Bab 36 🔞

1.1K 105 69
                                    

Hinata perlahan meraih kain tipis di sisi tubuhnya, jemarinya gemetar, namun usahanya untuk menutupi diri justru memicu perhatian lain dalam diri Naruto, membuatnya semakin mendekat, semakin menekan hingga punggung Hinata bersentuhan dengan lantai seutuhnya.

"Dia ... benar-benar tidak membunuhmu ...." Suara Hinata terdengar lirih dan sedikit terbata.

Naruto menyeringai, "Kenapa Kakak berpikir dia bisa membunuhku dengan mudah? Kakak mengira aku lemah hanya karena dia dua kali mengalahkanku?"

Naruto meraih kain yang Hinata gunakan untuk menutupi tubuhnya—menariknya dengan paksa hingga jatuh kembali ke lantai.

Tubuh Hinata yang telanjang bulat sempurna membuat darah Naruto berdesir. Pandangannya terus menyapu area itu, terutama bagian yang menonjol dengan rona kemerahan.

"Kau tahu?" Naruto mulai lagi, ia mendekat hingga jarak di antara mereka hampir tidak ada, "aku sangat terkejut mendengar Kakak menikah dengan Itachi. Hatiku sangat terluka ...."

"Ini tidak seperti yang Anda pikirkan—ah!" potong Hinata dengan panik, tangan Naruto mencengkeram pergelangan tangannya ke atas. Kemudian, jemarinya prlahan menjalar, menyentuh kulit lembut Hinata, berhenti pada daging lembut yang terlalu besar untuk telapak tangannya.

"Di mana dia menyentuhmu?" suara Naruto seperti bisikan yang beracun. Jemarinya melayang menyentuh kuncup ranumnya yang menegang, Naruto sengaja menggodanya dengan memilin bagian itu hingga menariknya ke atas,

"—aaah!" Hinata menggigit bibir bawahnya, berharap suaranya tak keluar.

"Dia pasti pernah mencubit putingmu seperti ini ... apa dia juga pernah menggigitnya?"

"Tidak!" Hinata menggeleng kuat, suaranya lirih namun penuh permohonan. "Kami ... kami belum pernah melakukan apa-apa! Lepaskan saya, Naruto!" Ia memohon dengan napas tersengal, mencoba menarik tubuhnya menjauh dari sentuhan itu.

Naruto tertawa kecil, ia meremas dada Hinata dengan lebih kasar. "Kakak pikir aku percaya? Setelah semua ini, mungkin aku harus memeriksanya sendiri."

"Tidak, berhenti!" Hinata berteriak kecil, suaranya bergetar di antara rasa takut dan keberanian yang coba ia kumpulkan, "saya ... saya menikah dengannya untuk melindungi Anda! Saya takut Itachi terus mengejar Anda dan tak membiarkan Anda hidup!"

Perkataan itu sama sekali tak menghentikan gerakan Naruto—justru, senyum di sudut bibirnya kian melebar.

Matanya menatap bibir Hinata yang basah karena tetesan air, sungguh ia sudah tidak mampu menahan dirinya lagi.

"Kau seharusnya tidak perlu mengkhawatir itu. Itachi tidak akan bisa membunuhku—setidaknya, jika aku terbunuh, dia pasti sudah mati ...."

Tanpa peringatan, Naruto menunduk.

"...!"

Bibirnya melumat, dan jemarinya bergerak menggenggam rahang gadis itu, agar bibirnya terbuka sepenuhnya.

Dia memiringkan kepalanya, lidahnya yang tebal dan panjang terjulur ke dalam mulut Hinata, menyapu bersih bagian itu dengan rasa lapar.

.

.

"A-apa yang baru terjadi?"

Langkah kaki Itachi terhenti di halaman depan pemandian, pandangannya langsung tertuju pada beberapa mayat pelayan yang tergeletak berserakan—lengkap dengan darah mengalir membentuk jejak suram di lantai. Bau anyir yang menusuk bercampur dengan aroma lembut bunga plum berasal dari dalam pemandian.

Di tengah kebingungannya, Itachi segera mendorong pintu geser di depannya.

Matanya segera menyapu ruangan, dan sesuai dugaan, tempat itu telah kosong.

YOUNG MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang