"Kenapa belok kiri?" Rosebelle mengernyitkan dahi, menatap Victor yang fokus pada kemudi. "Kau mau mengajakku makan malam di luar?" tebaknya penuh harap.
"Hmm." Victor mengangguk.
Senyum Rosebelle langsung merekah. Kalau setiap hari Victor selalu mengajaknya belanja dan makan di luar, selama apapun Jennifer menumpang dia tidak akan protes.
"Apa aku boleh meminta choco lava sebagai penutup?"
"Tentu." Seketika Rosebelle memeluk Victor dari samping, membuat lelaki itu hampir membanting setir karena kaget. "Yak! Jangan mengagetkanku seperti itu!"
Mengabaikan kekesalan Victor, Rosebelle mengecup pipi Victor lalu mengencangkan pelukan. "Kau memang ahjussi yang paling pengertian."
"Ya-ya-ya. Sekarang lepaskan pelukannya. Kau membuatku sesak."
Gadis itu pun menurut. Sekali lagi ia mengecup pipi Victor, bibirnya terus menyunggingkan senyum dengan pandangan tak beralih dari sisi samping wajah Victor.
Beberapa lagu yang diputar Victor turut dinyanyikan oleh Rosebelle. Dan dari itu, Victor baru tahu kalau gadis blonde itu punya suara merdu selain suara cemprengnya saat mengamuk, atau suaranya yang amat mengganggu saat dia sedang menyebalkan.
Kini mobil memasuki pelataran restoran dengan bangunan bergaya tradisional. Rosebelle langsung melompat turun dari mobil, tidak menunggu Victor membukakan pintu untuknya. Dia terlalu bersemangat dan perutnya juga sudah lapar.
"Ayo, Leon!" Gadis itu sudah tidak sabar untuk segera masuk dan mengisi penuh perutnya yang berbunyi.
Obsidian Victor terus mengekori Rosebelle, bibirnya mengulas senyum saat ia menutup pintu mobil. Dia tidak menyangka kalau hal kecil seperti makan malam di luar saja akan membuat gadis itu lalai pada kesedihannya.
"Jalanmu seperti siput." Rosebelle mendengus sembari mengapit lengan Victor, lalu menyeretnya.
"Tidak perlu buru-buru. Tempat dan menunya sudah dipesan," kata Victor, meyakinkan Rosebelle untuk tidak perlu menunggu lama makanannya.
Pelayan yang menyambut mereka pun mengantarkan mereka ke ruangan yang telah dipesan, lalu membungkuk undur diri setelah Victor mengucapkan terima kasih.
Rosebelle hampir berjingkat saat pelayan itu pergi, lalu buru-buru menggeser pintu untuk masuk. "Mari memanjakan perut ki—"
Ucapan gadis itu tidak hanya tercekat, kakinya juga tidak beranjak dari ambang pintu guna melangkah masuk. Bola matanya sedikit memenuh, namun sorot matanya terlihat menajam. Sesekon kemudian dia memutar tubuhnya, berniat meninggalkan tempat itu.
"Bella." Victor tahu apa yang membuat Rosebelle kesal, karenanya dia menahan tangan gadis itu. "Aku janji ini yang terakhir." Bariton Victor mengalun dengan lembut. Tatapannya seolah sedang meyakinkan gadis itu bahwa dia tidak akan lagi memaksanya untuk membuka hati dan memberi kesempatan pada orang yang enggan diakrabi. "Terima kasih." Menggenggam lembut tangan Rosebelle lalu menggandengnya masuk ke dalam ruangan dimana eksistensi Jennifer ada di sana.
Wanita bermarga Kim yang menjadi sepupu sekaligus ibu tiri Rosebelle lah kausa dari hilangnya selera makan juga memburuknya suasana hati gadis itu. Di saat hatinya sedang merasa senang lantaran Victor mengajaknya makan malam di luar, Jennifer justru menjadi bom yang meluluhlantakkan kegembiraannya.
"Mommy sudah memesan menu terbaik di restoran ini," Jennifer tersenyum dengan wajah ramahnya seperti biasa. "Ah, itu pelayan membawakan makanan kita."
Rosebelle tidak memberikan tanggapan apapun. Wajahnya ditekuk masam, enggan bersitatap dengan Jennifer atau Victor.
Victor pun membuang napas panjang. Dia merasa bersalah sebab tidak jujur sedari awal jika ia akan mengajak Rosebelle makan malam dengan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
General FictionKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...