Bab 30

414 74 23
                                    

Langit kelabu menggantung berat di atas jurang di mana Naruto terjatuh. Angin berembus kencang, membawa serpihan salju yang beterbangan liar. Di bawah tebing itu adalah jurang yang dipenuhi bebatuan tajam dan pohon-pohon tua yang berdiri kokoh. Tempat itu sangat sunyi, hanya terdengar suara desiran angin di kejauhan.

Beberapa prajurit utusan Itachi tampak berdiri di tepian jurang, memandang ke bawah dengan raut gelisah. Mereka telah menerima perintah untuk memastikan bahwa tubuh Naruto—sang Daimyo Omi—benar-benar ada di sana. Tidak ada ruang untuk kesalahan, sebab rivalitas sang tuan dan lelaki itu begitu dalam. Memastikan tubuh pemuda pirang itu terkoyak dan membusuk di sana, adalah sebuah kepastian mutlak bagi kemenangan Owari.

"Tidak ada manusia yang bisa selamat setelah jatuh dari tebing setinggi ini," gumam salah satu prajurit dengan nada ragu.

"Masuk akal. Tapi dia adalah Uzumaki Naruto ... menurutmu, apa pria itu bisa mati dengan mudah?" tanya prajurit lain, matanya masih menyisir dasar jurang yang diselimuti bayang-bayang.

"Hnn ... aku juga tidak yakin."

Mereka memutuskan untuk turun, menggunakan tali yang diikatkan pada akar pohon besar di dekat tebing.

Prosesnya lambat dan penuh kehati-hatian. Salju yang menutupi bebatuan membuat langkah mereka licin, seakan setiap gerakan membawa mereka lebih dekat pada maut.

Setibanya di bawah, prajurit-prajurit segera memulai penyisiran. Darah segar terlihat mengotori beberapa batu tajam di sana, menjadi konfirmasi bahwa seseorang memang jatuh ke dasar jurang ini. Namun, sejauh mereka mencari, anehnya tidak ada tanda-tanda keberadaan tubuh Naruto.

"Ada darah di sini!" Seru salah satu prajurit, menunjuk noda merah yang membekas di atas bebatuan besar.

Yang lain berlari mendekat, mengikuti jejak darah yang berlanjut hingga ke sebuah pohon besar. Di dahan pohon itu, sepotong kain robek tersangkut, warnanya kotor oleh darah dan lumpur. Salah satu prajurit mengenalinya seketika.

"Ini bagian dari baju zirahnya?" ujarnya dengan nada tegang, mengangkat kain itu agar yang lain bisa melihat.

Mereka saling berpandangan sejenak, tatapannya bercampur antara lega dan kebingungan. Jejak darah di sekitar pohon itu berakhir di sana, dan tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Naruto.

"Dia ... menghilang?" salah satu dari mereka berbisik, hampir tak percaya dengan kesimpulan yang terlintas di pikirannya.

"Mustahil. Dengan luka seperti itu, dan setelah jatuh sejauh ini, dia seharusnya mati di tempat!"

Jurang itu seperti menyembunyikan rahasianya dengan sempurna. Tidak ada petunjuk lain, tidak ada jejak langkah, tidak ada tubuh. Hanya kesunyian dan hawa dingin yang menusuk, seolah alam itu sendiri yang menelan tubuh Naruto hingga tanpa bekas.

Salah satu prajurit menghela napas berat, "Kita kembali saja. Laporkan apa yang kita temukan pada daimyo."

"Tapi ... bagaimana jika dia masih hidup?" timpal salah satu dari mereka—cukup ragu.

"Kau pikir seseorang bisa berjalan keluar dari tempat ini setelah jatuh dari ketinggian seperti itu? Jangan konyol, bisa saja dia dimangsa hewan buas."

"Yah, itu terdengar masuk akal. Baiklah, ayo kita kembali!"

Akhirnya mereka memutuskan untuk segera naik dengan membawa robekan kain dan potongan zirah itu sebagai satu-satunya bukti.

.

.

.

Kastel Owari,

Kamar itu dipenuhi oleh aroma bunga yang lembut, bercampur dengan sisa uap hangat dari bak mandi di sudut ruangan. Pria itu baru saja selesai membersihkan diri, tubuhnya masih sedikit basah dengan tetesan air yang menuruni kulitnya. Rambut cokelatnya yang tergerai sebagian masih lembap, dan ia sedang menyisirnya perlahan di depan cermin.

YOUNG MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang