ー Journey 30.

15 13 11
                                    

︶⊹︶︶୨ 🏠 ୧︶︶⊹︶

Perjalanan kita masih panjang dan pastinya akan ada hal yang memisahkan kebersamaan kita. Meskipun begitu, jangan lupa untuk pulang, ya?

──────────────────

30. 𝐒emakin sepi.

Dua hari setelah kepergian Lenoel, kosan Sayendra tak langsung terasa sepi. Meskipun tetap ada rasa kekosongan yang mereka sadari, namun mereka sebisa mungkin untuk tetap terlihat baik-baik saja. Rutinitas kampus mereka lanjutkan dengan baik, semuanya berjalan normal.

Sampai saatnya, giliran Chandrana yang akan berangkat untuk melanjutkan studinya di luar negeri sesuai dengan tuntutan sang Papi dari beberapa bulan sebelumnya. Meski ia sudah berusaha keras untuk menolak, semuanya tak ada guna karena sang Papi yang terus bersikeras menyuruhnya melanjutkan studi di luar negeri.

Pagi itu, di ruang tengah Kosan Sayendra, Arion, Harvian, Samudra, Bimayu, Arza dan Ilendra sudah berkumpul. Mereka duduk di sofa dengan suasana yang sedikit muram, memahami bahwa hari itu Chandrana akan pergi. Mereka berbincang ringan, mengisi waktu dengan obrolan seadanya sembari menunggu Chandrana keluar dari kamarnya.

Tak lama kemudian, pintu kamar Chandrana terbuka. Ia melangkah keluar dengan wajah yang tak bisa disembunyikan dari kelelahan—mungkin karena kurang tidur atau pikiran yang membebaninya. Melihat teman-temannya yang berkumpul di ruang tengah, ia tersenyum, meski sorot matanya mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang ia pendam dalam-dalam.

“Pagi, guys,” sapa Chandrana dengan nada ceria yang ia usahakan.

Bimayu tersenyum dan menepuk tempat di sebelahnya, mengisyaratkan agar Chandrana duduk. “Sini duduk dulu sebentar. Kita semua mau ngomong sesuatu ke lo.”

Chandrana berjalan dan duduk di antara mereka. Ada keheningan sejenak sebelum Arion membuka pembicaraan. “Bang, sumpah gue bakal kangen semua candaan garing lo itu," ucapnya sambil tersenyum kecil.

Chandrana mengangguk, terdiam sejenak sebelum menjawab, “Gue juga pasti bakal kangen banget sama kalian. Tapi… gue nggak punya pilihan, kan?”

Samudra menyahut, “Kita ngerti, Bang. Kita tahu ini semua bukan yang lo mau, tapi kadang, ada hal-hal yang memang harus kita hadapi.”

Chandrana menghela napas panjang, matanya menerawang ke luar jendela. “Iya, mungkin gue harus nerima ini sebagai bagian dari hidup gue. Gue cuma berharap… gue bisa balik ke sini suatu hari nanti.”

Bimayu, yang dikenal sebagai sosok kakak tertua di antara mereka, menepuk pundak Chandrana dengan lembut. “Chan, di manapun lo berada nanti, ingat kalau kita semua selalu dukung lo. Bahkan kalau lo butuh pelarian sejenak dari semua tuntutan itu, lo tahu harus ke mana untuk cerita, kan?”

“Sayendra,” Chandrana menjawab singkat dengan senyum tipis, merasakan kehangatan yang hadir dari kalimat Bimayu. Kosan Sayendra bukan hanya sekadar tempat tinggal baginya, tetapi sudah menjadi rumah kedua yang menawarkan ketenangan dan kebebasan dari semua tekanan yang selama ini ia rasakan.

Mereka semua berusaha mengisi pagi itu dengan candaan ringan, mencoba menghidupkan suasana yang mulai terasa berat. Harvian, yang selalu bisa membuat lelucon, melontarkan beberapa candaan yang berhasil membuat mereka tertawa. Namun di sela-sela tawa itu, tetap ada rasa sedih yang tak bisa mereka abaikan.

Setelah beberapa saat, Chandrana berdiri dan menghela napas panjang. “Kayaknya gue harus pamit sekarang,” ucapnya pelan.

Mereka semua bangkit dari tempat duduk masing-masing dan mengiringi Chandrana keluar menuju halaman depan. Sesampainya di sana, Chandrana menatap satu persatu wajah teman-temannya. Ia tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang paling berarti dalam hidupnya selama ini.

Simpul dibalik Sayendra's || StrayKids [ END ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang