︶⊹︶︶୨ 🏠 ୧︶︶⊹︶
Alur cerita kehidupan memang nggak bisa ditebak, ya?
──────────────────
21. 𝐁agaimana untuk 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢?
Tanpa terasa, dua bulan telah berlalu tanpa kendala sedikit pun bagi kedelapannya. Samudra dan Ilendra masih melanjutkan kehidupan di kosan, meski beberapa perasaan mereka tentang rumah masih menggantung di pikiran masing-masing. Dalam dua bulan ini, rutinitas kuliah dan kosan berjalan dengan stabil, membangun pola keseharian yang sedikit banyak sudah mulai mereka terima sebagai kenyataan baru.
Pagi itu, suasana di Kosan Sayendra tak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Arion dan Harvian sibuk bersiap untuk kuliah. Samudra sedang duduk di meja dapur sambil memainkan ponselnya. Pikiran Samudra, meski terlihat tenang dari luar, masih sering dipenuhi oleh ingatan akan percakapan terakhirnya dengan sang Ayah. Kalimat permintaan maaf yang keluar dari Ayahnya terus berputar dalam pikirannya, seperti sebuah bisikan yang tak pernah benar-benar hilang.
"Sam, lo udah siap?" suara Harvian memecah lamunan Samudra.
"Oh, iya, udah. Tinggal ambil tas," jawab Samudra sambil bangkit dari kursi dan mengambil tasnya dari kamar. Dalam perjalanan ke kampus, Samudra hanya bisa merenung. Sudah beberapa kali ia ingin membalas pesan Ayahnya, tapi selalu ada keraguan yang menghentikannya. Haruskah ia memberi kesempatan pada Ayahnya untuk memperbaiki hubungan yang sudah lama renggang?
Sesampainya di kampus, mereka berpisah untuk menuju kelas masing-masing. Di tengah-tengah pelajaran, ponsel Samudra bergetar. Ada pesan masuk. Kali ini, bukan dari Ayahnya, melainkan dari sang Ibu.
"Sam, Ayah menanyakan kabarmu lagi. Bisa kamu telepon nanti? Ibu tahu ini sulit, tapi mungkin ada baiknya kamu memberi kesempatan. Ayah benar-benar berusaha."
Pesan itu sederhana, namun cukup untuk membuat Samudra kembali terlempar ke dalam kebimbangan. Hubungannya dengan Ayah selalu jauh, bahkan sejak sebelum perpisahan orang tuanya. Tetapi sekarang, permintaan Ayahnya terdengar tulus. Apakah mungkin ada ruang untuk memperbaiki hubungan mereka?
Sementara itu, di kosan, Ilendra sedang duduk di ruang tamu dengan laptopnya, menyelesaikan tugas yang menumpuk. Pikirannya juga sering terbang ke percakapan dengan Mamanya dua bulan lalu. Meski Mamanya belum menekan lebih jauh tentang permintaan untuk pindah, Ilendra tahu bahwa keputusan besar itu belum selesai. Setiap malam, sebelum tidur, ia sering memikirkan kemungkinan kembali ke rumah. Tapi sama seperti Samudra, ia juga menikmati kehidupan barunya di kosan. Ada kedamaian dalam kebersamaan dengan teman-temannya, sesuatu yang sulit ia temukan di rumah.
"Len, gimana? Mau makan di luar bareng?" Arion muncul dari kamar, siap dengan jaket dan tasnya.
"Mau, tunggu bentar, gue selesaiin tugas ini dulu," jawab Ilendra. Beberapa menit kemudian, mereka bertiga, bersama Harvian dan Samudra, keluar dari kosan untuk makan siang di warung makan favorit mereka di dekat kosan.
Saat makan, percakapan mereka mengalir seperti biasa, membicarakan tugas kuliah dan rencana akhir pekan. Namun, di tengah canda tawa, ada percakapan yang lebih dalam di dalam hati masing-masing. Samudra memikirkan apakah ia harus memberi kesempatan kepada Ayahnya, sedangkan Ilendra masih ragu dengan keputusan besar yang menantinya.
"Eh, kalian ada rencana balik ke rumah nggak libur nanti?" tanya Arion, mencoba memulai topik baru.
"Nggak tahu, sih," jawab Ilendra santai. "Mungkin aja, tapi gue belum yakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul dibalik Sayendra's || StrayKids [ END ✅ ]
Teen Fiction"𝘎𝘶𝘦 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢, 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘦 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳." Arion tid...