Victor sudah memakai pakaian tidur saat ia berjalan menuju ranjang. Satu tangan mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Dahinya terlipat melihat Rosebelle sudah tertidur pulas di ranjangnya. "Kenapa dia tidur di sini?" Menghela napas, teringat dirinya yang membawa Rosebelle kemari, ke kamarnya sendiri.
Dia duduk di tepi ranjang. Mengerling Rosebelle sekilas lalu mengambil ponsel di atas meja nakas.
Bagaimana kabar putriku? Apa dia masih menyusahkanmu?
Pesan dari Jennifer diabaikan. Victor pun mematikan ponsel, lalu menaruhnya kembali di atas meja nakas. Pandangannya ia tarik untuk berlama-lama memandangi wajah cantik Rosebelle. Hanya di saat gadis itu sedang terlelap, kehidupannya baru terasa tenang dan damai. Tidak ada drama atau pun pengingat kata sabar di otaknya saat berhadapan dengan gadis itu.
Hari-hari kesialan Victor memang tidak terasa sudah berlalu selama satu bulan. Pun dengan hilangnya kedamaian di rumahnya semenjak ia tinggal bersama dengan Rosebelle. Satu bulan ini jelas menjadi babak baru dalam kehidupan Victor yang paling menguras tenaga, emosi, dan kantong pastinya.
"Tubuh sekecil ini, tapi asupan makannya seperti sumo." Telunjuk Victor menowel-nowel pipi Rosebelle.
Gadis blonde itu tidak bangun, hanya dahinya saja yang mengernyit, seolah merasa terganggu dengan apa yang Victor lakukan.
Kedua sudut bibir Victor tertarik ke atas saat obsidiannya merekam bagaimana Rosebelle bereaksi dengan terlihat kesal dalam tidurnya, mendengus, lalu membalikkan badannya memunggungi Victor.
Jika sekarang ada seseorang yang memuji kecantikan paras gadis blonde itu, Victor jelas tidak akan menyanggahnya. Sebab pujian itu memang sesuai dengan kenyataan yang ada. Akan tetapi, tidak dengan sopan santun gadis itu. Dia sendiri masih bertanya-tanya, mengapa Rosebelle terus memberontak dan ingin dilecehkan olehnya. Walau tidak sedikit perempuan yang ingin dekat dengan dirinya, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang ingin dilecehkan Victor.
Malam semakin larut, kantuk pun tak mampu dibujuk. Netra Victor sudah tidak mampu lagi terbuka lebar. Kakinya tidak mau beranjak dari tempatnya berpijak, dan tubuhnya merengek, meminta untuk segera direbahkan di kasur. Jadi, alih-alih membangunkan Rosebelle untuk pindah ke kamarnya sendiri, Victor lebih memilih menjatuhkan tubuhnya di samping gadis itu. Toh, dia tidak akan berbuat macam-macam, jadi pasti akan aman.
Tidak sampai 5 menit lelaki bersurai eboni itu memejamkan mata, tangan dan kakinya sudah mengapit tubuh Rosebelle sebagai pengganti guling. Kesadarannya sudah berpindah ke dunia mimpi sepenuhnya.
Semoga saja malam ini dia bisa mendapatkan tidur yang berkualitas untuk mengobati lelahnya, setelah seharian dibuat pusing oleh Rosebelle.
Waktu berputar, menarik matahari duduk di singgasananya, dan mengusir bulan dari langit yang kini menyuguhkan seberkas cahaya. Pagi sudah menyapa, namun belum ada tanda-tanda kesadaran Victor sudah terkumpul sepenuhnya melalui obsidian yang terbuka lebar. Mungkin jiwa lelaki itu masih tertawan di alam mimpi. Tak lama berselang kedua alisnya terlihat bergerak, dahinya membentuk lipatan-lipatan saat rungunya mendengar isak tangis seorang gadis.
Victor membuka matanya perlahan, mengkondisikan penglihatannya pada sinar mentari yang menembus melalui sela-sela tirai kamarnya. "Bella?" Suaranya terdengar sedikit parau. Dia menegakkan tubuh, mengusap matanya, lalu menoleh, melihat dengan seksama gadis blonde yang terisak dengan posisi duduk seperti dirinya. "Ada apa? Kenapa kau menangis?"

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
قصص عامةKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...