︶⊹︶︶୨ 🏠 ୧︶︶⊹︶
“Keluarga itu nggak selalu tentang mereka yang deket sama lo secara fisik. Kadang, keluarga bisa terbentuk dari orang-orang yang lo temuin di perjalanan hidup lo.”
ーSamudra Biru
──────────────────
12. 𝐏ercapakan singkat 𝐒amudra
Pagi yang cerah di Kosan Sayendra. Delapan remaja yang tinggal di sana berkumpul di halaman depan setelah sarapan. Bimayu, yang memang dikenal paling teliti soal mobilnya, memutuskan untuk mencuci kendaraannya pagi itu, dan tanpa banyak bicara, Chandrana, Azra, Ilendra, dan Harvian ikut membantu. Suara air mengalir dari selang dan percikan busa dari sabun cuci mobil memenuhi suasana pagi itu.
"Harvi, lo pegang semprotan air, biar yang lain ngerjain bagian lainnya," perintah Bimayu dengan nada serius, sambil memastikan setiap sudut mobilnya tersapu bersih oleh air.
Harvian mengangguk dan mulai menyemprotkan air ke bodi mobil, sambil bercanda dengan Ilendra yang sedang sibuk mengelap bagian jendela.
Di sisi lain halaman, Lenoel tampak lebih memilih kesibukan yang lain. Alih-alih bergabung dengan teman-temannya mencuci mobil, ia menyiram tanaman di halaman depan kosan dengan tenang. Lenoel memang selalu memilih untuk melakukan hal-hal yang tidak terlalu ramai, dan ini bukan pertama kalinya ia lebih senang mengurusi tanaman daripada terlibat dalam kegiatan bersama yang lebih heboh.
Azra yang memegang spons, tertawa melihat Harvian yang sengaja menyemprot Ilendra dengan air. "Hati-hati, nanti basah semua itu, Len!" katanya bercanda, tapi Lenoel hanya tersenyum tipis sambil melanjutkan menyiram tanaman, seolah tidak peduli dengan kehebohan di dekatnya.
Di bawah naungan pagi yang cerah, suasana penuh canda dan tawa, seolah tidak ada masalah yang mengganggu pikiran mereka untuk sementara waktu. Bagi mereka, ini adalah momen langka ketika bisa berkumpul bersama tanpa beban.
Di antara mereka, Arion memilih untuk duduk di bangku panjang yang ada di halaman depan. Tangannya memegang secangkir kopi yang masih hangat, dan matanya mengikuti gerak-gerik teman-temannya yang sibuk. Pikirannya masih terselip pada percakapan pagi tadi di dapur, terutama kata-kata Lenoel dan Chandrana tentang keluarga. Seolah perbincangan itu belum sepenuhnya lepas dari benaknya.
Sambil menyesap kopinya, Arion merasakan seseorang duduk di sampingnya. Ketika ia menoleh, dilihatnya Samudra, temannya yang selalu penuh dengan energi, tapi pagi ini terlihat lebih tenang.
“Lagi apa, Yon? Lo diem aja,” tanya Samudra sambil memandang ke arah yang sama dengan Arion, seolah mencoba memahami apa yang sedang dipikirkan sahabatnya itu.
“Cuma ngeliatin aja,” jawab Arion singkat, tersenyum kecil. “Tadi abis ngobrol sama Chandrana dan Lenoel soal keluarga. Lumayan berat, sih.”
Samudra mengangguk pelan, wajahnya sedikit lebih serius sekarang. “Gue dengar sepintas tadi. Jadi lo juga ngerasa jauh dari keluarga lo, ya?”
Arion menatap Samudra, merasa nyaman bahwa temannya ini selalu bisa menangkap hal-hal kecil tanpa banyak bicara. "Iya, gitu deh. Gue nggak nyangka sih, kalau Lenoel juga ngerasain hal yang mirip-mirip."
“Kadang, yang paling pendiam justru yang paling banyak ngerasain hal dalam hidupnya,” balas Samudra. “Lo tahu nggak, Yon? Gue juga dulu ngerasa jauh banget sama keluarga gue.”
Arion terkejut mendengar Samudra mulai berbagi ceritanya. Sejujurnya, ia tidak pernah mendengar cerita lebih dalam tentang keluarga Samudra sebelumnya. Samudra, yang selalu tampak ceria dan energik, tampaknya menyimpan sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan.
“Serius lo, Sam? Gue kira lo selalu punya hubungan yang baik sama keluarga lo.”
Samudra tersenyum, tapi ada kegetiran dalam ekspresinya. “Dulu, iya. Waktu gue kecil, gue deket banget sama bokap. Dia selalu ngajak gue jalan-jalan, ngajarin gue hal-hal tentang alam, petualangan, gitu. Tapi setelah gue SMP, dia mulai sering dinas ke luar kota, dan semakin lama, kita jadi jarang ngobrol.”
Arion mendengarkan dengan saksama, merasa ada kesamaan dengan apa yang ia rasakan tentang hubungannya dengan orang tuanya.
“Waktu gue mulai masuk SMA, gue udah terbiasa nggak ada dia di rumah. Nyokap gue juga sibuk sendiri dengan urusannya, jadi gue lebih sering ngabisin waktu di luar. Dan waktu itu, gue mulai ngerasa... sepi. Kayak lo bilang tadi, Yon, rasanya kayak mereka nggak peduli lagi.”
Samudra berhenti sejenak, menatap mobil yang sedang dicuci oleh teman-teman mereka, lalu melanjutkan, “Tapi belakangan gue sadar, mungkin gue yang terlalu ngerasa sendiri. Gue juga nggak pernah benar-benar nyoba buat ngobrol sama mereka, buat bilang kalau gue ngerasa jauh. Mungkin mereka juga nggak tau kalau gue butuh mereka.”
Arion tersenyum tipis mendengar cerita Samudra. Ia merasa senang karena akhirnya, temannya ini terbuka tentang hal yang selama ini mungkin dipendam. “Gue ngerti, Sam. Mungkin kita sama-sama terlalu fokus sama perasaan kita sendiri, sampai lupa kalau mereka juga punya masalah masing-masing.”
“Bener banget,” jawab Samudra. “Tapi yang penting sekarang, kita udah punya tempat buat ngerasa diterima. Di kosan ini, sama lo semua, gue ngerasa punya keluarga lagi.”
Arion menatap Samudra, merasa tersentuh oleh kata-kata itu. Ia merasakan hal yang sama. Di Kosan Sayendra, ia menemukan orang-orang yang peduli dan mau mendengarkan, meskipun mereka tidak terikat oleh darah. Meskipun keluarganya masih menjadi bagian penting dari hidupnya, ia merasa lebih ringan karena tahu bahwa ia tidak sendirian.
“Tapi gue juga belajar satu hal,” lanjut Samudra. “Keluarga itu nggak selalu tentang mereka yang deket sama lo secara fisik. Kadang, keluarga bisa terbentuk dari orang-orang yang lo temuin di perjalanan hidup lo.”
Arion tersenyum lebih lebar, merasa setuju dengan apa yang dikatakan Samudra. “Iya, gue rasa lo benar. Kita semua di sini udah kayak keluarga kecil, ya?”
Samudra mengangguk, menepuk bahu Arion dengan semangat. “Betul. Makanya, jangan terlalu keras sama diri lo sendiri, Yon. Kalau lo butuh keluarga, kita semua ada buat lo.”
Obrolan mereka terhenti sejenak ketika Harvian tiba-tiba berteriak dari arah mobil, “Sam! Lo mau bantuin nggak, nih? Daripada ngobrol doang!”
Samudra tertawa lepas, lalu berdiri dari bangku. “Gue balik kerja, nih. Lo mau ikutan, Yon?”
Arion tertawa kecil, menggeleng. “Nggak, lo aja deh. Gue udah cukup nonton kalian berantakan tadi.”
Samudra melambai sambil berjalan ke arah mobil, bergabung kembali dengan teman-temannya yang sibuk mencuci. Arion hanya tersenyum sambil menghabiskan sisa kopinya, merasa sedikit lebih ringan setelah mendengar cerita Samudra. Di pagi yang cerah itu, di halaman kosan yang sederhana, Arion menyadari bahwa meskipun masalah keluarga masih menyertainya, ia sudah memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga—persahabatan dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
─────────☆─────────
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul dibalik Sayendra's || StrayKids [ END ✅ ]
Teen Fiction"𝘎𝘶𝘦 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢, 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘦 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳." Arion tid...