"Telingaku tidak salah dengar saat kau menyebutkan pantai." Kepala Rosebelle menoleh pelan ke sisi lelaki bersurai eboni. Mata birunya memicing ke arah lelaki itu. "Tapi, kenapa sekarang kita ada di rumah?"
"Rumah adalah tempat ternyaman dan teraman," jawab Victor, menyentil dahi Rosebelle.
"Yak! Kenapa menyentilku?" Rosebelle mengusap kening dengan satu tangannya. Tangan yang lain digandeng Victor.
"Karena kau berusaha lari dariku." Lelaki bersurai eboni itu menuntun Rosebelle ke dalam kamar, lalu menguncinya. "Aku tidak tahu kapan Jennifer akan pulang."
"Jangan sebut nama wanita itu." Rosebelle berjalan menuju ranjang, duduk di tepi, lalu melempar tas kecilnya.
Victor membuang napas panjang, mengikuti Rosebelle duduk di tepi ranjang. Dia meraih tangan gadis itu, menggenggamnya dengan lembut. "Aku minta maaf."
Pipi Rosebelle menggembung, wajahnya ia palingkan ke sisi lain. "Untuk apa?" Padahal dia senang mendengar Victor meminta maaf, tapi tetap pura-pura masih kesal agar lelaki itu berusaha merayunya.
"Untuk semua sikap burukku."
"Cih! Kenapa baru sadar sekarang?"
Victor diam mengamati gadis blonde itu mengerucutkan bibir. Senyum kecilnya merekah, dia bahkan hampir tertawa. "Apa kau cemburu pada Euna?"
Kontan Rosebelle meraung. "Yak!" Matanya memelototi Victor. "Kau tidak lihat bagaimana bentuk wajahku sekarang?"
"Emm ... wajahmu terlihat menyeramkan."
"Kalau begitu tidak perlu ditanyakan lagi, apa aku cemburu pada kekasihmu itu atau tidak." Rosebelle mendengus kesal. Menarik tangannya lalu bersidekap.
"Ah ... jadi kau memang cemburu?"
"Tentu saja, Brengsek!"
Wajah Rosebelle sudah merah padam. Di atas kepalanya seperti muncul tanduk tak kasat mata. Akan tetapi, lawan bicaranya masih terlihat santai menanggapi kekesalan Rosebelle.
"Tapi Euna bukan kekasihku." Victor berusaha menggenggam tangan Rosebelle lagi, namun gadis itu justru memalingkan wajah dan menyerongkan badannya. "Kau akan rugi kalau cemburu padanya."
"Itu urusanku, bukan urusanmu! Huh!"
"Tapi laki-laki yang kau sukai itu aku, jadi ini akan menjadi urusanku."
Rosebelle menoleh, menatap Victor dengan jengkel. "Ahjussi, hanya karena kau berhasil membuatku menyukai ciumanmu, bukan berarti aku akan jatuh cinta padamu. Aku mungkin menyukaimu, tapi aku tidak akan tergila-gila padamu."
Seringai Victor menghiasi wajah tampannya. Dia mengikis jarak, memelankan suaranya. "Oh ya? Lalu, apa sebutan untuk orang yang diam-diam memandangiku saat sedang mengajar? Apa aku harus menyebutnya penggemarku? Atau pengagum rahasia?"
Wajah Rosebelle merona. Rupanya ini makna dari seringai Victor waktu itu, senjata untuk membuatnya malu. "D-dasar sinting! Kau terlalu percaya diri."
"Setidaknya aku bisa membuatmu melupakan rasa kesalmu pada yang lain," kata Victor. Menatap dan tersenyum lembut pada Rosebelle.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
General FictionKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...