Sudah satu jam Rosebelle berguling-guling di kasur. Dia merasa bosan lantaran Victor melarangnya keluar rumah, bahkan menyuruhnya untuk berdiam diri di kamar sampai nanti Victor memanggilnya. Bukan hanya itu, Victor juga menyita ponselnya, dan mengancamnya untuk tidak membelikan camilan kesukaannya kalau dia tidak menurut.
"Kenapa harus mengerjakan tugas di hari libur?" Dia menutup laptop. "Ini bukan gayaku." Bangkit dari tempat tidur, berjalan menuju pintu lalu menggedornya. "Ahjussi!" Berteriak kencang memanggil Victor. "Ahjussi, aku lapar!"
Lima detik kemudian Victor datang, membuka pintu kamar Rosebelle dan berdiri di depannya.
"Aku tidak bisa mengerjakan tugas darimu kalau aku lapar. Lihat!" Rosebelle menunjuk laptop dan buku yang berserakan di ranjang. "Kepalaku pusing. Aku harus mendapatkan banyak asupan glukosa agar bisa berpikir," ujarnya beralasan.
Mulut Victor menghembuskan napas kasar. "Kau masak sendiri saja. Aku sedang sibuk."
"Siap, Profesor!" Rosebelle tersenyum sembari memberikan salam hormat.
Victor hanya memutar bola mata, lalu masuk kembali ke kamarnya.
Sementara itu Rosebelle segera meluncur ke dapur. Membuka lemari pendingin, mengambil buah lalu memakannya. Tangannya kembali meraih beberapa bahan makanan yang ada untuk membuat sesuatu.
Untung saja dalam hal makanan, gadis blonde itu tergolong mandiri. Jadi, dia tidak terlalu menyusahkan Victor. Selama persediaan bahan makan tercukupi di dapur, gadis itu akan memasak sendiri apapun yang ingin ia makan. Seperti sekarang ini. Dia sedang membuat pajeon karena rindu dengan mendiang ibunya.
Beberapa menit kemudian, pajeon yang dibuat Rosebelle sudah memenuhi piring saji. Dia membawa hidangan itu ke ruang TV beserta jus dan kudapan manis lain, lalu menyalakan TV hanya sebagai teman untuk makan.
Gadis itu sudah terbiasa makan sendirian di rumah. Saat di Perancis pun dia selalu duduk di ruang makan sendiri tanpa ditemani Benjamin ayahnya. Hanya beberapa kali saja si tua Benjamin akan berada satu meja dengan putrinya saat makan malam, itu pun untuk memperkenalkan calon istri barunya kepada sang putri atau saat mengumumkan perceriannya.
"Sangat berdosa tidak menawari makanan pada orang di sekitarmu, Nn. Bell," kata Victor, mengambil pajeon dari tangan Rosebelle.
Reaksi yang ditunjukkan Rosebelle pertama kali bukan mengumpat, atau meneriaki Victor. Gadis itu sempat membeku dengan netra membola selama 3 detik, lantaran terkejut ada seseorang yang berkenan menemaninya, baru kemudian meluapkan kekesalannya.
"Yak! Jangan merebut makanan orang lain."
Victor tidak mengindahkan ucapan gadis itu. Dia mengambil pajeon dari piring saji lalu menyuapkan kembali ke dalam mulutnya.
"Kalau lapar kenapa tidak membuatnya sendiri," gerutu Rosebelle. Mengerling tajam lelaki yang duduk di sampingnya.
Dalam hati Rosebelle merasa senang, sebab ia tidak sendirian. Jika boleh jujur, sebenarnya ia benci saat tidak ada satu pun orang yang menemaninya makan.
"Temanku memberikan 2 tiket film. Kalau kau mau, kita bisa pergi menonton satu jam lagi." Bariton Victor mengalun santai. Tanpa mengerling Rosebelle atau menoleh ke arahnya, obsidiannya terpaku pada layar TV.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
Narrativa generaleKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...