Kegaduhan dari ruang depan mengundang perhatian Tsunade yang sedang berada di lantai dua.
Wanita itu turun, sesampainya di bawah, matanya tertuju pada dua pelayannya yang berusaha menahan seorang pria berambut panjang masuk ke area lebih dalam.
"Jadi, ada apa di sini?" tanya Tsunade dengan nada tegas—berusaha menunjukkan otoritasnya.
Neji yang sudah tidak bisa bersabar langsung menanggapi, "Di mana Hinata?" tanyanya penuh desakan.
Tsunade mengingat nama yang disebut ialah gadis yang kini sedang bersama daimyo mereka. Tsunade terdiam sejenak, menyadari betapa pentingnya pertanyaan ini. Namun, sebelum dia sempat menjawab, suara halus muncul dari balik bayang-bayang, dengan senyuman yang mengisyaratkan sebuah ejekan.
"Ah, lihat siapa yang datang! Sepertinya kau memiliki indra penciuman yang tajam seperti anjing, Ajudan Setia Daimyo dari Omi." Sindir Utakata, berdecak, dan seolah menikmati ketegangan yang lekas terbangun di antara mereka.
Neji mengerutkan alisnya, merasa tidak asing pada wajah Utakata, "...?"
Sekilas, ingatannya terlintas. Ia ingat pernah berpapasan dengan pria ini saat mengantar sang tuan menemui putra mahkota.
"Utakata, ajudan daimyo dari Owari ...." gumam Neji, menatap tajam ke arah pria yang sekarang berjalan santai mendekatinya.
Utakata menggigit bibirnya, mengagumi tampilan Neji dengan hati-hati, dan dalam hati, ia mengakui bahwa pria ini sangat tampan. Proporsi tubuhnya memesona; bahunya lebar dan tegas, otot-otot lengannya tampak jelas di balik pakaian yang ia kenakan, mengalir dengan urat-urat yang seakan berdenyut hidup.
"Sedang mencari seseorang?" tanyanya mengangkat alis sambil menatap lekat.
Neji berusaha mengabaikan tatapan pria itu yang terus menyelidik dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki ... gesturnya sangat aneh.
"Di mana Hinata?"
Utakata tersenyum, pura-pura berpikir sesaat sebelum menjawab, "Hmm, gadis yang kau cari ... sepertinya sedang bersama kami."
Neji terlihat terkejut, "...!"
Tampak puas dengan reaksinya, Utakata melanjutkan dengan nada yang lebih santai, “Ah, ikuti aku jika ingin bertemu dengannya.”
Tanpa pikir panjang, Neji segera mengekor Utakata, menyusuri lorong penginapan, menuju sebuah selasar yang membawanya ke area taman yang luas.
.
Dari kejauhan, netra Neji menangkap sosok Hinata yang duduk berhadapan dengan seorang pria—Itachi.
Pemandangan itu menohoknya, melahirkan pertanyaan besar yang tak terjawab.
Bagaimana mungkin wanita itu bisa mengenal daimyo dari Owari, yang notabene musuh besar Omi.
Rasa penasaran bercampur marah memenuhi benaknya. Lebih-lebih melihat Hinata sesekali tersenyum kecil pada pria itu—sebuah ironi, mengingat dua prajuritnya kini meringkuk di penjara, terancam hukuman mati karena pelariannya.
Di sampingnya, Utakata memperhatikan sejenak ekspresi Neji, senyum sebelah bibirnya terangkat, "Ah, gadis itu, benar?"
Sadar akan kehadiran Neji, Hinata mendongak, matanya terbelalak. Pupilnya yang putih pucat melebar, seolah tak percaya bahwa pria itu ada di sini sekarang.
Itachi diam-diam melirik Neji. Dia mengingatnya sebagai salah satu orang yang berjalan di belakang punggung Naruto, saat kunjungannya ke istana putra mahkota.
"Nona," kata Neji dengan nada formal, "Saya datang menjemput Anda." Ucapnya berterus terang.
Hinata terlihat gelisah, tubuhnya beringsut mundur, dan suaranya bergetar saat berbicara. "Ma-maafkan saya, Neji. Saya tahu, seharusnya saya meminta izin kepada daimyo, tapi... saya tidak ingin kembali ke tempat itu. Tidak akan ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MASTER
FanfictionSetelah perang terjadi, konflik yang lebih besar melebar di seluruh wilayah. Para Daimyo saling melakukan ekspansi, dan Kaisar tidak lagi memiliki kekuatan mutlak. 10 tahun berlalu, Hinata dipanggil kembali ke Kastel Uzumaki untuk mengobati sang tua...