ー Journey 32.

15 11 9
                                    

︶⊹︶︶୨ 🏠 ୧︶︶⊹︶

Hidup memang terus berputar, membawa orang-orang yang datang dan pergi, tapi yang dipahami bahwa kepergian itu bukanlah akhir dari segalanya.

──────────────────

32. 𝐁apak Sayendra.

Arion pulang lebih awal dari kampus hari itu, merasa lelah dan ingin mencari ketenangan. Setelah meletakkan tas di kamar, ia memutuskan untuk duduk di taman belakang kosan yang sepi. Udara sore itu sejuk, dan taman kecil itu tampak tenang di bawah cahaya matahari yang mulai meredup. Di tempat ini, Arion sering menemukan kedamaian, meskipun kini terasa berbeda tanpa kehadiran beberapa teman sekosannya.

Saat ia sedang asyik melamun, suara langkah kaki terdengar mendekat, dan saat Arion menoleh, ia mendapati sosok Pak Sayendra, bapak kosan, datang menghampirinya. Pak Sayendra tersenyum hangat sambil duduk di bangku yang sama.

“Sudah pulang, Yon?” sapanya lembut.

“Iya, Pak. Hari ini jadwal kampus nggak terlalu padat,” jawab Arion.

Pak Sayendra memandang taman itu sejenak, lalu menghela napas. “Rasanya kosan jadi lebih sepi, ya?”

Arion mengangguk. Hanya dalam beberapa hari terakhir, empat temannya – Lenoel, Chandrana, Samudra, dan Ilendra – pergi meninggalkan kosan untuk melanjutkan perjalanan masing-masing. Semua itu terjadi begitu cepat, membuat suasana kosan berubah drastis dari yang biasanya.

Pak Sayendra tampaknya menangkap kegundahan Arion. “Sebenarnya, mereka sudah bicara sama saya sebelum pergi. Setiap orang punya alasannya masing-masing. Lenoel, misalnya, harus pergi ke Singapura untuk merawat mamanya yang sedang sakit. Ia merasa tanggung jawab itu sangat penting, dan saya sangat menghormati keputusannya.”

Arion terdiam, merenungkan kata-kata itu. Selama ini, ia tahu Lenoel orang yang pendiam dan jarang bercerita, tapi ternyata ada alasan besar yang membuatnya akhirnya harus pergi, meninggalkan semua kehidupan barunya di sini.

“Chandrana, anak itu selalu besar suaranya ketika ketawa dan saat bercanda. Terkadang, suaranya memang sedikit menganggu, namun Bapak yakin, karena dia adalah penghidup suasana di kosan. Tapi tuntutan Papinya terus saja memaksanya, sampai dia sendiri udah nggak bisa membantah,” jawab Pak Sayendra. “Orang tuanya, terutama Papinya sangat berharap ke Chandrana untuk mengembangkan diri dan mengejar cita-citanya di tempat yang lebih luas. Meski bapak tau dia merasa berat hati, dia udah nggak bisa melawan lagi, oleh karena itu dia terpaksa pergi."

Arion tersenyum kecil, membayangkan Chandrana, si pemuda ceria dengan suara lantangnya, yang sebelumnya tampak sangat ragu untuk melepaskan kosan Sayendra. Ia tahu teman baiknya itu sangat mencintai tempat ini dan semua orang di dalamnya, namun terkadang, tuntutan mengharuskan seseorang meninggalkan hal-hal yang disayangi.

“Kalau Samudra, menurut bapak gimana?” tanya Arion lagi.

Pak Sayendra mengangguk pelan. “Samudra… dulu saat bergabung di kosan ini, dia baru aja memginjak kelas 1 SMA. Saat bapak tanya kenapa dia milih nge-kost, dia bilang kalau dia nggak betah di rumah. Mamanya sibuk, terlebih lagi Ayahnya yang seolah nggak peduli dengan isi rumah. Di sini, dia awalnya ingin memulai hidup baru seorang diri. Namun, sekarang keluarganya Ayahnya memutuskan untuk memulai kehidupan yang baru, dan mengajaknya untuk ikut bergabung, kembali ke dalam rumahnya.”

Simpul dibalik Sayendra's || StrayKids [ END ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang