25

210 36 25
                                    

Orang-orang mungkin akan mengira dua perempuan cantik yang duduk berhadapan di dekat jendela itu saling mengenal, bahkan berteman baik. Terlihat salah satu perempuan yang berambut hitam itu sangat ceria. Dia kerap menyunggingkan gummy smile-nya saat menuturkan cerita atau melontarkan candaan pada lawan bicara di depannya. Sementara gadis yang bersurai blonde terlihat tak acuh, seperti sudah bosan mendengar celotehan temannya itu.

"Ayahmu tidak bisa ikut karena ada pekerjaan di Dubai. Ngomong-ngomong, bagaimana makanannya?" Jennifer menunggu jawaban gadis blonde di depannya, namun gadis itu hanya diam, tidak menanggapi Jennifer. "Mommy tahu kau akan menyukainya, karena itu Mommy memilih tempat ini." Mengerling piring putrinya yang hampir kosong.

Sejak mereka sampai di restoran, Rosebelle hanya memperdengarkan suaranya ketika dia memesan makanan, setelah itu dia bungkam hingga sekarang. Akan tetapi Jennifer seolah tidak peduli, dia terus saja berbicara seolah Rosebelle senang mendengar ceritanya.

"Victor bilang kau belum makan siang, dan dia menyuruh Mommy untuk mengajakmu makan bersama." Jennifer menatap putrinya sesaat lalu kembali berbicara, "Apa Victor memperlakukanmu dengan baik?"

Rosebelle mendengus, mengunyah makanannya sambil menatap Jenifer dengan tajam. "Kalau kau tidak percaya pada sepupumu, kenapa menitipkanku padanya?" Heran dengan pertanyaan Jennifer yang terkesan meragukan Victor.

"Maksud Mommy bukan begitu, Sayang. Mommy hanya takut kau tidak merasa nyaman selama tinggal bersama Victor."

Garpu dan sendok diletakkan dengan kasar di piring sembari punggung disandarkan di kursi. Selera makannya tiba-tiba hilang. Rosebelle menatap Jennifer dengan jengkel sebelum dia berkata, "Lucu sekali. Bukankah kau yang memaksa ayah sialanku untuk mengirimku ke tempat sepupumu, Ny. Kim?" Jennifer hendak menjawab, namun Rosebelle tidak memberinya kesempatan. "Lalu untuk apa kau merasa takut?" Rosebelle menarik satu sudut bibirnya ke atas, sorot tajam matanya yang mengunci Jennifer tidak sekali pun surut. "Sepupumu jauh lebih baik darimu, Ny. Kim. Dia selalu tahu kapan aku merasa lapar, dan kapan untuk tidak mengusikku."

Jennifer memaksakan senyum. Dia merasa sakit hati dengan ucapan putri tirinya, namun dia juga tidak bisa mendebatnya, sebab apa yang diucapkan gadis itu memang benar adanya. "Mommy tahu Mommy bisa mengandalkan Victor. Mommy—"

Ucapan Jennifer diinterupsi. "Tolong, Ny. Kim, hentikan panggilan mommy sialan itu. Aku bukan putrimu." Mata biru Rosebelle berputar malas.

"Maaf." Jennifer meneguk minumannya. "Kalau Euna tidak menghubungiku, aku mungkin tidak akan tahu kalau Victor sedang dirawat di rumah sakit." Membawa pandangannya ke luar jendela. "Anak itu sering mengabaikan kesehatannya."

Kalau harus mendengarkan babak kesekian dari cerita-cerita tidak penting Jennifer, Rosebelle pasti memilih untuk pergi. Tetapi, cerita Jennifer kali ini membahas tentang Victor, dan Rosebelle pikir, dia harus tahu mengenai apapun yang berhubungan dengan Victor, jadi bokongnya masih dipaksa duduk di kursi.

"Victor adalah jenius yang lahir dari kerja keras." Tatapan Jennifer kembali terpatri pada Rosebelle. "Ayahnya pergi meninggalkan ibunya saat dia masih dalam kandungan. Saat berumur 6 tahun, ibunya sakit-sakitan, dan Victor yang masih kecil harus merawat ibunya seorang diri dengan kondisi ekonomi yang sulit selama hampir 1 tahun. Setelah itu ibu Victor yang juga adalah bibiku meninggal."

Netra Rosebelle memenuh, mendengar kehidupan masa kecil Victor. Mungkin dia masih lebih beruntung karena tidak perlu merawat ibunya yang sakit-sakitan. Dia juga tidak perlu merasakan susah, sebab ibunya selalu mencukupi kebutuhannya walau tidak bisa dibilang mewah.

"Saat orangtuaku datang untuk mengajaknya tinggal bersama, Victor menolak." Jennifer tersenyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Victor. "Tapi dia tidak bisa menolak saat aku yang mengajaknya."

MY LOVELY RASCALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang