Pagi hari itu, taman Kastel Owari diselimuti embun tipis dan lapisan salju lembut yang memantulkan cahaya matahari. Udara dingin menusuk, membuat napas siapa pun yang berbicara terlihat mengepul seperti uap. Pepohonan di taman tampak gundul, namun di tengahnya, sebuah kolam kecil dengan bebatuan halus tetap memberikan kesan hidup.
Hinata mengikuti langkah Itachi yang tenang namun pasti. Di dekat kolam itu, ia melihat beberapa kura-kura kecil bergerak lamban di antara bebatuan, sebagian bersembunyi di bawah dedaunan yang tampaknya sengaja diletakkan sebagai tempat persembunyian mereka.
"Kenapa mereka tidak hibernasi?" Hinata bertanya dengan nada penasaran.
Itachi menoleh, memberikan senyum tipis yang jarang sekali muncul di wajahnya. "Tentu, mereka memiliki aktivitas tidur yang lebih panjang di musim di musim dingin. Tapi, aku akan memindahkan mereka ke tempat yang lebih hangat agar tetap sehat. Kau tahu, saat musim dingin kura-kura akan bernapas dengan pantat mereka?"
Hinata menatapnya sejenak, tampak terkejut. "Su-sungguh? Kura-kura?"
Itachi mengangguk pelan—sedikit menahan tawanya. Lalu, mengambil salah satu kura-kura kecil yang cangkangnya berwarna kehijauan. Ia membawanya mendekat, kemudian menyerahkan hewan itu ke tangan Hinata dengan hati-hati.
"Cobalah menyentuhnya," ujar Itachi pelan.
"Pantatnya?" tanya Hinata ragu-ragu, alhasil, Itachi tertawa. Itu adalah tawa terlepas yang pernah ia lakukan.
"Bukan, cangkangnya, itu terasa lembut dan licin ...."
Tangan Hinata yang halus akhirnya menyentuh cangkang keras kura-kura itu. Ia tersenyum tipis, tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. "Dia sangat lucu ...."
Melihat ekspresi gadis itu, Itachi hanya terdiam dengan senyum tipis yang masih bertahan di bibirnya. Matanya mengamati wajah Hinata yang diterangi mentari pagi. Namun, angin dingin tiba-tiba berembus kencang, membuat rambut panjang gadis itu melambai lembut ke sisi wajahnya, beberapa helai menutupi pipi yang mulai memerah oleh udara dingin.
Suhu kelihatannya turun lagi, sebaiknya mereka lekas masuk.
"Baiklah, cukup untuk hari ini ...." Itachi menaruh kembali kura-kura itu ke tempatnya. "Ayo masuk, udara di luar terlalu dingin untukmu."
.
Hinata mengikuti langkah Itachi menuju salah satu kamar di kastel. Ketika pintu kayu geser itu terbuka, ia tertegun.
Ruangan tersebut didesain dengan indah, penuh kehangatan meski di luar musim dingin terasa menggigit.
Lantai kayu gelap dipoles mengkilap, sementara tirai sutra lembut berwarna gading menghiasi jendela besar yang menghadap ke taman.
Di tengah ruangan berdiri sebuah ranjang besar dengan rangka kayu berukir halus—menunjukkan keahlian tangan para pengrajin. Ranjang itu dilapisi seprai sutra tebal berwarna krem, berpadu sempurna dengan bantal-bantal empuk berhiaskan bordir bunga sakura. Sebuah kelambu tipis berwarna putih melayang lembut menutupi ranjang, menggantung dari bingkai melingkar di atasnya. Kelambu itu tidak sepenuhnya tertutup, membiarkan sedikit celah yang memancarkan aura mengundang.
Hinata melangkah masuk pelan-pelan, matanya mengagumi setiap sudut ruangan. Udara di dalam terasa jauh lebih hangat.
"Aku harap ruangan ini nyaman untukmu," ujar Itachi, melangkah mendekati ranjang dan perlahan merapikan kelambu, menyingkapnya sedikit agar Hinata dapat melihat lebih jelas. "Sementara, ini akan menjadi tempatmu beristirahat sebelum kita menikah."
Hinata mengangguk, masih memandangi keindahan ruangan itu. "Ini ... sangat indah," gumamnya, suaranya dipenuhi rasa takjub.
Di sudut kamar, beberapa yukata cantik tergantung di rak kayu, dihiasi motif bunga sakura dan salju yang halus. Warna-warnanya lembut, seperti disiapkan khusus untuk menyambut musim ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MASTER
FanfictionSetelah perang terjadi, konflik yang lebih besar melebar di seluruh wilayah. Para Daimyo saling melakukan ekspansi, dan Kaisar tidak lagi memiliki kekuatan mutlak. 10 tahun berlalu, Hinata dipanggil kembali ke Kastel Uzumaki untuk mengobati sang tua...