Bab 26 🔞

827 70 11
                                    

Dua pria berjubah hitam dengan penutup wajah menyeret Orochimaru yang meronta-ronta. Tangannya dibelenggu dengan rantai berat, dan jejak darah dari luka di bahu serta perutnya tertinggal di sepanjang jalan yang mereka lewati. Orochimaru melawan, tetapi kekuatannya mulai terkuras.

"Berani-beraninya kalian menyentuhku!" Orochimaru berteriak dengan penuh amarah. "Aku adalah cucu pertama dari daimyo pendahulu! Lepaskan aku sekarang juga!"

Namun, dua penjaga itu tak menanggapi, langkah mereka tetap tegap.

Orochimaru diseret menuju lorong gelap yang mengarah ke penjara bawah tanah Kastel Owari.

Di dalam penjara yang lembap dan suram, mereka melemparkannya dengan kasar ke dalam sel yang berkarat. Pintu jeruji ditutup dengan bunyi keras, menggema di ruangan yang nyaris kosong.

Saat itu, Utakata muncul di depan sel, berdiri tegak dengan wajah yang tak terbaca emosi. Cahaya lentera memantulkan bayangan tajam di wajahnya, memberi kesan dingin dan tak kenal ampun. Orochimaru, meskipun terluka, masih mencoba mempertahankan kesombongannya.

"Utakata! Beraninya kau melakukan ini padaku? Kau pikir siapa dirimu? Aku adalah pewaris langsung dari darah Uchiha!" Orochimaru menyalak, "Lepaskan aku! Aku akan memastikan kau dihukum mati!"

Utakata tidak segera merespons. Ia hanya menatap Orochimaru dengan mata yang dingin—seolah menembus kebohongan dan manipulasi yang biasa dilakukan pria itu.

Setelah beberapa detik hening, Utakata akhirnya berbicara, suaranya tenang namun penuh dengan ancaman tersirat.

"Jika bukan karena hubungan darah Anda dengan daimyo saat ini, saya pasti sudah membiarkan Anda mati di tangan Naruto." Utakata berkata pelan, tapi setiap kata yang diucapkannya seperti bilah yang menusuk.

Orochimaru menegang, tidak menyangka mendengar hal itu dari seseorang yang hanya menjabat sebagai kaki tangan.

Ia mencoba menyembunyikan rasa takut yang mulai merayapi dirinya. Namun, nada suaranya yang berubah mengkhianati dirinya sendiri. "Kau ... kau tidak akan berani ...."

Utakata mendekatkan wajahnya ke jeruji besi, tatapannya semakin tajam.

"Tidak berani? Anda sepatunya bersyukur saya masih memiliki rasa hormat terhadap Itachi-sama. Jika tidak, saya tak perlu repot-repot menyeret Anda ke sini hidup-hidup."

Orochimaru menggertakkan giginya, tapi tak mampu membalas.

Darah di pundaknya terus menetes, rasa sakit itu mulai membuat tubuhnya lemah. Akan tetapi, ia tak mau terlihat kalah. Dia memaksa suaranya keluar, meski terdengar lebih rendah.

"Aku akan keluar dari sini. Kau dengar aku, Utakata?! Aku akan keluar, dan saat itu terjadi, aku ... pastikan kau yang pertama jatuh di tanganku!"

Utakata hanya menghela napas pelan, seolah ucapan Orochimaru hanyalah gumaman angin yang tak berarti.

Ia berbalik, melangkah menjauh dengan langkah yang tenang, tak sedikit pun menoleh ke belakang.

"Utakata! Jangan abaikan aku!" Orochimaru kembali berteriak, suaranya kini terdengar seperti teriakan putus asa.

Ia mengumpat, melemparkan segala sumpah serapah yang bisa ia pikirkan—sayang, semua itu hanya bergema di lorong kosong.

"Utakata! Kembali! Dasar bajingan!"

Utakata tidak memperlambat langkahnya. Ia terus berjalan.

Perlahan, cahaya lentera yang dibawa pemuda itu memudar, meninggalkan Orochimaru dalam kegelapan dan kesunyian yang menusuk.

YOUNG MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang