5. The Mafia

124 35 24
                                    

ACE POV

Aku menunggu kedatangan client-ku di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menunggu kedatangan client-ku di rumah. Jam menunjukkan pukul tiga sore, dan sulit bagiku untuk menahan diri agar tidak turun ke ruang bawah tanah untuk menemuinya.

Biasanya, aku akan mengunjunginya jauh sebelum jam makan siang, tapi hari ini aku ingin melakukan hal yang berbeda, dan terkadang hal-hal harus dilakukan di luar urutan agar memiliki dampak.

Wanita itu sangat gelisah ketika tidak melihatku dalam waktu yang lama. Jujur, aku merasa bersalah meninggalkannya seperti itu, tapi wanita itu mengerti bahwa aku memiliki prioritas dan pekerjaan yang harus kukerjakan. Aku selalu berusaha untuk menebusnya sebaik mungkin. Dan wanita itu selalu memaafkanku.

Lagi pula, wanita itu juga merupakan bagian dari pekerjaanku—pekerjaan yang sangat pribadi dan intim—dan tak peduli apa pun tanggung jawabku kepada client-ku, aku selalu meluangkan waktu untuk bersamanya. Ada kemajuan, dan aku tak ingin kehilangan itu dengan terlalu lama menjauhinya.

Setelah makan siang yang terlambat, aku duduk di dapur dengan laptop terbuka di atas meja makan ketika client-ku tiba. Spencer Archibald II.

"Senang bertemu denganmu lagi, Spencer." Aku memberinya senyuman di depan pintu dan mempersilahkannya masuk.

Spencer duduk di ruang tengah dengan santai, di salah satu dari kursi kulit hitam dengan kaki kayu berukir yang diimpor dari Italia.

Aku meraih folder yang ada di dekat laptop sebelum duduk di kursi kulit yang ada di seberang Spencer.

"Semua yang kutemukan ada di sini," aku berkata sambil meletakkan folder di meja oval yang ada di antara kami.

Spencer membiarkan folder itu di sana untuk sementara waktu, hanya meliriknya sekilas.

"Apakah kau menemukan sesuatu tentang pria itu," ia bertanya.

Pria itu duduk dengan lengan bersandar di sandaran kursi. Lengan jas hitamnya hampir menutupi jam tangan perak tebal yang ia kenakan di pergelangan tangan kanannya. Tato terlihat mengular keluar dari lehernya yang tidak tertutup kerah kemeja.

Aku menyeringai. "Aku menemukan semuanya."

"Apakah ada yang bisa kugunakan?"

Aku sudah hendak menjawab ketika kulihat seseorang melintas dari belakang. Aku menggerakkan dua jari di depanku dan memanggil pelayanku. "Greta, bisakah kau bawakan minuman untuk tamuku dan aku..." Aku melirik ke arah Spencer.

"Bir," katanya.

Aku mengangkat dua jari ke arah Greta. "Dua bir, please."

Greta menganggukkan kepalanya yang beruban dan melanjutkan langkahnya ke dapur.

"Seperti yang kukatakan," aku menjawab pertanyaan Spencer. "Semua yang bisa kau gunakan ada di folder."

Spencer akhirnya meraih folder yang ada di meja dan membukanya. Pria itu mengamati foto-foto yang ada di dalamnya selama beberapa menit sebelum meraih USB yang kuselipkan dan mengangkatnya ke atas.

'Till I Die [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang