︶⊹︶︶୨ 🏠 ୧︶︶⊹︶
Simpul dibalik Sayendra, bermakna bahwa persahabatan kedelapannya mampu terjalin karena adanya sebuah ikatan simpul yang mengikat janji milik mereka. Sebuah simpul tak terlihat, yang tersembunyi dibalik kata 'Sayendra.'
──────────────────
Persahabatan adalah sebuah kata yang erat kaitannya tentang sebuah ikatan kebersamaan yang tak terukur waktu, sebuah ikatan yang terjalin tanpa syarat di antara tawa dan cerita yang dibagi. Namun, di balik hangatnya kedekatan, perpisahan datang sebagai bagian tak terhindarkan. Meninggalkan jejak yang tak terlihat namun abadi, perpisahan mengajarkan bahwa meski langkah membawa mereka ke jalan berbeda, hati mereka tetap saling terikat. Bagi sahabat sejati, jarak hanyalah jeda dalam cerita, dan kenangan menjadi pengingat bahwa pertemuan selanjutnya selalu mungkin—di mana pun dan kapan pun, mereka tahu bahwa satu sama lain akan selalu ada.
Arion tiba paling awal di Kosan Sayendra pagi itu. Tempat yang dulu terasa penuh kehidupan kini memang tampak sedikit sunyi. Kosan ini, tempat di mana mereka menyimpan banyak kenangan yang menunggu untuk dihidupkan kembali. Arion memandang bangunan sederhana itu dengan perasaan hangat sekaligus getir. Hanya dalam tiga tahun, kosan ini telah berubah sedikit—beberapa dinding tampaknya diwarnai ulang dengan warna putih, beberapa tumbuhan yang di bersihkan.
“Yon!” suara familiar memecah keheningan. Harvian datang menyusul, membawa senyuman lebar yang masih sama seperti dulu. “Masih inget jalan ke sini kan?”
Arion tertawa kecil dan memeluk Harvian. “Inget lah! Gue inget banget, Vi. Kayak nggak percaya aja akhirnya bisa balik lagi ke sini.”
Satu per satu dari perkumpulan Sayendra mulai tiba, menambah riuh suasana yang sejenak sunyi.
Mereka berkeliling ke kamar masing-masing, membuka setiap pintu yang dulu menjadi saksi percakapan hingga larut malam, cerita-cerita pribadi yang dibagikan dengan kepercayaan penuh, hingga kesunyian yang selalu nyaman karena mereka saling menemani. Mereka juga kembali bertemu dengan Pak Sayendra yang perawakannya semakin tergusur oleh usia, namun tak pernah menghilangkan sikap ramahnya.Di kamar milik Bimayu yang lama, mereka duduk melingkar seperti dulu, mencoba menghidupkan kembali suasana yang pernah ada.
“Ada yang berubah nggak menurut lo?” tanya Chandrana, yang kini sudah selesai melanjutkan studinya di luar negeri. Matanya memandang sekitar, seolah memeriksa setiap detail.
Lenoel tersenyum tipis. “Nggak terlalu. Kamar ini mungkin lebih sepi aja, nggak ada kita lagi di sini tiap hari. Tapi rasanya masih sama… kayak pulang ke rumah."
Samudra tertawa kecil. “Gue pikir lo bakal lupa sama kita, Bang, dengan kesibukan lo di sana.”
“Gimana gue bisa lupa? Persahabatan kita nggak bakal tergantikan, Vi. Mau sejauh apa pun kita pergi, tetap ada bagian dari kosan ini yang kita bawa.”
Bimayu mengangguk setuju, mengingat kembali percakapan-percakapan panjang mereka di ruang tengah, saat mereka membahas mimpi-mimpi dan ketakutan mereka. "Kadang gue masih inget obrolan kita dulu. Soal mimpi, soal hidup yang belum kita ngerti waktu itu," ujarnya sambil tersenyum. “Sekarang, semua udah bener-bener berubah dalam tiga tahun terakhir, ya?”
Mereka semua mengiyakan. Ketika pertama kali meninggalkan Sayendra, masing-masing dari mereka punya mimpi dan ekspektasi yang berbeda tentang masa depan. Ada yang merasa ragu, ada yang penuh percaya diri. Namun seiring berjalannya waktu, mereka belajar bahwa kehidupan berjalan dengan ritme dan kejutan sendiri.
Arion, yang dulu sering merasa ragu dan takut gagal, sekarang bisa melihat masa depannya dengan lebih mantap. Meski masih dihinggapi rasa cemas sesekali, pengalaman hidup yang dijalani membantunya untuk lebih percaya pada dirinya sendiri. “Dulu gue ngerasa kayak orang asing di kosan ini. Tapi kalian bikin gue ngerasa kayak punya rumah sendiri. Gue bersyukur banget, beneran,” ujarnya pelan, sambil menatap teman-temannya satu per satu.
Chandrana yang selalu serius menatap masa depan, mengangguk sambil tersenyum. “Lo udah berubah banyak, Yon. Dulu lo selalu ragu. Sekarang lo keliatan lebih yakin,” katanya sambil menepuk bahu Arion.
Percakapan mereka terus mengalir, mengenang kembali kisah-kisah lama, tertawa atas kebodohan-kebodohan masa lalu, dan mengakui bahwa pertemuan ini adalah sesuatu yang mereka tunggu-tunggu sejak lama. Waktu memang telah mengubah mereka, tetapi kosan ini menyimpan kenangan yang akan selalu membuat mereka merasa muda dan bebas.
Malam itu, setelah makan malam sederhana yang mereka masak bersama di dapur, mereka duduk di ruang tengah, menonton foto-foto lama yang disimpan oleh Bimayu. Setiap foto membawa tawa dan ingatan tentang masa-masa saat dunia mereka masih sebatas bangunan kosan, kampus, dan taman kecil di seberang jalan.
Lenoel, yang selama ini menjadi sosok pendiam, kali ini berbicara lebih banyak, menceritakan pengalamannya merawat mamanya di Singapura dan bagaimana pengalaman itu mengajarkannya banyak hal tentang arti keluarga dan pengorbanan. “Dulu gue ngerasa hidup itu cuma buat nyenengin diri sendiri,” ujarnya pelan. “Tapi sekarang gue sadar, hidup ini juga buat orang-orang yang kita sayang. Sama kayak gue sayang sama kalian.”
Kata-kata Lenoel menambah suasana menjadi lebih hangat, seolah menyatukan mereka lebih erat lagi. Mereka menyadari bahwa meskipun waktu dan jarak telah mengubah banyak hal, perasaan dan kenangan mereka tetap abadi.
Menjelang larut malam, mereka saling mengungkapkan rasa syukur dan pesan-pesan yang telah lama terpendam. Masing-masing menyampaikan harapan terbaik untuk masa depan mereka, serta janji bahwa persahabatan ini tidak akan berhenti di sini.
Dua hari berlalu...
Ketika hari terakhir mereka menginap tiba, kedelapannya akhirnya harus pergi untuk kembali melanjutkan hidup yang sudah dimulai. Satu per satu mereka menoleh kembali ke arah Kosan Sayendra. Bangunan sederhana itu, yang telah menjadi saksi kebersamaan dan perjalanan hidup mereka, berdiri kokoh seperti dahulu. Arion dan teman-temannya tahu, bahwa meskipun mereka harus kembali ke kehidupan masing-masing, kosan ini akan selalu menunggu, menjadi tempat mereka pulang di saat yang tepat.
Arion, yang terakhir kali menutup pintu, tersenyum kecil sambil berbisik di dalam hatinya, 'Sampai berjumpa lagi, Sayendra. Sampai nanti kami pulang lagi ke sini.'
Ia tahu, setiap dari mereka kini sedang menjalani hidup masing-masing. Namun, bagi Arion, kisah mereka di kosan Sayendra akan selalu menjadi cerita yang indah, cerita tentang persahabatan yang tak akan pernah hilang, meski waktu dan jarak mungkin terus memisahkan.
Dan dengan langkah yang lebih ringan, mereka meninggalkan Kosan Sayendra. Mereka mungkin telah berubah, mereka mungkin telah dewasa, tetapi hati mereka akan selalu membawa kenangan dari tempat ini. Di mana pun mereka berada, persahabatan ini akan terus menjadi bagian dari mereka, mengingatkan bahwa di tengah kehidupan yang tak pasti, mereka selalu punya tempat untuk pulang: di Sayendra dan dalam ingatan mereka masing-masing.
─────────☆─────────
ー 𝐒 𝐄 𝐋 𝐄 𝐒 𝐀 𝐈 ー
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul dibalik Sayendra's || StrayKids [ END ✅ ]
Teen Fiction"𝘎𝘶𝘦 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢, 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘦 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳." Arion tid...