ACE POV
♠
Aku melepas sarung tangan karet itu dari tanganku dan menjatuhkannya ke lantai di dekat tang. Setelah memastikan tidak ada darah yang mengenai jari-jariku, aku melangkah dengan marah melalui pintu ke sisi basement untuk menemukan wanita itu duduk di sudut lantai, menangis ke dalam telapak tangannya.
Aku berjalan melewatinya dan langsung menuju kamar mandi yang berada tidak jauh dari tempat tidur. Kamar mandi wanita itu bersih dan nyaman, seperti seluruh ruangan yang ditempati Emilia di basement. Dinding berwarna gading dan meja marmer mewah serta lantai ubin marmer yang bersih mengisi ruangan itu.
Greta selalu menjaga kamar mandi itu tetap bersih untuk Emilia. Setiap hari, Greta akan datang ke sini untuk membersihkan toilet, mencuci wastafel dan pancuran, mengganti perlengkapan mandi Emilia dan selalu memastikan ada handuk bersih di dalamnya.
Segala hal di ruang Emilia selalu sempurna.
Hingga aku meletakkan tanganku di tepi wastafel dan meninggalkan noda darah di atas permukaan marmernya yang putih. Aku tidak tahu bagaimana darah bisa sampai ke tanganku setelah berusaha begitu berhati-hati.
Aku tidak bisa berpikir dengan jernih!
Aku memutar keran stainless steel wastafel dan air mengalir deras ke tanganku. Menggunakan lebih banyak sabun dari yang seharusnya, aku menggosok tangan dengan keras, seperti seorang dokter yang bersiap untuk melakukan operasi. Aku ingin tanganku bersih, tapi lebih dari itu, aku hanya mencari pengalihan. Aku tidak ingin menghadapi Emilia. Aku tidak ingin melihatnya menangis.
Tapi, nyanyian itu... lagu yang dinyanyikannya barusan.
Emilia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Wanita itu pasti telah mengingat sesuatu, dan meski aku perlu tahu apa itu, aku masih tidak ingin menemuinya.
Dengan air yang masih mengalir deras, aku kembali meremas pinggiran wastafel, menghela napas berat, dan menundukkan kepalaku di antara bahu.
Aku harus mengendalikan diriku. Ini adalah tentang Skeeter. Aku tidak boleh lupa akan itu.
Saat aku membawa Emilia malam itu, aku tidak pernah membayangkan hal akan terjadi sampai sejauh ini. Tapi disinilah aku sekarang, hampir setahun kemudian. Bukan hanya aku belum menemukan istriku, tapi aku juga mulai merasa bersalah dan kasihan pada wanita yang sudah sangat dibenci oleh Skeeter.
Skeeter ingin aku membantunya untuk membunuh Emilia. Bagaimana bisa aku melakukannya jika aku sendiri tidak paham apa yang dilakukan Emilia hingga membuat Skeeter begitu benci padanya.
Aku tidak bisa melakukan ini.
Belum pernah aku merasa begitu terpecah dalam hidupku sebelumnya.
Aku merasa telah menghancurkan wanita ini. Emilia, wanita yang manis, polos, dan hampir seperti anak kecil, yang bahkan tidak akan membunuh laba-laba jika makhluk itu merayap di kakinya. Aku menghancurkan wanita itu demi menemukan Skeeter yang kucintai. Aku telah memanfaatkan gadis malang ini untuk memancing Skeeter keluar, seperti mengeluarkan racun dari gigitan ular. Dan aku membenci diriku karenanya.
Tapi ini satu-satunya cara.
Emilia adalah satu-satunya cara.
Aku membuka mataku dan melihat tanganku mencengkeram keras tepi wastafel, semua jariku terkepal kuat ke atasnya.
Aku mengangkat mata ke cermin oval kecil di depanku.
Bercak-bercak darah kecil berceceran di wajahku yang belum bercukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Till I Die [TAMAT]
Mystery / ThrillerThriller|| Dewasa|| Sadis BLURB: Ace Maddox adalah seorang pembunuh. Itu adalah kenyataan. Dingin dan haus darah, ia tidak pernah mengira akan kemungkinan cinta, atau berpikir bahwa ada seorang wanita di luar sana yang bisa memahami atau menerima di...