02

408 67 16
                                    

Akhir pekan adalah waktu yang paling dinanti oleh Victor, itu jika menjadi akhir pekan seperti hari-hari biasanya. Akan tetapi, untuk pertama kali dalam hidupnya, Victor menyesali keputusannya menolak tawaran teman-temannya untuk bersenang-senang di akhir pekan ini.

Kausa dari penyesalan Victor dan kekesalannya sejak ia membuka mata tentu saja karena keponakan tirinya, yaitu Rosebelle.

Gadis blonde keturunan Korea-Perancis itu sudah membuat gaduh di pagi hari dengan membuat paduan suara dari anjing dan kucing. Entah bagaimana caranya gadis itu bisa membawa hewan yang bermusuhan itu menjadi kawan.

"Ahjussi, apa kau ingin panekuk?" Rosebelle sengaja menggoda Victor setelah membuatnya pusing perihal pakaiannya.

Baju yang dikenakan gadis itu jelas jauh dari kata sopan. Hanya menggunakan bra sebagai atasan dan hot pants sebagai bawahan, dia mondar mandir di dalam rumah, padahal di sana ada seorang lelaki bernama Victor Leonard Kim.

Victor menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. "Abaikan dia, Vic, atau tekanan darahmu akan naik."

"Ahjussi, aku sedang bicara denganmu." Rosebelle menarik kursi, mendekat ke arah Victor. Dia menopang dagu, menunggu lelaki itu membuka mata. "Ahjussi ...."

"Apala—" Obsidian Victor langsung membulat, melihat minimnya jarak antara dirinya dengan Rosebelle. "Nn. Belle, bisakah kau mundur sejauh mungkin dariku? Wajahmu terlalu dekat," katanya datar.

"Maaf, Ahjussi, tapi aku tidak bisa." Rosebelle tersenyum. "Kau belum menjawab pertanyaanku."

Victor memutar bola mata. "Tidak, terima kasih. Aku tidak mau perutku sakit setelah makan masakanmu. Jadi lebih baik aku memakan ramyeon ini meski bukan seleraku."

"Mungkin kau ingin hidangan lain?" Rosebelle semakin menggoda Victor dengan menonjolkan belahan dadanya.

Victor mencebik. "Seekor burung bahkan tidak tertarik melirik papan yang rata. Apa menurutmu papan itu bisa membangunkan belalai gajah?"

Rosebelle jelas merasa tersindir dengan ucapan Victor, tapi gadis blonde itu tidak mau membuang-buang energi dengan berteriak atau adu mulut dengan Victor. Alih-alih, dia justru bangkit dari kursi lalu berdiri di belakang Victor dan mengalungkan lengannya.

"Aku ingin tahu, sampai kapan kau akan menolak pesonaku," bisiknya di rungu Victor. "Apakah aku harus mengadukanmu pada ibu tiriku, kalau pamanku yang tampan ini sudah melakukan hal cabul pada keponakannya sendiri?"

"Silakan saja," jawab Victor tak acuh, memilih menghabiskan ramyeon sebagai makan siangnya.

Kejutan baru saja menyapa rungu Rosebelle. Dia tidak bisa menganggap Victor sebagai lawan yang remeh.

Sejenak membiarkan lelaki bersurai eboni itu makan dengan tenang, otak Rosebelle terus mencari cara untuk membuat pria itu mengibarkan bendera putih. Kaki jenjangnya melangkah dengan pelan menuju sofa.

"Dia laki-laki pertama yang menolak pesonaku." Duduk di sofa lalu menyalakan TV, Rosebelle melirik gumpalan lemak di dada. "Cih, punyaku tidak serata itu." Menyandarkan kepalanya di sofa. "Sialan! Padahal dia sudah meremas dadaku."

🐾 ꂵꌩ ꒒ꂦꃴꍟ꒒ꌩ ꋪꍏꌗꉓꍏ꒒ 🐾

Sabtu malam bukanlah jadwal Victor untuk mengunjungi kelab malam. Akan tetapi, lihatlah dimana dirinya sekarang. Dia sedang berdiri di pojokan Pentagon.

Lima belas menit lamanya dia mencari presensi Rosebelle. Walau obsidiannya sudah menyisiri dengan seksama namun sosok gadis blonde itu belum ditangkap oleh netra Victor.

MY LOVELY RASCALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang