Bab 7 (Obsessed) 🔞

830 97 17
                                    

Cahaya hangat melewati daun-daun yang mulai menguning di musim gugur. Hinata menundukkan kepala, napasnya tersengal setelah ditarik begitu saja. Gaun yang ia kenakan telah tanggal, menyisakan kain putih ketat yang membelit dadanya, dan satu kain tipis, terhubung dengan pita kecil melilit pinggulnya. 

"Apa kulitmu terasa dingin?" tanya Naruto, suaranya berbisik di antara riuhnya angin musim gugur yang menyapu dedaunan kering. 

"Le-pas! Di sini terlalu terbuka!"

Naruto justru semakin mempererat cengkeramannya pada pergelangan tangan Hinata ketika ia mencoba melepaskan diri.

Napasnya semakin berat, dan matanya tak melepaskan pandangan dari wajah cantik itu yang kini terlihat gelisah.

Perlahan, dari belakang, Naruto menarik dagu Hinata, membuatnya menatap lurus ke depan.

"...?"

Hinata terkejut, namun cengkeraman Naruto di dagunya membuatnya tak bisa berpaling.

"Mengapa Kakak menatapku seperti itu?"

"Anda benar-benar kehilangan kewarasan. Biarkan saya mengambil baju saya!"

"Baju?" Naruto tersenyum. 

Dia memojokkannya ke tepian balkon kayu hingga terdengar derit kayu tua yang menahan mereka.

Cahaya matahari yang menerpa wajah keduanya menambah sorot tajam di mata Naruto yang penuh obsesi mendalam. Hinata berusaha mengatur napasnya, namun jarak yang begitu dekat membuat segalanya terasa begitu intens, setiap detik bagaikan degup jantung yang berpacu.

"Tapi, Kakak lebih cocok tak memakai baju," gumam Naruto lirih, suaranya rendah, "Kakak, apakah pernah bertelanjang di depan pria itu?"

"Saya tidak pernah melakukan hal rendah semacam itu!"

"Hahah, jadi, ini pertama kali Kakak bertelanjang di depan pria? Ah—dua kali. Termasuk saat aku memandikanmu." Ucap Naruto meralat.

Hinata menatap Naruto tajam. Dalam satu gerakan tiba-tiba, wajahnya ditarik mendekat.

Tersentak!

Tanpa memberinya kesempatan menolak, Naruto menundukkan kepalanya, bibirnya mendarat dengan paksa di bibir ranum yang baru robek karena gigitannya beberapa menit lalu.

"Um—"

Ciuman itu penuh ketegangan dan luapan emosi yang membara—antara obsesi dan rasa kepemilikan.

Hinata terus menolak, namun genggaman Naruto terlalu kuat. Ia terjebak dalam ketidakberdayaan.

Detik-detik berlalu dalam ketegangan, hingga akhirnya Naruto melepasnya perlahan, dengan tatapannya yang masih tak berpaling darinya.

Tanpa mereka sadari, di bawah balkon kayu, Dan berdiri membeku. Menatap lurus ke atas, dengan sudut pandang yang jelas, menyaksikan semua yang terjadi di balkon itu.

Tubuh Dan menegang, merasakan kemarahan yang meresap seiring pandangan matanya yang tak bisa melepaskan apa yang terjadi di atas.

Dan Kato yang tadinya sudah berpamitan pulang ternyata kembali ke sana, tak sengaja melihat momen tesebut. Hatinya terluka dalam diam, tapi juga dipenuhi amarah terhadap Naruto yang mengambil sesuatu yang ia kira miliknya. Sementara di balkon, sang daimyo tersenyum tipis seolah sadar betul bahwa pria berambut biru cerah itu akan melihat semua ini—dan itulah yang memang ia inginkan sejak awal.

"Menurutlah, aku akan bersikap lebih lembut."

"—ti-tidak, jangan di sini!"

Naruto tidak berhenti pada ciuman itu; kegilaan dan keinginannya membutakan segalanya.

YOUNG MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang