21. I Will Break Her

79 24 24
                                    

ACE POV

Aku menghabiskan sisa hariku mengabaikan Emilia, hanya sesekali mengawasinya melalui video CCTV yang merekam kamarnya.

Aku sudah memikirkan segala cara untuk membuat wanita itu bicara, dan satu-satunya yang terlintas dalam benakku adalah memaksanya melihatku membunuh seseorang. Bukan hanya dari layar TV. seperti sebelumnya melainkan secara langsung. Aku berniat membawanya ke kill room bersamaku dan memaksanya melihat semuanya dari dekat. Mencium darah segar yang tumpah, mendengar jeritan mereka, semua itu mungkin akan membuat Emilia berubah pikiran dan membuka mulutnya.

Awalnya, memang itulah rencanaku. Tapi ada satu masalahnya—aku tidak punya korban.

Tak ada lagi Spencer Archibald II yang lain, seseorang yang aku tahu pantas menjalani semua itu. Sekarang sudah pukul 9 malam dan 'cadangan' terdekat yang kumiliki berjarak empat jam jauhnya dari sini, dan aku tak bisa meninggalkan Emilia sendirian di ruang bawah tanah selama itu.

Merasa sangat terkalahkan, marah, dan kesal pada Emilia karena menyimpan satu-satunya hal yang kubutuhkan, aku bangkit dari sofa ruang tengah dan tanpa sengaja menyenggol gelas whisky yang ada di atas meja. Gelas itu tidak pecah, untungnya, hanya terguling di atas meja sebelum aku menangkapnya, tapi isinya yang masih lumayan banyak kini tumpah dan menetes ke mana-mana.

"MOTHER F–"

Kedua tanganku kutarik ke atas, menyeret jemariku ke rambut hitamku. Rahangku mengeras, menahan makian yang sudah hampir keluar.

Aku menghela napas dan menjatuhkan lenganku ke sisi tubuh. Mataku mengarah ke langit-langit, membiarkan perasaan kalah menggerogoti diriku.

Namun, tiba-tiba sebuah pikiran berkedip di benakku, dan semua terasa benar kembali. Aku mengambil iPad di sebelah sofa dan mengaktifkan kamera di kamarku.

Di layar terpisah, aku melihat Emilia langsung menegakkan punggungnya dan menoleh ketika mendengar televisi di kamarnya menyala. Wanita itu menatap video live dari kamarku yang kosong, tampak penasaran, bingung, dan sedikit cemas.

Baiklah, aku berpikir. Jika aku tak bisa menakut-nakuti Emilia atau menyiksa kebenaran keluar darinya, maka aku akan menariknya keluar dengan cara yang sama kejamnya.

Aku memasukkan kaki ke dalam sepatu, lengan ke dalam jas, lalu meraih mantel panjangku. Setelah meraih kunci mobilku dari atas meja, aku pun melangkah keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Aku yakin setelah malam berakhir, aku akan mendapatkan apa yang aku mau.

Aku menyalakan mobil dan mengemudikannya menuju tengah kota. Sepuluh menit berkendara, aku menemukan apa yang kucari. Sebuah bar.

Aku memarkirkan mobilku dan turun.

Sebetulnya, bukan seleraku mencari wanita dari bar bising yang berbau rokok dan wiski murahan seperti ini. Aku biasanya mencari wanita di tempat yang lebih tenang, di mana anggur paling mahal disajikan dan aku bisa mendengar pikiranku sendiri. Tapi malam ini bukan malam biasa, dan aku tak punya waktu untuk berburu di tempat biasanya.

Aku melangkah masuk dan langsung mendengar suara berisik dari musik yang dimainkan melalui speaker di sudut-sudut bar. Aku tampak asing di tempat itu, berpakaian setelan Armani, sepatu hitam mengkilap, dan jam tangan seharga delapan ribu dolar. Semua itu menarik perhatian, tapi itu justru mempermudah tujuanku.

Aku berjalan menuju bar dan memesan segelas whisky kepada bartender yang berdiri di belakang counter. Pria itu menuangkan pesananku ke dalam gelas dan meletakkannya di depanku dalam hitungan detik.

Tak butuh waktu lama setelah aku duduk di bar, aku menemukan wanita yang kuinginkan. Rambutnya hitam, jatuh di atas bahu. Wanita itu bertubuh mungil, mengenakan rok hitam longgar yang berhenti tepat di atas lutut, dan sepasang sepatu boots berwarna hitam. Blus hitam berlengan panjang yang berkancing di bagian depan menutupi tubuh bagian atasnya, tapi beberapa kancing teratas sengaja dibiarkan terbuka, memperlihatkan belahan dadanya yang bulat dan padat. Sebuah kalung rantai panjang dari perak terjulur di lehernya yang jenjang dengan liontin menggantung di ujungnya yang meluncur ke bawah dada.

'Till I Die [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang