Tolong bijak dalam memilih bahan bacaan,di chapter ini ada adegan 18+. Bagi yang di bawah umur tolong di skip bagian itu ya.
...
Setelah kejadian yang membuat Wonyoung merasa terancam di apartemen, Sunghoon tidak ingin mengambil risiko apa pun. Mereka melaporkan insiden itu kepada pihak pengelola gedung dan meminta untuk memeriksa rekaman CCTV. Namun, prosesnya memakan waktu, dan keamanan apartemen masih belum bisa dijamin. Sunghoon, dengan rasa tanggung jawab yang besar terhadap Wonyoung, memutuskan bahwa mereka tidak akan kembali ke apartemen itu sampai situasi benar-benar aman.
Malam sudah larut ketika Sunghoon dan Wonyoung akhirnya tiba di hotel setelah memastikan apartemen mereka aman untuk ditinggalkan. Sunghoon sangat hati-hati memilih tempat yang memiliki keamanan ketat, dan begitu mereka memasuki kamar, Sunghoon bisa melihat ketegangan di wajah Wonyoung yang belum sepenuhnya hilang. Rasa cemas masih membekas dalam tatapan mata gadis itu, meskipun mereka sudah jauh dari bahaya.
“Kamu nggak perlu khawatir lagi. Kita aman di sini,” Sunghoon mencoba menenangkan, meski dirinya juga masih diselimuti amarah karena kejadian di apartemen.
Namun Wonyoung hanya tersenyum tipis, tanpa benar-benar menatapnya. Sunghoon tahu, ketegangan bukan hanya dari kejadian di apartemen. Ada sesuatu yang lebih besar—perasaan yang mereka pendam selama ini. Ketegangan yang tidak pernah diungkapkan, emosi yang terus terkubur di balik semua hal yang terjadi di antara mereka.
Sunghoon mendekat, matanya menelusuri wajah Wonyoung, mencari sesuatu di balik tatapan kosong itu. Ia ingin lebih dari sekadar kata-kata. Ada hasrat yang tidak bisa lagi ia tahan, dan ia tahu Wonyoung merasakan hal yang sama. Perlahan, Sunghoon mengulurkan tangan, menyentuh pipi Wonyoung, jari-jarinya menyusuri lembut hingga ke dagunya, lalu menariknya agar Wonyoung menatapnya langsung.
“Kamu aman di sini, Wonyoung,” ucap Sunghoon sekali lagi, kali ini suaranya lebih dalam, penuh dengan sesuatu yang lebih dari sekadar keprihatinan. Ada sesuatu yang bergolak dalam dirinya, dan Wonyoung bisa merasakannya. Napasnya mulai terasa berat.
Dalam diam, mata mereka bertemu, dan saat itu juga Wonyoung tahu apa yang akan terjadi. Tanpa aba-aba, Sunghoon menarik tubuh Wonyoung mendekat dan mencium bibirnya. Ciuman itu dalam dan menuntut, seolah Sunghoon mencoba menghilangkan semua ketegangan yang mengikat mereka selama ini. Wonyoung, terkejut sesaat, merespon dengan penuh hasrat, tubuhnya merapat ke tubuh Sunghoon, tangannya secara naluriah meremas kemeja pria itu. Bibirnya terbuka membiarkan sunghoon mengaksesnya. Menjelajahi,mengecap dan menggigitnya pelan. Wonyoung merasa kakinya melemah ketika ciuman dan sapuan lembut di bibirnya itu terus berlanjut. Sunghoon menahan gadisnitu dengan salah satu tangannya. Sedangkan tangan yang lain bergerak menjelajahi perut rata wonyoung,bergerak ke atasm merasakan kelembutan kulit gadis itu.
Sunghoon memeluknya erat, tangan-tangannya menjelajahi punggung,dada dan meremasnya sedikit kasar, menunjukkan betapa ia tidak bisa lagi menahan hasratnya. Ciuman mereka semakin intens, penuh dengan keinginan yang tertahan terlalu lama. Sunghoon mendorong Wonyoung ke arah dinding, membuatnya terjepit di antara dinginnya dinding dan panasnya tubuh Sunghoon yang mendesaknya.
Wonyoung mengerang pelan, bukan karena rasa sakit, melainkan karena rasa nikmat yang perlahan menguasai mereka. Tangan Sunghoon mencengkeram rambutnya, menariknya sedikit ke belakang untuk mendapatkan akses lebih dalam ke leher Wonyoung, lalu mencium bagian itu dengan agresi yang nyaris membuatnya. Napas Wonyoung tercekat di tenggorokannya, tubuhnya mulai bergetar di bawah kendali Sunghoon. Ketika lidah pria itu bergerak dari bibir ke lehernya. Menyisakan hawa panas nan bawlsah di kulit lehernya.
“Sunghoon…” gumamnya,memohon untuk berhenti karena sesuatu yang sunghoon berikan malam ini terasa lebih,membuatnya lemah namun sangat menikmatinya, tapi pria itu tidak berhenti. Bibirnya bergerak liar, menggigit lembut di sepanjang leher Wonyoung hingga ke bahunya, lalu perlahan ke dadanya yang entah sejak kapan sudah tersingkap. Wonyoung mengigit bibirnya ketika merasakan lidah hangat sunghoon smbeemain di antara kedua bukit kembarnya dengan gerakan memutar,acak dan sesekali ia merasakan gigitan di puncak dadanya. Erangan dan desahan tak bisa ia tahan. Ia meremas rambut sunghoon dan menekan laki-laki itu di dadanya. Wonyoung menyerah. Ia tak bisa melakukan apapun kecuali pasrah menikmati permainan sunghoon. Ia tak bisa mengimbanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound by duty
RomanceAku nggak bakal nikah sama kamu, sekalipun tinggal kamu satu-satunya perempuan di bumi. _Park Sunghoon Sampai kiamat pun aku nggak bakal nikah sama kamu _Jang Wonyoung