelah hukumanmu selesai."
Rosebelle tidak bisa mendebat lagi. Janjinya untuk menyelesaikan hukuman di rumah sudah dituruti Victor. Jika dia masih membuat onar, Victor bisa saja melakukan sesuatu yang lebih kejam dari ini.
Bagaimana tidak dibilang kejam, lelaki bersurai eboni itu duduk di sofa empuk dengan kaki diselonjorkan. Satu tangannya masih setia memegang komik, tangan yang lain mengapit cangkir berisi cokelat panas untuk diseruput mulut sialannya yang terus mengomentari tulisan Rosebelle. Selain itu di meja yang sama di tempat Rosebelle menulis, terhampar beberapa kudapan malam kesukaan Rosebelle, jadi gadis itu harus mengerjakan tugas dengan banyak godaan yang membuatnya harus menahan diri untuk tidak mencomot camilan yang merengek, meminta untuk segera dimakan.
"Wah, biskuit ini langsung lumer di mulut setelah kucelupkan di cokelat panas." Mulut Victor bergerak pelan mengunyah biskuit. Netranya terpejam santai. Dia sengaja melakukan itu untuk membuat kesal Rosebelle.
"Keterlaluan sekali." Manik Rosebelle berkaca-kaca. "Kau tidak hanya menghukumku, tapi juga menyiksaku."
Mengabaikan ucapan Rosebelle, pandangan Victor tertuju pada choco lava yang berada tepat di depan Rosebelle. "Aku bisa mendengarnya." Tangan Victor terulur pelan. "Choco lava ini memohon padaku untuk segera dimakan."
"C-choco l-lava?" Bibir Rosebelle bergetar menyuarakannya. Matanya mengikuti pergerakan tangan Victor mengambil camilan favoritnya. Mulutnya ikut terbuka saat Victor menyuapkan sesendok besar choco lava ke dalam mulutnya.
"Hmm." Sekali lagi, Victor menikmati lumernya cokelat dengan mata terpejam.
Air mata Rosebelle meluruh di pipi. Dia baru menyadari bahwa ternyata hukuman terberat yang ia dapatkan adalah harus menahan godaan makanan. Dia sendiri tidak menduga kalau Victor akan memikirkan ide kejam seperti ini untuk menghukum sekaligus menyiksanya.
Meratapi nasib malangnya sembari menulis, gadis blonde itu memilih cepat-cepat menyelesaikan hukuman sebelum Victor benar-benar menghabiskan semua camilan kesukaannya.
Lima belas menit berlalu dengan keheningan membuat Victor merasa janggal. Dia pun mengintip dari balik buku komik, melongok keadaan Rosebelle yang ternyata sudah menyandarkan kepala di meja dengan mata terpejam.
"Dia tidur." Victor mendesah pelan. Berdiri untuk mengecek keadaan Rosebelle.
Sepertinya gadis itu telah menyelesaikan hukumannya. Namun karena terlalu lelah, rasa laparnya dikalahkan oleh rasa kantuk.
Victor yang pengertian membopong tubuh Rosebelle, membawanya ke kamar lalu merebahkannya di kasur. Dia tidak bisa berlama-lama seperti merapikan anak rambut Rosebelle yang berantakan atau memandangi wajah cantiknya lalu mengecup keningnya, camilan-camilan di ruang TV sudah menunggunya untuk segera diselamatkan sebelum semut datang menghampiri. Akan tetapi, saat ia berbalik hendak pergi, Rosebelle menggenggam tangannya.
"Jangan pergi," gumam Rosebelle dalam tidur. "Eomma."
Kalau sudah seperti ini Victor jadi tidak tega. Niat untuk menyimpan camilan pun diurungkan, dan memilih menempati ruang kosong di samping Rosebelle.
Sudah pasti malam ini mereka akan tidur bersama lagi. Seperti malam-malam sebelumnya yang dengan sengaja atau tidak sengaja mereka tidur bersama.
🐾 ꂵꌩ ꒒ꂦꃴꍟ꒒ꌩ ꋪꍏꌗꉓꍏ꒒ 🐾
Ada sesuatu yang mengunci pergerakan Rosebelle saat ia hendak memutar tubuh. Sesuatu itu melingkar di pinggang dan punggungnya. Penasaran dengan benda yang membuatnya sulit bergerak, maniknya pun terbuka, dan terbelalak saat menjumpai wajah tampan seorang Victor Leonard Kim persis di depan matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/376731493-288-k806600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
General FictionKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...