33

317 58 7
                                    

Siapin cemilan ges, karna ini puanjanggg polllll, wkwk

___________________________

Malam datang kembali. Malam dengan suasana yang tak sekelam tadi malam. Malam yang dipenuhi dengan kenyamanan.

Malam ini Surabaya diguyur oleh derasnya hujan. Hujan angin pula, hingga berbagai kondisi sekarang masuk ke dalam berita di media sosial. Hujan tersebut menyebabkan dingin yang menusuk tulang. Kalau kata Zafran 'enaknya makan mie pakai cabe lima biji'

"Duh enak banget ini wanginya." Terkabul keinginannya. Meski.. dia sih yang berusaha membeli mie instan di supermarket dekat hotel yang mereka tempati sekarang, juga dia yang memaksanya.

"Dih hiperbola dih." Papanya lagi Papanya lagi. Kayaknya jiwa-jiwa tengil adiknya memang diturunkan dari Papanya deh.

"Iri aja sih, Pa. Nih, mau gak nih. Emang faktanya bikin Papa ngiler, kan?!" Bapak, dan anak satu ini.. yang hobinya main ledek-ledekan. Kalau nggak ada Kafka yang dia sahutin tengilannya, Papanya yang jadi penggantinya.

"Mama.." panggil Zafran. Mamanya sedang meringkuk di ranjang, dengan ponsel yang menyala.

Hari ini memang mereka hanya seperti ini saja kerjaannya. Setelah tadi pagi menyelesaikan drama dengan mengancam keluarga Mamanya. Zafran geram sekali jika terus seperti ini.

"Iya," jawaban itu membuat Zafran bangun dari duduknya. Mengingat bahwa Mamanya masih sakit membuatnya tak ingin mengganggu Mamanya. Mama, dan adiknya.. sedang dalam kondisi yang tidak baik.

"Mama mau mie gak? Mienya udah jadi, aku buat agak banyak buat kita-kita. Lagi hujan gini, enak biar hangat, Ma."

"Mama nyicip aja, ya.." ujar Diana tidak mau mengecewakan hasil kerja anaknya. Anaknya terlihat excited sekali menawarkan dirinya. Padahal.. rasanya Diana tak nafsu makan. Dirinya masih belum mood nenjalani hari setelah drama yang dihadapinya malam kemarin, dan pagi. Duh.... rasanya Diana mau menghilang!

"Adek.. Nak, Abang buat mie loh, mau gak, sayang?" Memegang lengan anaknya membangunkan. Hari ini, Kafka lebih sering terlelap. Melepaskan penatnya fisik juga hati yang terlampaut sakit.

"Enak nih dek, gak pedes tapi. Mau gak?!" Zafran menyahut dari sofa. Dirinya sudah melahap mie instan tersebut berdua dengan Papanya. Nikmat sekali.. hanya memiliki jatah makan mie sebulan sekali membuatnya tak menyia-nyiakan kesempatan nikmat ini.

"Kafka.." Kafka hanya berdehem, menguletkan tubuhnya dengan mata yang masih terpejam sempurna.

"Kafka..."

"Kan tadi udah makan, Ma," kata anak itu dengan pejaman matanya.

"Iya, Mama nawarin aja kok, adek mau apa enggak.. Abang buat soalnya." Perlahan, Kafka bangun dari baringannya.

"Suapin sama Mama," katanya, membuat Diana terkekeh. Bukannya beranjak, anak itu malah menyandar padanya.

"Mama.. Kok masih demam gini sih." Merasakan hangat tubuhnya bersatu padu dengan panas tubuh Mamanya.. Ia terkejut hingga menjauhkan dirinya dari tubuh Mamanya. Kayak tersengat!

"Periksa ke dokter ih. Ada apa, kenapa sama Mama. Kalo aku, kan udah jelas.. karna ada kanker, yang apa-apa demam. Aku aja udah turun, masa Mama belum," protesnya dengan kernyitan didahi. Diana melihat itu hanya mengelus pelipis anaknya saja. Ya memang lagi dikasih waktu sakit?

"Udeh, ribut mulu si. Sini makan." Kafka mendengus mendengar sahutan Abangnya. Lantas dia beranjak, agak sempoyongan membuat Diana membantunya.

"Buah jatuh sepohon-pohonnya.. Bener-bener nggak ada beda." Diana terkekeh. Ia juga mengakui itu. Kafka lebih memiliki sifat, dan wajah sepertinya. Beda dengan Zafran yang paduan antara dirinya dan suaminya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABOUT RAKAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang