"Aku sudah tidak sabar untuk memakannya." Rosebelle membasahi bibirnya dengan liur. Binar matanya terpancar melihat sepiring kudapan kue beras bersaus di meja.
"Soju lagi?" Victor mengernyitkan dahi.
"Hmm." Rosebelle mengangguk. "Soju paling cocok sebagai teman tteokbokki."
Bola mata Victor berputar malas. "Itu hanya alasan karena kau ingin minum soju." Celingukan mencari pemilik kedai. "Bibi, aku minta air putih."
"Kenapa air putih? Sebelumnya kau kan hanya minum satu gelas." Protes Rosebelle. Kedua sudut bibirnya turun ke bawah.
"Toleransi tubuhku pada alkohol sangat rendah, kalau aku minum lagi, aku bisa mabuk." Victor membela diri. "Siapa yang akan menyetir kalau aku sampai mabuk?"
"Aku bisa menyetir."
"Memangnya kau punya SIM? Jennifer bilang ayahmu—"
"Jennifer lagi, Jennifer lagi. Kenapa kau selalu membawa nama wanita itu?" Rosebelle menaruh sumpit. Tangannya di lipat di dada, tubuh diserongkan memunggungi Victor.
"Selalu?"
"Ya. Kau selalu menyebut nama wanita centil itu."
Victor tersenyum kikuk menyadari tatapan para pengunjung tertuju padanya. "Yak! Pelankan suaramu," lirihnya, memelototi Rosebelle.
"Kenapa aku harus memelankan suaraku? Kau takut orang-orang tahu kalau sepupumu yang menyebalkan itu sudah menggoda ayahku?"
"Hey, Nona. Kalau kalian mau bertengkar, lakukan di rumah." Pemilik kedai datang membawakan air putih pesanan Victor. "Pertengkaran suami istri itu hanya boleh dilakukan di dalam kamar."
"Tapi dia bukan—" Rosebelle hendak menyebut kalau Victor bukan suaminya, tetapi Victor menginterupsi.
"Terima kasih untuk nasehatnya, Bibi. Harap dimaklumi kalau istriku bersikap kekanakan." Senyum simpul tercetak di wajah Victor.
"Kau sangat tampan dan istrimu sangat cantik. Akan sangat disayangkan kalau kalian sampai bercerai." Pemilik kedai masih salah paham.
"Istri?" Rosebelle membawa pandangannya pada lelaki bersurai eboni yang masih tersenyum. "Bercerai? Kapan kita meni—"
Satu tangan Victor menutup mulut Rosebelle. "Bibi tidak perlu khawatir. Aku tidak akan pernah menceraikan istriku yang cantik ini."
"Syukurlah kalau begitu." Pemilik kedai melayangkan senyum sebelum kembali ke dapur.
"Wah-wah-wah ..." Rosebelle bertepuk tangan. "Hebat sekali. Kau semakin pintar memainkan peranmu sebagai suami, Ahjussi," sarkas Rosebelle.
"Dia akan terus menceramahi kita kalau kau mendebatnya."
"Oh ya?" Rosebelle memajukan kepala dengan seringai tercetak di wajah nakalnya. "Apa hanya itu alasanmu, Ah-jus-si?" Sengaja memanggil Victor dengan nada menggoda.
"Tentu saja. Memangnya apalagi?" Victor menggosok-gosok lengannya yang merinding mendengar suara centil Rosebelle.
"Aku kira ..." Rosebelle membawa tubuhnya kian dekat dengan Victor. "Kau benar-benar berharap untuk bisa berjodoh denganku."

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
General FictionKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...