Langit di luar sudah sehitam tinta ketika mereka tiba di sebuah kedai minuman yang juga merupakan tempat hiburan bagi para pengelana.
Letaknya tak jauh dari pusat kota, dan dikenal sebagai distrik lampu merah 'Noshuku'. Area ini merupakan pusat hiburan malam di mana rumah-rumah bordil menjamur menyerupai matsutake yang muncul setelah hujan.
"Aku tidak berbohong. Kekasihmu itu pasti ada di dalam sekarang."
Kalimat provokatif Naruto cukup memicu ketegangan di bahu Hinata. Awalnya dia memilih mengabaikan.
Konon, jangan memercayai apa yang kamu lihat dari sudut yang kamu suka. Tapi, tataplah itu dari sisi kebalikannya maka kamu akan menemukan kebenaran.
Meski Dan bukanlah pria dangkal yang menyukai hal-hal mesum, tapi, bukankah secara naluriah laki-laki memiliki ketertarikan yang sama dari kecil hingga dewasa? Yaitu, pada wanita cantik.
"Jika dia tidak ada di sini, tolong cabut kata-kata buruk Anda tentangnya."
Naruto mengedikkan bahu. Langkahnya santai memasuki gapura kayu yang mana lentera-lentera merah terlihat menggantung pada bagian langit-langitnya.
Lantai satu adalah tempat di mana sejumlah geisha menari sembari menyajikan minuman kepada pengunjung. Naik ke lantai dua, terdapat bilik-bilik kecil yang terdiri dari 13 kamar pengantin—biasanya kelas menengah menyewa kamar ini, sedang lantai paling atas adalah ruangan untuk elitis.
"Jangan terkejut, siapkan hatimu baik-baik." Naruto meremas bahu Hinata dari belakang. Mereka ditemani seorang wanita yang bertugas sebagai penunjuk kamar. Sebetulnya hal ini sangat rahasia, tapi Naruto memberinya beberapa keping emas sehingga wanita itu berbicara panjang lebar.
"Tu-Tuan Dan ada di dalam. Tolong jangan beritahu dia jika saya yang mengantar Anda ke kamar ini." Setelahnya, perempuan berambut hitam pendek tersebut buru-buru pergi.
Hinata antara siap dan tidak. Ludahnya terteguk pelan, sementara di belakang senyum Naruto tampak kian mengembang.
Jendela-jendela di lantai dua yang dibiarkan terbuka membuat tirai merah yang menjadi pintu bilik-bilik tersebut bergoyang lembut karena angin.
Haruskah dia menyibaknya sekarang?
"Ahh ...."
Hinata berjingkat! Suara erangan seorang gadis terdengar jelas di telinganya. Jika dia tamatkan lagi, itu bercampur erangan dari seorang laki-laki.
"Kak, apa aku perlu membantu membukanya?"
Hinata menarik tirai di depannya seperti merobek sebuah kertas. Pemandangan yang seketika membuat jantungnya bak dipompa dengan keras, Hinata sulit bernapas sampai-sampai Naruto memeluk pinggangnya karena dia nyaris jatuh.
"Kak, apa kau baik-baik saja?"
"Hah ... hah ...." Oksigen di tempat ini apakah terkuras habis? Dia meraup sebanyak yang dia bisa, tetapi paru-parunya seolah kering.
Ini adalah pemandangan yang menjijikkan. Bahkan setelah tirai terbuka mereka tetap melakukannya seolah tidak masalah jika menjadi konsumsi umum.
Bagaimana pria itu diapit tiga wanita sekaligus. Seorang berambut putih duduk di tubuh bawahnya, seorang berambut pirang meremas dadanya sendiri dan menduduki wajah pria itu, sedang satu lagi menggosokkan bagian intimnya di perutnya.
Erangan, lenguhan, suara becek dari organ yang saling bertumbuk memenuhi ruangan tersebut dengan gema-gema erotis.
Hinata tidak kuat bila harus melihatnya lebih lama. Hatinya hancur. Bukankah mereka telah berjanji untuk saling setia?
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MASTER
FanfictionSetelah perang terjadi, konflik yang lebih besar melebar di seluruh wilayah. Para Daimyo saling melakukan ekspansi, dan Kaisar tidak lagi memiliki kekuatan mutlak. 10 tahun berlalu, Hinata dipanggil kembali ke Kastel Uzumaki untuk mengobati sang tua...