Bibir Rosebelle terus mengulas senyum. Senandungnya terus mengalun sepanjang ia mengerjakan tugas rumah. Kakinya tak berhenti berjingkat atau melompat seperti orang yang sedang menari. Suasana hati gadis cantik itu tampak sedang bagus. Dia tidak menggerutu atau pun mengeluh pada apapun yang diperintahkan oleh Victor.
Akhir pekan setelah kepulangan Victor memang sudah amat dinanti oleh Rosebelle. Karenanya, dia amat bersemangat untuk segera merampungkan tugas membersihkan rumah. Barang kali Victor akan mengajaknya pergi ke luar seperti biasa, jadi dia sudah siap.
"Ahjussi." Rosebelle menghampiri Victor dengan berlari kecil. Wajahnya berseri-seri seperti seseorang yang memenangkan lotre.
"Hmm?" sahut Victor, masih berkutat dengan laptopnya.
"Aku sudah menyelesaikan semua tugasku. Membersihkan rumah, mencuci, mengepel, menyiram tanaman, bahkan mencuci mobilmu," kata Rosebelle melaporkan hasil kerja kerasnya. "Hanya 1 yang belum kulakukan, yaitu memasak. Emm ..." Berpikir untuk menarik atensi Victor. "Sekarang aku lapar."
"Maaf, Bella. Aku tidak bisa memasak sekarang." Fokus Victor masih terpaku pada layar laptop.
Akan tetapi, Rosebelle tidak bersedih apalagi marah. Saat melihat Victor sibuk, dia sudah yakin kalau Victor tidak akan memasak untuknya. "Tapi aku sangat lapar, Ahjussi," rengeknya. Menyembunyikan antusiasme jikalau Victor tiba-tiba mengajaknya makan di luar.
"Kau pesan saja. Aku tidak akan membatasi menunya." Jawaban Victor mematahkan semangat Rosebelle.
Pelipis gadis blonde itu berkedut. "Maksudmu kau membebaskanku memesan makanan?"
"Hmm."
Diluar ekspektasi. Jawaban dan reaksi Victor benar-benar jauh dari apa yang diharapkan Rosebelle. Rasanya Rosebelle jadi ingin mengamuk, tapi dia memang sudah kelaparan. Akan tetapi, kalau dia tidak memuntahkan amarahnya nanti bisa sakit kepala, tapi perutnya terus keroncongan.
Akhirnya Rosebelle terpaksa menerima demi mendiamkan cacing dalam perutnya. Meskipun enggan, dia memesan banyak menu makanan sebagai pelampiasan rasa kesalnya pada Victor.
Selang setengah jam, semua makanan yang dipesan sudah datang. Sialnya lagi, Rosebelle harus makan sendirian tanpa ditemani Victor.
Lelaki bersurai eboni itu seperti gila kerja. Padahal sekarang akhir pekan, tapi dia menyibukkan diri dengan menilai tugas para mahasiswanya, juga membuat soal untuk ujian yang akan diadakan sebulan lagi.
"Untuk apa dia pulang kalau aku tetap harus makan sendirian?" Sambil bersungut-sungut, Rosebelle menyuapkan sesendok besar makanan ke dalam mulutnya. "Kenapa tidak sekalian saja menginap di kampus?" Hidungnya kembang kempis. "Ujian masih 1 bulan lagi, tapi dosen menyebalkan itu berlagak sok sibuk membuat soal. Memangnya dia akan dapat medali dosen paling rajin? Atau dosen paling berdedikasi? Sekalian saja dia buat soal untuk semua mata kuliah. Menyebalkan sekali."
Netra Rosebelle sedikit buram karena bulir kristal itu tertampung di kedua sudutnya, namun dia pantang mengusapnya. Baginya, kalau cairan lakrimalis itu sampai dihapus punggung tangannya, artinya dia akan mengakui sedang meratapi nasibnya yang kesepian tanpa Victor, dan dia sangat benci itu.
"Kau belum selesai makan?"
Vokal bariton itu berasal dari belakang Rosebelle. Gadis itu pura-pura tuli, memilih terus menggerakkan mulut mencacah makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
Ficção GeralKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...