Hinata merasa sedang berbaring di atas ranjang yang luas, dengan kelambu tipis berayun lembut di sekelilingnya.
Cahaya bulan yang samar menerobos kain, menciptakan siluet bayangan seorang pria di atasnya. Wajahnya tak terlihat, hanya rambut pirang yang berkilau terang dalam kegelapan malam, seperti api yang membakar kesunyian.
Napas pria itu berembus hangat di kulit lehernya, meninggalkan jejak lembut yang membuat tubuhnya menggeliat.
Bibirnya menyusuri lekuk tengkuknya, gerakan itu penuh intensitas, mengirimkan getaran aneh ke seluruh tubuh Hinata.
Ia tidak tahu mengapa, tapi sensasi itu terasa begitu akrab. Seolah-olah tubuhnya mengenal sentuhan ini, lebih dari ingatannya sendiri.
Saat pria itu mendekat, aroma tubuhnya memenuhi ruang di antara mereka. Hinata merasakan dirinya mencengkeram punggung pria itu, kuku-kukunya menancap pada otot yang tegang ketika gerakan pinggulnya mulai perlahan maju dan mundur.
Napasnya menjadi terengah, berirama dengan hentakan-hentakan kasar di tubuh bagian bawah.
"Kakak ...."
Kata itu muncul begitu saja dari bibir lelaki itu. Suaranya serak, namun lembut. Ia sempat tersenyum, sebelum bayangannya menghilang seperti asap yang ditiup angin.
Hinata terbangun, napasnya memburu. Tubuhnya sedikit berkeringat meskipun udara di ruangan itu dingin.
Matanya mengerjap beberapa kali. Mengapa pipinya terasa begitu panas?
Bahkan, tangannya secara refleks menyentuh lehernya, seolah sedang mencari bekas ciuman yang tadi terasa sangat nyata.
"Mimpi?" ia bergumam lirih.
Tapi jujur, napas hangat pria itu, tekanan tubuhnya, aroma yang memenuhi ruangan—semuanya seakan-akan kenyataan.
Sebetulnya dia siapa?
Hinata duduk perlahan, mencoba merapikan pikirannya yang kacau.
"...?"
Ketukan lembut di pintu membuyarkan lamunannya. Seorang pelayan masuk dengan langkah pelan, membawa nampan berisi pakaian ganti yang dilipat rapi.
"Air hangat untuk mandi telah disiapkan, Nona," katanya dengan sopan sembari membungkuk.
Hinata hanya mengangguk kecil. Sesekali tangannya masih menyentuh pipinya yang terasa panas.
Itachi bilang, ia mengalami hilang ingatan. Mungkin dia bisa bertanya kepada tunangannya itu perihal pria tersebut.
.
.
Langit malam musim dingin membentang luas, dihiasi ribuan bintang yang bersinar.
Di bawahnya, dua penunggang kuda melaju kencang di jalan setapak yang membeku. Langkah kuda mereka menghasilkan bunyi gemeretak ringan di atas salju yang memadat.
Jubah hitam yang dipakai keduanya melambai lembut mengikuti gerak tubuh, menyembunyikan identitas mereka di bawah tudung yang misterius.
Naruto dan Neji sengaja memilih menempuh perjalanan ini tanpa kereta kuda, untuk menghindari perhatian yang tak diinginkan.
.
Setibanya di gerbang utama Kastel Owari, Naruto memperlambat kudanya.
Di hadapan mereka, tampak sejumlah prajurit berjaga dengan ketat. Setiap tamu yang hendak memasuki festival diwajibkan melepas topeng wajah mereka, dan menunjukkan identitas. Para prajurit memeriksa satu per satu, memastikan tidak ada penyusup yang masuk ke area dalam kastel.

KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MASTER
FanficSetelah perang terjadi, konflik yang lebih besar melebar di seluruh wilayah. Para Daimyo saling melakukan ekspansi, dan Kaisar tidak lagi memiliki kekuatan mutlak. 10 tahun berlalu, Hinata dipanggil kembali ke Kastel Uzumaki untuk mengobati sang tua...