Setelah kepala dan pelipisnya yang berdenyut, sekarang perut Victor juga terasa perih. Gara-gara gadis sialan bersurai blonde yang tidur bersamanya, Victor terpaksa harus menunda sarapannya sampai gadis itu membersihkan noda darah di kasurnya hingga bersih dan tidak tercium bau amis sedikit pun.
Untungnya seprei yang digunakan Victor malam itu berwarna putih. Tidak seperti biasanya yang berwarna abu-abu, biru gelap, atau hitam, jadi matanya dapat dengan jelas melihat noda merah yang amat kontras dengan kain putih tersebut.
"Sudah selesai." Rosebelle mengatur napas. "Sudah bersih dan tidak tercium bau darah sama sekali." Menjatuhkan tubuh di sofa.
Obsidian Victor memicing, seolah tidak percaya dengan ucapan gadis blonde yang sudah kelelahan itu. "Kalau sampai belum bersih, aku akan—"
"Ahjussi." Rosebelle mengerling Victor. "Kau bisa lihat sendiri hasilnya."
"Tentu saja. Aku pasti akan memeriksanya." Victor bangun dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju ruang makan. "Kau tidak mau makan?" serunya, agar Rosebelle mendengar suaranya.
"Sebentar lagi. Aku perlu mengatur napasku sebelum menghabiskan jatah sarapan dan makan siangku sekaligus," balas Rosebelle dengan suara sama kerasnya.
"Dasar." Victor hanya menggelengkan kepala.
Lima menit kemudian gadis blonde itu sudah bergabung dengan Victor di meja makan. Ia tidak perlu meminta izin pada Victor untuk melahap semua sisa makanan yang tidak diambil Victor, karena dia yakin lelaki itu pasti sengaja menyediakan porsi lebih untuknya.
"Pembalutku habis," celetuk gadis itu sebelum Victor memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutnya.
"Kau bisa membelinya sendiri. Ada banyak minimarket di sekitar rumah," sahut Victor. Mengunyah suapan terakhir.
"Tidak mau!" Rosebelle mulai bertingkah. "Aku ingin kau yang membelinya."
Victor meletakkan kedua telapak tangannya di meja. Memejamkan mata lalu mengasong oksigen sebanyak mungkin dan menghembuskannya lewat mulut. "Nn. Belle, pria tidak pernah memakai pembalut, jadi untuk apa aku membelinya?"
"Untukku, Ahjussi sayang," jawab Rosebelle santai. "Mulai sekarang, kau harus membiasakan diri membeli barang-barang itu. Tidak perlu malu." Mengunyah makanannya lalu kembali bersuara. "Ingat! Aku adalah istrimu, dan kau sudah berjanji tidak akan pernah menceraikan istrimu yang cantik ini, kan, Ahjussi?" Mengedipkan sebelah matanya.
"Kau benar-benar sinting."
"Ahahaha ... tapi kau sangat menyukai gadis sinting ini, kan?"
"Dalam mimpimu!" Victor mendengus lalu berdiri. Membawa piring kotor ke dapur untuk dicuci.
🐾 ꂵꌩ ꒒ꂦꃴꍟ꒒ꌩ ꋪꍏꌗꉓꍏ꒒ 🐾
"Bersayap?" Kedua alis Victor terpilin saat membaca keterangan jenis pembalut. "Sensasi dingin?" Otaknya membayangkan area kewanitaan dipenuhi es. "Bagaimana benda sekecil ini bisa menyegarkan daerah kewanitaan? Apa di dalamnya ada sabun?" Dia hampir membuka bungkus pembalut untuk melongok isinya, jika saja Rosebelle tidak menghampiri lalu menepuk punggungnya.
Pada akhirnya dua orang itu pergi bersama untuk membeli pembalut. Rosebelle yang tidak bisa memaksa Victor, terpaksa pergi membeli pembalut sendiri. Sementara Victor yang tetap menolak untuk pergi tidak punya pilihan lain. Dia menawarkan tumpangan pada Rosebelle lantaran takut anemia Rosebelle akan membuat gadis itu jatuh pingsan di jalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
Fiksi UmumKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...