Bab 9 (Something Soft) 🔞

501 81 12
                                    

Siang itu, udara yang segar membawa aroma samar pohon pinus dari taman di luar kamarnya. Bayangan pohon yang melambai-lambai tampak terpantul di dinding kertas, menciptakan pola bergerak yang lembut.

Selepas mandi, Hinata berdiri di depan cermin kayu tua, memperhatikan pantulan dirinya.

Pipinya yang gembil kontan memerah melihat begitu banyak bekas gigitan dan cengkeraman di tubuhnya. Ronanya yang nyaris kebiruan mencipkan warna yang kontras di atas kulit putihnya. Seolah, kulit seputih porselen dan lembut itu baru mencatat momen-momen penting yang tak bisa ia lupakan seumur hidup.

Hinata menghela napas panjang, meraba pipinya sendiri yang anehnya tiba-tiba terasa hangat. Bekas gigitan dan isapan itu memberinya sensasi panas yang aneh, bahkan sesekali terasa berdenyut meski ia sudah mandi lebih dari tiga kali.

Bagaimana lelaki itu bisa menandainya sebanyak ini?

Membuka botol kecil berisi salep herbal yang ia ketahui bisa membantu menyembuhkan bekas-bekas di kulitnya, Hinata mengoleskan salep tersebut pelan-pelan.

Saat rasa dingin dari salep menyentuh kulit, pikirannya berputar, mencoba mencari celah dari situasi yang menghimpitnya.

Saat ini, tuan muda sedang bertemu dengan putra mahkota. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi, kepergian Naruto keluar tak membuat kastel ini serta-merta minim penjagaan.

"Jika melarikan diri begitu sulit, mungkin aku perlu mencoba cara yang lain."  Pikirnya dalam hati.

Sementara ini ia bisa beradaptasi sambil mempelajari aktivitas para pelayan, prajurit, atau siapa pun itu yang ada di tempat ini.

Dengan niat baru yang mulai terbentuk, Hinata menyusun sebuah rencana. Pertama, dia akan memulai dengan mendekati salah satu orang di paviliun, kemudian fokus mencari petunjuk.

.

Perpustakaan herbal, apotek tradisional, Omi.

Hinata berjalan menyusuri lorong perpustakaan. Dikelilingi oleh rak-rak kayu yang dipenuhi buku dan gulungan resep obat, aroma kayu tua dan kertas kuno sekilas memenuhi ruangan ini.

Jujur, Hinata merasa kagum dengan koleksi buku, dan bagaimana semua tertata rapi, menunjukkan bila tempat ini selalu dirawat dengan baik.

Saat Hinata berkeliling, pandangannya menyapu ruangan. Ia melihat seorang wanita tengah duduk bertimpuh di salah satu meja yang kosong. Matanya tampak menekuri sebuah gulungan panjang yang terbuka di depannya—Hinata pikir, itu adalah gulungan resep obat.

Seorang tabib yang kerap dikirim ke daerah rawan selalu diberikan ikat lengan khusus sesuai wilayah. Melihat tanda klan Uzumaki melingkari lengan kanannya, Hinata bisa menebak bahwa wanita itu adalah tabib sepertinya.

"Pe-permisi ...."

Shizune sedikit terkejut dan menoleh cepat ke arah suara Hinata.

Melihatnya, dia segera berdiri dan membungkuk hormat. "Ah, maafkan saya, saya tak menyangka akan ada orang lain di sini."

"Ma-maaf, pasti aku mengagetkanmu ...."

Shizune mengamati sesaat. Mengingat cerita yang beredar dari para pelayan tentang 'kakak angkat' yang dibawa kembali oleh daimyo mereka, seketika, Shizune merasa bahwa Hinata memiliki aura yang hangat.

"Anda pasti Nona Hinata, benar? Senang bertemu dengan Anda." Ujar Shizune kembali membungkuk dengan sopan.

Hinata jadi merasa sedikit canggung. Ia kentara menggaruk pipinya pelan, "Etto ... tak perlu terlalu formal. Kita sama-sama tabib, bukan?"

YOUNG MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang