Bab 3 (Deception)

717 121 13
                                    

Hangat sinar matahari mencumbu kulitnya saat dia terbangun.

Mata Hinata menyipit, sebab cahaya yang cerah langsung tertangkap oleh retinanya.

"Nona, sudah bangun?"

Lamat-lamat suara rendah yang familier itu masuk ke gendang telinga.

Hinata merasakan kepalanya tiba-tiba sakit, jadi, dia sedikit mengernyit seraya memijat pelipisnya pelan-pelan.

"Mengapa aku justru lelah padahal baru bangun tidur?"

Tubuhnya letih di berbagai titik. Anehnya Hinata tidak mengingat apapun, termasuk kapan mengganti kimono-nya dengan yukata ini, juga kapan dia tertidur. Ingatannya seperti berhenti pada aroma teh mugi yang manis.

"Nona tidur lelap sekali sampai tengah hari. Anda pasti kelelahan karena baru menempuh perjalanan jauh."

"Sungguh?" kedua alis Hinata mengerut, hampir tak percaya. Dia tidur sampai matahari berada di atas kepala?

Wanita yang mengajaknya berbicara adalah bibi yang semalam mengantarnya ke kamar. Kali ini wanita paruh baya itu sedang membersihkan ruangannya.

"Sebetulnya saya menunggu Nona sejak pagi. Tapi, karena Nona terlihat sangat pulas, saya jadi tidak tega membangunkan. Maaf, karena lancang masuk ke kamar ini tanpa izin."

"Ti-tidak perlu minta maaf, berdirilah Bi ...." Ucap Hinata karena pelayan tersebut tiba-tiba bersujud.

Berbicara mengenai tengah hari, apakah ini sungguh sudah siang?

Cahaya yang sepintas menyengat, udara yang jauh lebih hangat, dan bunyi serangga berdesir.

Astaga!

Hinata kontan melompat dari futon-nya. Dia baru ingat perlu mengganti perban Naruto dan memeriksa lukanya kembali.

"Tu-Tuan muda pasti menungguku!"

"Nona tidak perlu khawatir. Suami saya sudah mengganti perban tuan daimyo tadi pagi. Suami saya juga seorang tabib sama seperti Anda."

"Eh? Benarkah?"

"Ya, selama ini suami saya yang merawat tuan daimyo setiap pulang dari medan perang."

.

Meski begitu Hinata tetap khawatir. Luka Naruto memang bukan luka fatal yang berpotensi jadi borok. Namun, tidak menutup kemungkinan itu bisa terinfeksi. Jadi guna memastikannya, setelah mandi, Hinata buru-buru ke ruangan Naruto.

"Hei Pak Tua, apa wajahku terlihat memakluminya?"

Pria berambut putih terkuncir yang sejak datang sudah bersujud di kaki Naruto menerima pukulan keras di pipi. Sakumo Hatake adalah prajurit yang ditugaskan sebagai mata-mata jarak jauh. Hal yang ingin daimyo dapatkan setelah seminggu pengelanaannya adalah informasi, bukan angin kosong.

Sebelumnya, Naruto sebenernya sudah tahu jika Hinata telah memiliki kekasih. Pertanyaan yang dia lontarkan kemarin hanya pancingan apakah perempuan itu akan mengakuinya atau tidak. Dan jika Hinata mengaku, Naruto akan memisahkan mereka bagaimanapun caranya.

"Sa-saya dengar, orang itu telah lama meninggalkan Buzhen. Dan Kato adalah penerjemah yang cukup populer di wilayah barat, dia jarang menetap untuk waktu yang lama, Tuanku."

"Si Sialan ini, berani-beraninya kau memujinya di depanku, haah!"

Darah yang memercik dari pelipis menetesi tatami. Warna merahnya menyebar menciptakan noda yang kontras dengan lantai anyaman jerami yang umumnya berwarna kuning.

YOUNG MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang