︶⊹︶︶୨ 🏠 ୧︶︶⊹︶
Hidup memang seperti terminal atau stasiun, tempat orang-orang datang dan pergi. Namun setiap perpisahan yang dialami membuat kita semakin kuat, memberikan makna baru dalam setiap pertemuan yang kita miliki.
──────────────────
33. 𝐒ampai jumpa, lagi.
Malam itu, kosan Sayendra tenggelam dalam kesunyian. Di ruang tamu yang biasanya penuh canda tawa, kini sepi dan hening dalam dinginnya malam. Suara canda tawa yang biasanya menghiasi malam di dibawah atap kosan, kini hening seolah tak berpenghuni. Hanya terdengar suara pintu yang dibuka dan tutup, mungkin dari penghuni kosan yang lain.
Di dalam kamar yang biasanya ribut dengan pertengkaran kecil Samudra dan Ilendra, Arion melamun dalam hening, sementara laptop di hadapannya tetap menyala, menunggu untuk digunakan. Tak lama kemudian, suara pintu kamar yang dibuka terdengar. Harvian muncul dari balik pintu dengan dua gelas teh hangat di tangannya. “Minum dulu, biar nggak melamun terus,” katanya sambil menyerahkan satu cangkir ke Arion.
Arion tersenyum tipis menerima teh itu. “Thanks, Vi. Sekarang cuma lo yang masih di sini buat nemenin gue di dalam kamar,” ujarnya pelan sambil menyeruput teh itu.
Harvian duduk di kasurnya yang berada sebelah Arion, kemudian ia menatap lurus ke arah depan. “Kosan, apalagi kamar ini jadi terasa sepi ya, Yon? Padahal dulu nggak pernah berhenti ada yang ngobrol, bercanda, ribut soal hal-hal nggak penting…”
Arion mengangguk, mengingat masa-masa itu. Tawa khas Chandrana yang sering menggema, Lenoel yang kalem namun penuh makna dalam setiap kata yang ia ucapkan, Samudra dengan semangatnya yang selalu membara, dan Ilendra yang selalu bijaksana dalam memandang hidup. Kini hanya bayang-bayang mereka yang tersisa, memenuhi setiap sudut kosan yang dulu penuh kehangatan.
“Kadang gue masih kebayang mereka ada di sini, Vi,” ujar Arion pelan. “Kayak, mereka cuma lagi keluar sebentar buat jajan, dan ntar bakal balik lagi. Padahal gue tahu, mereka udah punya jalan masing-masing.”
Harvian tersenyum pahit. “Itulah hidup, Yon. Orang datang dan pergi. Kita nggak bisa memaksa siapa pun untuk tinggal, karena setiap dari mereka udah punya takdir dan tujuan masing-masing.”
Arion terdiam, menyesap kopinya lagi. Rasa pahit itu justru membuatnya merasa lebih hidup di tengah kesunyian. “Lo sendiri, kapan bakal balik ke rumah, Vi?” tanyanya tiba-tiba, penasaran.
Harvian terdiam, menatap lurus ke cangkir kopinya sejenak sebelum akhirnya menjawab. “Gue… belum tahu, Yon. Bapak sama Ibu udah nyuruh gue balik, mungkin sekitar tiga harian lagi,"
"Pada akhirnya, gue juga harus melangkah jauh.”
Arion mengangguk pelan, meski hatinya terasa berat mendengar jawaban itu. Ia tahu bahwa setiap temannya punya kehidupan dan tujuan yang berbeda, namun tetap saja sulit baginya menerima kenyataan bahwa ia akan kehilangan mereka satu per satu.
Mereka terdiam beberapa saat, masing-masing tenggelam dalam pikiran dan kenangan. Harvian akhirnya menepuk bahu Arion pelan, memberikan sedikit semangat.
“Kita nggak perlu takut kehilangan, Yon. Selama kita masih ingat momen-momen ini, mereka nggak akan benar-benar pergi. Kita bisa mengenang mereka kapan pun kita mau, dan itu yang bikin kenangan jadi abadi,” kata Harvian, suaranya lembut namun penuh makna.
Arion tersenyum kecil. Kata-kata Harvian memberikan sedikit ketenangan dalam hatinya yang gelisah. “Lo benar, Vi. Gue akan selalu ingat mereka, dan lo juga, kalau nanti kita terpisah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul dibalik Sayendra's || StrayKids [ END ✅ ]
Teen Fiction"𝘎𝘶𝘦 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢, 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘦 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳." Arion tid...