9. Once Upon A Dream

93 20 24
                                    

EMILIA POV

🤍

Ace mengulurkan tangannya dan menyeka air mata dari bawah mataku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ace mengulurkan tangannya dan menyeka air mata dari bawah mataku. Perlahan, aku melilitkan jari-jariku di sekitar pergelangan tangannya yang kuat dan menutup mataku untuk menikmati sentuhannya.

"Ia mengatakan bahwa kau berhutang padanya." Suara Ace menarikku kembali ke saat ini, dan kelopak mataku perlahan terbuka lagi.

Tangannya terjatuh. Ia meletakkannya kembali di pangkuannya.

Aku mengamati telapak tangan itu lebih lama dari yang seharusnya kulakukan sebelum mengembalikan pandanganku pada mata gelap itu.

"Apa katamu?" aku bertanya bingung.

Ace memiringkan kepalanya sedikit ke satu sisi.

"Kau tidak pernah mengatakan bagian itu sebelumnya," pria itu menjelaskan. "Bahwa wanita itu mengatakan kalau kau berhutang padanya. Itu adalah ingatan baru."

Aku berkedip, sedikit terkejut, dan mengangguk saat kenyataan itu mulai terasa.

"Kurasa begitu," aku berkata. "Ia memang berkata begitu, tapi aku tidak tahu apa artinya."

Aku menundukkan kepala dengan penyesalan dan bahkan rasa malu. Aku ingin memberikan apa yang dibutuhkan Ace. Sejak pria itu membawaku ke tempat ini berbulan-bulan yang lalu, aku selalu ingin memberikan segalanya. Bahkan jika itu berarti aku akan kehilangan pria itu selamanya. Aku sangat mencintainya untuk rela melepaskan jika itu yang ia inginkan.

Hal yang bodoh aku tahu. Bodoh dan naif. Tidak hanya pria itu mengurungnya, pria itu juga jelas-jelas mencintai wanita lain.

Namun di sisi lain, ada begitu banyak hal yang tidak aku mengerti karena aku tidak bisa mengingat apa pun. Begitu banyak yang tidak masuk akal. Sebenarnya, tidak ada yang masuk akal. Aku merasa terjebak dalam hidupku.Bagaikan seekor burung Kauai Oo yang merupakan burung terakhir dari spesiesnya. Bernyanyi untuk mencari pasangan yang tidak mungkin akan datang. Hal paling sedih yang pernah ada di dunia ini. Sendirian. Seakan tidak pada tempat untukku di dunia ini. Seakan meski dunia terus berputar di sekitarku, aku tetap diam di tempat yang sama sambil mencoba mengingat kehidupan tampaknya enggan untuk ditemukan.

"Emilia," Ace berkata dengan lembut, dan aku menatapnya dengan mata yang dipenuhi air mata.

Pria itu menghela napas dengan menyesal. "Jika kau tidak bisa membuat kemajuan sendiri, kau tahu apa yang harus kulakukan."

Tanganku mulai gemetaran di pangkuanku, bibir bawahku mulai bergetar.

Aku menggelengkan kepala. "Tidak, jangan—"

Pria itu memajukan tubuhnya hendak meraihku, hukuman jelas terpancar dari matanya. Aku menekan telapak tanganku ke kasur dan mendorong tubuhku mundur hingga menempel ke dinding.

"A-Aku minta maaf, Ace," suaraku terdengar gemetar oleh rasa takut. "Sungguh aku sudah mencoba."

"Jangan menangis, Emilia," pria itu menuntut. "Aku tak bisa membiarkanmu melakukan itu."

'Till I Die [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang