Bab 25

541 98 26
                                    

Orochimaru melirik prajurit-prajurit yang mengepung Naruto, dan dengan gerakan tangan yang tegas, ia memberikan perintah.

“Hancurkan dia!”

Tanpa menunggu lama, para prajurit melesat maju seperti gelombang, pedang mereka terangkat tinggi. Namun, Naruto yang sudah bersiap menyambut dengan gerakan mematikan.

Clang!

Pedangnya menangkis serangan pertama, dan dengan satu ayunan, ia menjatuhkan dua prajurit sekaligus. Tubuh mereka terhempas keras ke tanah, membuat yang lain terhenti sejenak sebelum kembali menyerang.

“Begitu saja?” Naruto mendecih.

Sebelum ia bisa melanjutkan serangannya, sebuah suara familiar terdengar dari atas genting.

“Tuan Muda!"

Naruto mendongak, pupilnya menyempit saat melihat sosok yang melompat turun dengan anggun, jubahnya berkibar seperti daun yang digoyang angin malam.

“Neji?”

Neji mendarat di sisi Naruto. Ia mengamati sekeliling sebelum bertanya dengan suara rendah namun penuh ketegasan.

“Apakah Daimyo baik-baik saja?”

Naruto mengangguk singkat. “Aku baik-baik saja,” ia mengarahkan pandangannya ke para prajurit yang mengepung mereka, “tapi mereka, sepertinya tidak akan berhenti sampai aku tewas.”

Neji mengayunkan pedangnya, “Saya akan menghancurkan mereka untuk Anda.”

Keduanya berdiri saling membelakangi—pedang di tangan masing-masing terangkat tinggi.

Prajurit-prajurit kembali menyerang, tapi kali ini, yang dihadapi adalah dua lawan yang sulit ditaklukkan.

Naruto menyerang dengan gerakan liar, sementara Neji bergerak dengan keanggunan yang mematikan, mereka seperti menari di tengah badai.

Clang! Clang! Slash!

Dentang pedang memenuhi udara bercampur dengan suara teriakan para prajurit yang tumbang satu per satu.

Sementara itu, di sudut yang gelap, Kabuto masih berdiri dalam diam, mengawasi pertarungan dari kejauhan.

Ia menarik busur panahnya dengan tenang, menyiapkan anak panah beracun yang diarahkan langsung ke arah Neji. Tetapi, sebelum panah itu sempat melesat, sebuah gerakan kilat menghampirinya.

"...!"

Kabuto tersentak. Matanya membelalak saat merasakan pedang panjang menyayat lehernya dari belakang. Tubuhnya seketika limbung, dan busur di tangannya terjatuh ke tanah.

Di belakangnya, Utakata berdiri dengan sorot mata dingin. Ia menarik kembali pedangnya dengan gerakan lambat, darah segar menetes dari ujung bilahnya.

“Berani-beraninya kau mengincar kekasihku,” gumam Utakata, menatap tubuh Kabuto yang jatuh ke tanah sebelum berbalik, pandangannya beralih ke Neji yang masih bertarung di kejauhan.

“Jika harus terbunuh, akulah satu-satunya orang yang akan melakukannya.”

Sementara itu, di tengah halaman pertarungan kian sengit. Naruto dan Neji terus melawan gelombang prajurit yang tidak ada habisnya. Orochimaru yang melihat pasukannya mulai tumbang satu per satu, menggeram marah.

“Kalian semua tidak berguna!”

Orochimaru melangkah maju. Dengan mata yang menyala penuh kebencian, ia mencabut pedangnya—bilahnya panjang dan tipis, terlihat berbahaya.

YOUNG MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang