︶⊹︶︶୨ 🏠 ୧︶︶⊹︶
Kepergian adalah bagian dari hidup, tapi kenangan adalah bagian dari hati yang takkan pernah pergi.
──────────────────
34. 𝐒elamat jalan, untuk yang terakhir.
Pagi kembali menjemput hari itu. Suasana tenang dan nyaman masih membalut kosan Sayendra, juga tentunya, masih membalut Arion di dalam keheningan pagi tersebut. Seperti biasa, ia bangun lebih awal, kemudian dengan segera memilih untuk membersihkan dirinya agar tidak terlambat ke kampus nantinya.
Suara air yang jatuh ke atas keramik kamar mandi, disambut dengan kesegaran yang dirasa saat tetes demi tetes air tersebut menyentuh kulitnya, Arion bisa merasakan suasana tenang dan damai yang biasanys ia rasakan setiap kali berada di rumah.
Seusai menyelesaikan ritual paginya, Arion dengan cepat mengenakan outfit kampusnya yang tampak simpel, namun tetap terlihat rapi dan apik di tubuhnya.
Hari ini, Harvian yang akan berangkat kembali ke kotanya. Semalam, mereka berdua telah menghabiskan waktu malamnya untuk sekedar bercerita dan berbagi pengalaman yang sudah mereka lewati. Dimulai dari obrolan yang tidak berarti, sampai ke pembicaraan yang dalam juga telah mereka lewati semalam penuh.
Untuk kesekian kalinya, Arion akan kembali dihadapkan oleh perpisahan atas kepergian teman-temannya untuk kembali melanjutkan hidup dan perjalanan yang tidak pernah mereka duga. Roda kehidupan terus berputar, membawa beberapa orang yang Arion ketahui, lagi.
Setelah selesai dengan urusannya, Arion dengan sigap ikut membantu Harvian membenahi barang-barangnya, dibantu juga oleh Bimayu, ketiga raga itu kian larut dalam keheningan pagi kala itu. Suara resleting tas, plastik, dan beberapa benda lainnya seolah menjadi sound effect dari keheningan yang membalut ketiganya.
Tak berselang lama, suara handphone milik Harvian yang berdering berhasil memecah hening di antara ketiganya. Harvian dengan gerakan cepat memeriksa siapa yang meneleponnya pagi itu. Dan yang ia dapati adalah nomor sang Ibu yang menghubunginya.
"Halo, Bu." suara Harvian terdengar untuk memulai percakapan di antara mereka. Bimayu dan Arion hanya melanjutkan kegiatan mereka membantu Harvian, namun sesekali pendengaran mereka juga akan tertuju ke arah pembicaraan antara Harvian dan Ibunya.
Kemudian, dengan sangat tiba-tiba, Harvian membulatkan matanya karena terkejut. Kabar yang disampaikan oleh sang Ibu mampu membuatnya kaget bukan main. "Apa?! Ibu serius?" nada suaranya mungkin terdengar sedikit tinggi, namun terselip kesedihan yang ada di dalam ucapannya. Bimayu dan Arion lantas saling tatap, seolah bertukar pikiran mereka di dalam hening karena tidak ingin menganggu Harvian yang sedang menelepon.
"Iya, Harvian pulang hari ini. Ibu tunggu Harvi, ya?" Harvian terdengar sedikit tergesa-gesa ketika menyampaikan omongannya, semakin menambah kecurigaan Bimayu dan Arion yang mendengarnya sedari tadi.
Panggilan dimatikan oleh Harvian. Dengan gerakan yang cepat, ia memasukkan sisa-sisa barangnya dengan sedikit tergesa-gesa. Sangat berbeda dari sebelumnya. Ia sudah tidak peduli apakah barang-barang itu terletak dengan benar, atau rapi sekalipun. Hal itu dengan segera juga menambah rasa penasaran Bimayu dan Arion di sana, mereka menatap perubahan sikap Harvian yang terkesan sangat tiba-tiba itu.
"Vi, lo kenapa? Itu barang-barangnya bisa terhimpit-himpit kalau nggak dibenerin." ujar Arion. Harvian terdiam, namun sedetik kemudian ia kembali melanjutkan kegiatannya hingga resleting koper miliknya bisa tertutup dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul dibalik Sayendra's || StrayKids [ END ✅ ]
Teen Fiction"𝘎𝘶𝘦 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢, 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘦 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳." Arion tid...