Gerbang kastel Owari berdentum keras saat pasukan Omi berhasil menerobos masuk, membawa serta gelombang kekacauan ke dalam tembok yang sebelumnya berdiri kokoh.
Suara langkah sepatu besi menggema, bercampur dengan gemerincing pedang dan jerit perih para prajurit yang bertarung habis-habisan.
Di antara keributan itu, Naruto melangkah masuk, senyum tipis menghiasi wajahnya yang dingin, mata birunya menyala seperti bara api, menatap sosok pria yang telah menunggunya.
"Itachi."
Di tengah halaman utama kastel, Itachi berdiri tegak dengan pedang terhunus. Jubah gelapnya bergoyang diterpa angin dari luar, sementara sorot matanya yang tenang tampak cukup waspada.
Naruto menyeringai, memperlihatkan taringnya seperti serigala yang baru saja mencium mangsa. Ia berlari ke depan, mengangkat pedangnya dengan gerakan mematikan, "Kau terkejut aku kembali dari kematian?!" Teriaknya, serangan pertama menghantam dengan keras.
Dentingan logam menggema saat pedang mereka beradu. Itachi menahan serangan itu dengan mudah, langkahnya stabil, namun serangan Naruto terus berlanjut tanpa henti. Serangan cepat dan penuh tenaga itu seperti badai, tapi, ada sesuatu yang berbeda kali ini.
"Aku terkejut kau bisa berdiri di depanku lagi, Naruto." Ujar Itachi dengan nada tenang, pedangnya bergerak untuk membalas serangan di depannya.
Naruto menyeringai lebih lebar, menghindari tebasan Itachi dengan lompatan lincah. "Kau terkejut? Kau seharusnya tahu, Itachi ... aku tidak akan mati sebelum mencabut nyawamu!"
Itachi memperhatikan gerakan Naruto. Ada sesuatu yang berubah—lebih terarah, lebih tenang, dan lebih mematikan.
"Kau belajar dengan baik?" Itachi bertanya saat pedang mereka bertemu lagi, suara benturan logam menggetarkan udara.
Naruto tertawa kecil, mendorong pedangnya lebih keras. Gesekan antara pedang yang sama kuatnya menimbulkan percikan api.
Naruto menyeringai lebar, mendorong pedangnya dengan kuat hingga Itachi harus melangkah mundur sedikit.
"Apa itu pujian? Ah, aku hampir tersentuh—" Dalam sekejap, tatapan Naruto berubah dingin penaka gunung es yang mampu membekukan udara di sekitarnya. Ia mendekatkan wajahnya, suaranya tajam, penuh ejekan. "Pasti kau kecewa melihatku jadi lebih kuat? Tapi tenang, meskipun aku membencimu, aku akan memberimu kehormatan yang langka: kematian yang cepat!"
Naruto bergerak dengan kecepatan luar biasa, pedangnya menghantam seperti kilat, memaksa Itachi mundur lebih jauh. Setiap serangan terasa seperti gelombang yang terus-menerus menghantam batu karang, mencoba menghancurkannya.
Itachi tak tergoyahkan, meskipun, keringat mulai membasahi pelipisnya.
"Kematian yang cepat, huh?" Ia akhirnya berbicara, masih dengan mengimbangi serangan Naruto. "Kau terlalu percaya diri. Kematian cepat adalah sesuatu yang akan kuberikan padamu."
Naruto menyerang lagi—lebih agresif. Pedangnya melesat, memojokkan Itachi ke salah satu pilar batu besar di halaman itu. Keduanya bertukar pukulan dengan intensitas yang meningkat, hingga suara dentingan logam tak terdengar lagi di telinga mereka.
Di sisi lain, pertempuran antar pasukan semakin kacau. Di sudut yang berbeda dalam perang itu, Neji dengan wajah dingin yang tenang memutar pedangnya dengan cekatan, melumpuhkan beberapa prajurit Owari sekaligus.
Kemenangan mulai terlihat. Ia menyadari bahwa meskipun pasukan Owari bertahan mati-matian, jumlah mereka mulai menyusut. Pasukan Omi terus mendesak masuk dengan kekuatan penuh.
"Pertahankan barisan! Jangan biarkan mereka mengalahkan kita!" Teriak Neji pada para prajurit di sekitarnya. Pedangnya berkilat di bawah langit yang mulai menggelap, menembus armor musuh dengan ketepatan mematikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MASTER
FanfictionSetelah perang terjadi, konflik yang lebih besar melebar di seluruh wilayah. Para Daimyo saling melakukan ekspansi, dan Kaisar tidak lagi memiliki kekuatan mutlak. 10 tahun berlalu, Hinata dipanggil kembali ke Kastel Uzumaki untuk mengobati sang tua...