Setelah bersantai sejenak di sofa, Wonyoung meraih ponselnya dan membuka aplikasi pengantaran makanan. Ia ingin memesan sesuatu yang istimewa untuk malam ini. Memikirkan tentang apa yang bisa membuat Sunghoon dan Yeji senang, ide sushi langsung terlintas di kepalanya.
"Sushi kayaknya pilihan yang bagus" gumamnya sambil mencari restoran Jepang terdekat. Dengan cepat, ia memilih beberapa set sushi, sashimi, dan ramen-favorit mereka bertiga.
Setelah mengkonfirmasi pesanan, Wonyoung bersantai sejenak sambil menunggu makanan datang. Saat sedang merenung, pintu terbuka dan Yeji muncul, wajahnya ceria setelah seharian kuliah.
Beberapa menit kemudian, bel pintu berbunyi. Wonyoung segera berdiri untuk membuka pintu dan menemukan kurir makanan dengan tas berisi pesanan mereka. "Terima kasih!" katanya, mengambil makanan dan membawanya ke meja.
Dengan cepat, ia menyusun sushi dan ramen di atas meja. Aroma segar dari makanan itu membuatnya semakin lapar.
Ketika semuanya sudah tertata rapi, Sunghoon masuk ke apartemen
"Eonni, aku sudah pulang!" Wonyoung tersenyum ketika mendengar suara lantang yeji.
"Eonni memesan sushi? Wah kayaknya enak." Yeji langsung meletakkan tasnya di sofa. Lalu berjalan ke wastafel,mencuci tangan. Lalu mencomot sushi itu satu.
"Yeji-aa,ingat kita tunggu oppa mu ya." Yeji hanya cengengesan sambil melahap makannya nikmat.
"Hehe,iya. Aku cuma nyicip satu." Wonyoung menyuruh yeji duduk di depannya. Ia ingin tahu kegiatan yeji di kampus.
"Jadi hari ini kamu ngapain aja di kampus?"
"Cuma perkenalan biasa eonni. Tapi ada satu hal yang menarik..."yeji menggantung ucapannya.
"Apa?" tanya wonyoung mulai tertarik. Ia menopang dagu dan memajukan wajahnya.
"Aku ketemu dosen muda ganteng. Dia benar-benar seperti tokoh yang keluar dari komik." Wonyoung tersenyum kecil. Mengacak rambut Yeji gemas.
"Kamu masih kecil,nggak boleh mikir kayak gitu."
"Aku nggak mikir apa-kok,aku cuman bilang dia ganteng. Lagian aku udah dewasa eonni."
"Eonni nggak jamin oppa mu akan setuju kalau laki-laki yang kamu taksir itu seorang dosen. Jarak usia kalian pasti dipersalahkan nanti." Yeji mengerucutkan bibirnya. Mengangguk setuju dengan kalimat kakak iparnya. Sunghoon cukup protektif dan sensitif tentang laki-laki yang mendekati atau ia taksir. Jika seperti ini kemungkinan kecil ia tak akan bisa mengejar dosennya lebih jauh.
"Kamu kenapa sih mau jadi pengacara?" Tanya wonyoung. Yeji berpikir sejenak.
"Karena eonni."
"Hah? Karena aku?"
"Iya,dulu saat aku masih di sekolah dasar. Aku lihat eonni pergi kuliah,pulang setiap 6 bulan sekali. Setiap aku bermain ke rumah eonni,aku selalu melihat banyak penghargaan dan foto eonni sambil memegang banyak piala dan sertifikat. Itu membuatku ingin menjadi seperti eonni. Perempuan yang cantik dan pintar. Pengacara yang keren yang membela klien dan berjuang hingga tak satupun ketidakadilan terjadi." Wonyoung mengulum senyumnya. Yeji terlalu memandang tinggi dirinya.
"Eonni tidak sesempurna itu. Adakalanya eonni salah,keliru dalam persidangan hingga ada beberapa hak klien eonni lenyap begitu saja karena beberapa hal. Kamu bisa jadi pengacara yang lebih baik dari eonni."
"Benarkah? Aku bisa melampaui eonni?" Wonyoung mengangguk mantap.
Suara pintu di buka. Tak lama muncul sunghoon dengan kemeja putihnya yang sudah di buka beberapa kancing. Dasi yang tak lagi rapi. Dan jas yang ia sampirnya di tangan kirinya.
Wajahnya tampak lebih lelah dari sebelumnya. "Hai," sapa Sunghoon singkat, melihat ke arah meja yang penuh hidangan.
"Ganti baju dulu ya,sayang. Habis itu kita makan malam." Wajah sunghoon cukup terkejut ketika mendengar kalimat itu meluncur dari mulut wonyoung. Namun di detik berikutnya ia tahu itu adalah akting. Sunghoon membalas dengan anggukan serta senyuman kecil. Tak lama sunghoon keluar kamar Dnegan wajah yang lebih fresh karena laki-laki itu selesai mandi.
Sunghoon tersenyum, matanya bersinar melihat makanan. Ia mengambil piring dan langsung duduk di samping wonyoung. Tanpa banyak bicara, ia memakan sushi itu lahap.
Wonyoung ikut mengambil sushi, menikmati rasa segar yang membuatnya merasa senang. Mereka bertiga sibuk menikmati makan malam. Sesekali sunghoon memindahkan sushi itu ke piring wonyoung.
"Oppa,aku nggak pernah lihat oppa romantis. Kok bisa ya setelah menikah laki-laki kulkas sembilan pintu seperti oppa mendadak jadi romantis." Wonyoung mengulum senyumnya. Ia melirik ke arah sunghoon yang juga cukup terkejut dengan kalimat itu.
"Sejak kapan oppa jadi kulkas?"
"Oppa nggak pernah senyum,jarang terlihat atau bawa perempuan ke rumah. Rumor pacaran pun nggak ada. Mama sama papa sampai khawatir oppa gay. Tapi syukurlah ternyata masih normal. " Ujar yeji tanpa merasa bersalah. Sunghoon mengambil sushi lalu menyuapkan ke mulut yeji.
"Oppa pernah kok pacaran."
"Kapan?"
"Sewaktu kuliah."
"Bohong." Yeji tak percaya. Wonyoung menyimak sambil sesekali menyendokkan kuah ramyeon ke mulutnya.
"Kalau kamu nggak percaya ya udah." Sunghoon tak bicara lagi meski berkali-kali yeji menuntut agar laki-laki itu mengaku saja kalau itu bohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound by duty
RomansaAku nggak bakal nikah sama kamu, sekalipun tinggal kamu satu-satunya perempuan di bumi. _Park Sunghoon Sampai kiamat pun aku nggak bakal nikah sama kamu _Jang Wonyoung