Rosebelle gelisah dalam mobil. Jari-jarinya sibuk menulis pesan untuk Victor. "Pourquoi le pervers ne répond-il pas à mes appels?" ujarnya, mendengus kesal.
Jisoo mengerling gadis blonde itu melalui spion. "Kau bicara dengan siapa Rosie?"
"Temanku," jawab Rosebelle berbohong. Melihat depan lalu mengumpat, "Connard."
"Entah mengapa aku merasa bangga hanya dengan mendengar temanku berbicara bahasa asing." Jisoo tersenyum lalu membuka pintu mobil.
Mereka bertiga sudah sampai di depan rumah Victor. Karena itulah Rosebelle jadi semakin kesal dengan Victor.
Gadis itu tidak cukup bodoh untuk memberitahu kedua temannya bahwa ia tinggal bersama dosen tampan yang diidolakan Jisoo, dan dia juga tidak perlu diingatkan Victor soal menjaga rahasia tempat tinggal mereka. Sebab, jika rahasia mereka sampai terbongkar, hidupnya akan lebih merepotkan dari pada sekarang. Bukan hanya akan disuruh meninggalkan Korea atau Amerika, dia pasti akan dipaksa untuk kembali ke Perancis untuk tinggal bersama si tua Benjamin. Lalu puluhan pengawal akan memantaunya, membatasi pergerakannya, dan ia akan kembali masuk dalam sangkar seperti Rosebelle kecil.
Wajah Rosebelle tampak tegang. Dia tidak bisa tenang sebelum Victor membalas pesannya.
"Selamat sore, Profesor."
Suara Jisoo membuat jantung Rosebelle menyentak. Dia sengaja berdiri di belakang Jisoo dan Ren, agar mereka berdua tidak menyadari kepanikannya.
"Jisoo? Ren?" Kedua alis Victor saling bertaut. "Nn. Laurent?" Menyebutkan nama Rosebelle belakangan.
"Selamat sore, Profesor." Ren membungkuk hormat. "Maaf mengganggu waktu liburmu."
"Tidak apa-apa." Victor tersenyum. Membuka pintu lebar-lebar. "Silakan masuk."
"Wow, ini pertama kalinya aku berkunjung ke rumah Prof. Kim." Manik Jisoo menyisir sekeliling.
"Ehem!" Bagi Ren, sangat tidak sopan mengamati rumah orang lain secara terang-terangan.
"Maaf, Profesor." Wajah Jisoo tertunduk malu.
"Tidak apa-apa." Victor tersenyum.
"Boleh aku melihat-lihat rumahmu, Profesor?" tanya Rosebelle.
Gadis yang satu ini memang gila. Terang-terangan meminta izin berkeliling rumah dosennya. Ren dan Jisoo tak habis pikir dengan letak malu gadis blonde itu.
"Emm, Rosie, sebaiknya—" Mulut Ren dibungkam Jisoo.
"Aku yakin Prof. Kim tidak akan keberatan." Jisoo tersenyum kikuk, memandang Victor dengan tatapan memohon.
Seolah mengerti isyarat Jisoo, Victor pun menjawab, "Ya, tentu."
Bibir Rosebelle mengulas senyum. "Terima kasih, Profesor." Tanpa membuang waktu, dia membawa tungkainya menyingkir dari ruang tamu. "Cucianku," monolog batinnya.
Alasan Rosebelle pura-pura meminta izin adalah untuk menyembunyikan semua celana dalam dan bra yang sedang ia jemur. Ia takut kalau Jisoo dan Ren akan tidak sengaja melihatnya jika mereka mengelilingi rumah.
Seandainya saja tadi Victor bisa dihubungi, Rosebelle pasti tidak akan panik seperti ini.
Kembali pada dua orang yang akan meminta pendapat Victor, mereka masih terlihat canggung. Untung saja Victor sedang ke dapur membuatkan minuman untuk mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
General FictionKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...